Featured Slider

Pengalaman Dio ke Dokter Gigi

Beberapa Minggu yang lalu kami mengantar Dio untuk imunisasi. Kami pikir itu adalah imunisasi terakhirnya, ternyata saat usia 6 tahun nanti, Dio harus kembali untuk diberikan imunisasi. Nangis gak? Tentu saja, ahaha. Awalnya Bapaknya gak tega dan menyuruh saya untuk menggendong. Tetapi Dio lebih memilih Bapaknya kali ini untuk mengusap tangisnya saat disuntik.
"Jangan dipegang ah, sakit" Dio mulai meronta. Dokter Rastra dengan sigapnya memasukkan suntik ke paha Dio. Deandra bengong aja, antara kasihan dan takut melihat Masnya disuntik. Setelah selesai, tidak biasanya Dokter Rastra memerhatikan gigi Dio saat meneteskan vaksin ke mulutnya.
"Waaah, kok giginya gigis semua. Besok periksa ke Dokter gigi ya Bu" Dokter Dio menyarankan. Kami permisi.

Dio takut sekali awalnya 
1 Minggu kemudian
Bulan ini memang sepertinya kami tidak asing dengan Hermina deh. Minggu kemarin saat Dio imunisasi itu, kami seharian disana (niat banget). Paginya antri Dio imunisasi, siangnya Mama Dio Papsmer, dan sorenya giliran saya check up ke Dokter untuk memeriksa benjolan saya. Antri ke Hermina itu bisa 2-3 jam, padahal di dalam hanya diperiksa nyuk-nyuk (kata Dea sambil memeragakan stetoskop dokter,hahaha). Jadi untuk periksa 3 orang, berangkat jam 8 pagi dan pulangnya isya.
Kami belum memiliki pengalaman ke dokter gigi, dan saat mamanya Dio mendaftar ke dokter gigi, resepsionisnya langsung merujuk ke dokter gigi anak. Praktek dokter gigi anak di Hermina prakteknya hanya di klinik ekslusif. Bedanya dengan klinik reguler adalah biaya dokter di eksekutif lebih mahal dan dikasih snack berupa kopi/teh dan roti. Saya kira, di klinik eksekutif lebih cepat dari reguler, eh ternyata samaaaaaa, antrinya lama sekali.
Dio waktu itu mendapat antrian nomor yang agak belakang. Nyaliya ciut tapi mencoba tegar, ahaha.
"Tenang Mas, paling giginya cuma diperiksa sama dokter. Gak akan dicabut" saya mencoba menenangkan.
Dio merasa takut karena melihat satu per satu anak yang masuk ke ruangan tersebut, saat keluar menggigit kapas dengan muka meringis.
"Pak, kok pada menggigit kapas gitu sih. Ah pulang aja, aku gak mau dicabut"
Bapak sama Mamanya senyum-senyum mencoba membesarkan hatinya Dio untuk berani diperiksa. Saking takutnya, Dio menirukan suara  suster yang memanggil pasiennya. "Anak Dio Oktorizki, disuruh pergi". Sontak kami kami tertawa. Harusnya kan "Anak Dio pasien Dokter Hendri". Karena lama, Dio sempat tertidur. Saat namanya dipanggil, Dio sempat tidak mau masuk untuk diperiksa. Saya menemani Dea diluar yang gak mau ikut masuk karena jerih. Dari luar terdengar jeritan Dio kencang sekali. Kata Bapaknya, Dio sempat tidak mau diperiksa dan mencoba memberontak. Dokternya geleng-geleng, menurutnya gigisnya Dio sudah parah, jadi harus ditangani secepatnya.
Di pertemuan pertama, Dio diolesi putih-putih kayak pasta gigi untuk treatment awalnya. Dan minggi depannya dirujuk untuk dibawa kembali untuk ditambal (bukan dicabut). Keluar dari ruangan masih digendong Bapaknya sambil menangis tergugu, entah karena benar-benar sakit atau karena sebelumnya takut duluan. Seperti anak lainnya, Dio menggigit kapas yang katanya 30menit setelah itu tidak boleh makan dan minum dulu. Meskipun misek-misek, Dio cukup terhibur dengan mainan yang diberikan suster untuknya. Jadi, di klinik eksekutif, setelah selesai diperiksa, si anak juga diberi mainan untuk dibawa pulang. Sederhana sih, cuma bagi anak itu adalah kebahagiaan yang tidak ternilai harganya. Tetapi bagi kami, keberanian Dio-lah yang tidak dapat dinilai dengan apapun.
Ceritanya Dio ngambek di sepanjang perjalanan. Kapasnya gak mau dilepas. Dari Mamanya yang membujuk sampai Bapaknya juga gak mempan untuk melepas kapas tersebut. Karena kami khawatir kalau kapas itu sudah kotor dan bercampur air liurnya. Tetapi entah bagaimana bujukan saya yang mana (saya lupa), Dio akhirnya mencopot dan membuang sendiri kapas itu. Duh ya, lelaki emang banyak maunya *eh. Nah, pesan dokter yang selalu diingatnya dan ampuh banget sampai sekarang adalah :
  1. Gosok gigi yang rajin. Tiap mau tidur, saya selalu menanyakan siapa yang sikat gigi hari ini. Dio dan Dea semangat menjawab bersahutan. Dan kalau salah satu diantara mereka berdua tidak sikat gigi, pasti hanya diam dan senyum-senyum.
  2. Tidak minum dot lagi. Kami belum mengetahui kalau dot berpengaruh kepada gigi. Dari hal tersebut juga signifikan sekali. Biasanya Dio dan Dea aktif nge-dot, Dio sekarang sudah hampir tidak. Lebih memilih memakai gelas dengan sedotan. Sedangkan Dea yang masih suka merengek tetapi takut-takut bernasib sama dengan Dio. Berbeda dengan Dio, kalau Deandra giginya putih dan rapi karena rajin gosok gigi dan jarang makan coklat.
Kami mengapresiasi Dio untuk keberaniannya. Sesampai rumah, kami minta maaf sambil memeluk-meluk Dio. "Mas Dio hebat, berani ke dokter gigi. Gak sakit kan? Maafin Bapak tadi udah nakut-nakutin ya" Bapaknya khilaf, jiahaha. Mamanya mendaftar untuk pertemuan yang kedua. Dio mencoba menolak untuk tidak mau lagi dibawa ke klinik. Tetapi lagi-lagi satu per satu dari kami membujuk untuk menjawab "mau".

Saat Dio diperiksa
Dari cerita tersebut di atas saya dapat menyimpulkan kalau sikat gigi harus ditanamkan sejak gigi sang anak tumbuh. Setidaknya mengenalkan mereka bagaimana cara sikat gigi dengan kita melakukannya di depan mereka. Anak-anak kan peniru yang baik. Dea juga begitu, pasrah saja saat giginya saya gosok pake pasta gigi rasa strawberry karena waktu itu belum mau pake sikat sendiri.
Waktu umur 3 tahun, kadang Dio suka usil menenggak air kumuran. Makanya saya memberikan air aqua untuk belajar berkumur-kumur saat gosok gigi. Sesekali menenggak, tetapi selebihnya Dio tahu kalau air hasil kumur tersebut harus dibuang. Namanya juga anak-anak kan, untuk sikat gigi saja mereka pengen dipuji. Misalnya saat Mamanya memasak di dapur, Dio-Dea mengerling "Maaaaah, aku udah gosok gigi nih biar wangi". "Duh, anak Mama pinteeeer". Dan untuk setiap keberhasilan mereka, kami tidak segan memberikan pujian atau ciuman.
Nah, masalah minum dot. Ini juga butuh proses. Tidak serta merta langsung menggunakan gelas dan membuang botolnya, ahahaha. Yaaah, sesekali bolehlah. Dea pun kadang malu-malu kalau minta susu dot. Kalau dulu kami langsung membuatkan di botol, sekarang kami menanyakan dulu, jiahahaha. "Mau di botol apa gelas" sambil menatap penuh arti. Dio mantap minta gelas. Dea senyum-senyum minta gelas juga (padahal kayaknya pengen banget minta botol).
Yang di sekitar Depok, trus mau meriksain gigi anaknya, bisa datang ke Dokter Hendri Fayol yang berpraktek di Hermina Depok. Jadwal lengkapnya dapat dilihat di web nya. Kami lebih memilih hari Sabtu yang fleksible.
Eh iyaaa, ke dokter gigi tidak harus pas berlubang atau gigis saja lho. Mengenalkan anak pada dokter gigi sejak dini bisa membuat mereka lebih brave, ahaha. Mencegah lebih baik daripada mencabut! Adios :)

16 komentar

  1. Dio jagoan berani ke dokter gigi. sehat-sehat terus ya ganteng

    BalasHapus
  2. Wahh keren nih Dio jago ke doter gigi. Aku juga takuk ke dokter gigi, Ay hahahaha
    bukan hanya Dioi

    Pengalaman yg bagus

    BalasHapus
  3. Jangankan Dio mbak, aku aja ke dokter gigi takut. Padahal juga cuma bersihin karang gigi. Hehehe

    BalasHapus
  4. Jerih tuh apa mbak, Aya?
    Baru tau kalo gigis tuh bisa diobati mbak. Kirain tunggu copot sendiri & tumbuh lagi. Ilmu baru nih. Hehe

    BalasHapus
  5. Jadi ingat pertama kali ke dokter gigi, dan saya nangis waktu itu :D

    BalasHapus
  6. Semoga sehat terus giginya ya. Jangan lupa 6 bulan lagi memeriksakan lagi

    BalasHapus
  7. Wahh kebiasaan sikat gigi itu memang harus ditanamkan dari kecil ya. Adik ponakanku sudah kelas tiga SD susah sekali suruh sikat gigi :(

    BalasHapus
  8. Di mulai dari kita untuk melatih mereka menggosok gigi

    BalasHapus
  9. Hihihi... imunisasi itu salah satu kenangan indah anak kelak ya... selain untuk kesehatan.

    BalasHapus
  10. Anak sy sudah mulai tumbuh gigi ini :-) Berarti siap2 buat bawa ke dokter gigi juga.

    BalasHapus
  11. ponakanku baruuu td minta sikat gigi baru, biasanya susah bgt

    BalasHapus
  12. Wahh..Dio sehat terus ya, jangan lupa rajin2 sikat gigi :)

    BalasHapus
  13. Kalau anakku pas giginya bermasalah sih, langsung dicabut, Mbak.. Jadi nggak kumat2 lagi, toh mumpung masih kecil, jadi giginya masih bisa tumbuh lagi,

    BalasHapus
  14. Penting banget ya mba perhatikan kesehatan gigi sejak dini. Semoga gigi Dio sehat dan nggak perlu dicabut. :)

    BalasHapus
  15. Anak dio suruh pergi :))))
    Deeekk lucunya kamu deeekk
    Hahaa

    BalasHapus
  16. Yah malu nih sama Dio :( :D

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)