Featured Slider

Terima kasih untuk lelaki yang baik hati


Ada di satu titik, dimana seseorang merasa tidak punya daya sama sekali. Rasa percaya diri yang berkobar mendadak menguap. Keyakinan yang kental dengan perjuangan entah mengapa juga sirna sekejap.

Saat jalan di depan begitu pekat gelapnya, hingga tidak secercah cahaya pun terlihat untuk menyinari, asa itu masih terpilin rapi. IMAN. Meski rasa percaya diri, kepercayaan dan keyakinan tidak lagi melekat. IMAN merintih sedemikian rupa memuntun kembali. Kemana? Iya, kamu tau jawabannya.

“Udah makan siang? My application was rejected”, tanganku bergetar menulis pesan itu, dan lega telah mengirimkan padanya.

“Nangis gak tadi?”, aku benci kenapa dia selalu tau kalau aku lagi nangis.

“Iya”, aku menahan mati-matian laju lelehan bening hangat di pipiku. Sesekali mendongak ke atas, menutup muka dengan tisu. Tapi tetap saja tanganku basah.

Seakan dunia berhenti berputar, tapi aku masih berdiri di tengah keramaian.


“Masih nangis?”, Aku yakin dia pasti tau kalau aku sedang menangis hebat. Dan hebatnya, dia selalu ada, meskipun seluruh dunia pergi.

Aku malas membalasnya.

“Kamu nangis karena marah sama pembuat nasib, kecewa saja atau pengen belajar lagi? Atau mungkin punya alasan nangis yang lain?”, pesan terakhir membuatku tertegun, menyeka air mata yang belum juga mau berhenti mengalir.

“Pertanyaanku susah ya? Masih galau? Kok diem”, Lelaki itu bahkan tau sebelum aku menjawabnya. Iya, kali ini tangisku deras karena terharu perhatiannya sampai detik ini.

“Cuma pengen nangis aja, gak ada alasan untuk marah atau kecewa. Tapi kadang nagis gak butuh alasan kan?”, aku menjawab pesannya.

“Allah itu baik ya, Mas

“Terkadang aku itu kalau punya keinginan, untuk membawa sajadah sholat dan meminta saja khawatir. Karena aku selalu yakin kalau Allah punya rencana terbaik, walaupun kenyataan tidak sesuai keinginan . tetapi aku yakin kenyataan itu yang kubutuhkan, entah untuk kebaikanku atau untuk menempa keyakinanku untuk selalu bersandar kepadaNya”, mendadak aku tertegun membaca pesannya yang agak panjang.

Air itu deras mengalir tanpa terbendung lagi. Lelaki itu tetap sama seperti dulu. Perangainya yang santun. Tutur katanya yang selalu meneduhkan.

Saat seluruh dunia pergi, ia selalu disini menenamani. Dan saat semua orang tak percaya, ia selalu mendengar, memeluk. Dulu, sekarang dan nanti. Tetap sama.

Terima kasih telah menemaniku, mendengarkanku, memercayaiku dan mencintaiku. Itu lebih dari cukup.

Tidak ada komentar

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)