Featured Slider

Rumor


Bau tanah pagi ini sangat khas. Hujan semalam mengguyur seluruh pelosok desa. Tidak begitu deras, namun gerimisnya ajeg selepas isya hingga shubuh. Kondisi tanah yang sebagain tidak beraspal membuat suasana semakin dingin. Gorengan yang dibelikan Ibu tadi pagi menjadi kombinasi yang pas dengan seduhan teh hangat manis. Tidak terlalu manis, tapi pas di lidah. Berbeda dengan Bapak yang lebih menyukai teh tanpa gula.

“Widi temanmu SD kemarin melahirkan anak kedua, wuk”, Ibu menata gorengan di piringan.

“Ah iya Buk?”, aku menoleh.

Ada arah pembicaraan yang mungkin akhir-akhir ini membuatku sedikit sentimentil, tetapi begitu baiknya wanita yang kusebut sebagai ibu di depanku. Ia tidak pernah memaksakan saat arah pembicaraannya tidak bersambut dengan tanggapan dariku. Ibu kembali ke belakang untuk mengerjakan pekerjaan yang lain. Aku masih memegangi jarum dan menghentikan jahitanku. Nafasku melenguh pelan.

“Bapak udah mendingan?”, pandanganku beralih pada sosok lelaki yang baru keluar dari kamar yang lantainya tidak dikeramik. Padahal seluruh rumah telah rapi dipasang keramik berwarna putih agar nampak lebih rapi. Berbeda dengan kamar Bapak, hanya beralas semen saja dan tidak mau dipasang keramik. Bapak dan Ibuk sudah cukup dengan alas seperti itu agar tidak terlalu nyaman untuk tidak bangun salat malam, jawaban Bapak klise.
Read More »