Featured Slider

[FILM KARTINI]: Sosok Kartini dan Impiannya


Tidak ada yang lebih berharga selain membebaskan pikiran

Itu sepenggal pernyataan Kartini yang diperankan secara apik oleh artis kawakan Indonesia, Dian Sastrowardoyo. Minggu, 16 April 2017, beberapa pemain Kartini seperti Dian Sastro, Ayushita, dan Denny Sumargo mengadakan meet and greet di The Park, Solo. Sayang saya terlambat datang. Jadi pas filmnya mau mulai, para artisnya sudah dadah-dadah mau pamitan. Mereka mau keluar bioskop, saya pas banget mau masuk. Yasudah kebagian dadahnya Dian Sastro aja udah seneng. Di saat yang lain ngejar-ngejar Dian Sastro untuk selfa-selfi, saya ngatur nafas karena tadi lari-lari dari parkir ke bioskop takut film sudah dimulai *intronya kepanjangan yak*

Tubuh boleh terpasung, tetapi jiwa harus tetap bebas sebebas-bebasnya

Ini lagi, pernyataan Kartini yang memiliki makna mendalam sekali *bagi saya*. Bagaimana Kartini dibesarkan di lingkungan dengan budaya yang ketat. Dimana perempuan haknya dipasung sedemikian rupa (duh, diksinya yang pas apa yak).

Untuk menjadi Raden Ayu, Kartini harus membayar mahal. Dia harus dipingit sejak mendapatkan haid pertamanya hingga ada seorang pria melamarnya. Imajinasi saya agak liar sih, membayangkan Kartini kecil hingga menjelma dewasa dipingit di sebuah kamar gelap dan dilarang kemana-mana. Sadis! Eh tapi bukankah itu konfliknya? Konflik yang membuat Kartini ingin mendobrak budaya lama yang kolot memasung hak-hak wanita.

Dalam film juga diceritakan bahwa perempuan yang masih belia sudah menikah dan memiliki anak. Bahkan sudah menyandang janda. Secara tersirat, ada scene dimana Kartini bertanya satu satu mengenai identitas perempuan-perempuan di sekitarnya dan umur mereka. Keprihatinannya terhadap realita perempuan yang ada, membuatnya tergerak untuk menuliskannya.

Belajar Sejarah...

Tentu saja saya menyukai film-film yang mengangkat biografi seseorang, terutama tentang Kartini. Saya telah menunggu lama launchingnya film ini. Sebelumnya selalu gagal menuntaskan buku yang mengisahkan tentangnya dan sekarang jadi paham tentang sejarah mengenai Kartini. Pemikiran-pemikiran kritisnya, hobbinya hingga perjalanan cintanya. Dan daya menemukan itu semua dalam film ini.

Kisah cintanya tidak banyak diulas, dalam film ini lebih menonjolkan tentang ide-ide Kartini untuk memajukan perempuan. Dengan membaca, menulis essay, korespondensi dengan teman-teman di luar negeri bahkan sekolah sampai perguruan tinggi. Argumen-argumennya saat berdiskusi juga digambarkan dalam film ini. Sehingga, banyak mener-mener dari Belanda yang mengagumi gagasan Kartini yang dituangkan dalam tulisan.

Totalitas artis dan aktornya

Dalam film itu, artis dan aktornya total banget. Biasanya kalau nonton film sejarah, ada saja yang kurang baik dari setting, aksen bicara, penokohannya. Tapi disini artis senior dan yunio memainkan perannya masing-masing dengan apik. Mulai dari Ayushita sebagai Kartinah, Acha Septriasa sebagai Rukmini. Hingga ibu kandung Kartini pun membuat saya memesona karena aktingnya. Nova Eliza dan Christine Hakim menjadi ibu kandung Kartini (Nova masa muda-Christine masa tua). Kok ya pas keduanya punya tahi lalat ya *asli ini nggak penting*. Pokoknya peran mereka berdua TOP banget, bisa membuat saya nangis bombay *rapuh*. Oh iya, ada Djenar juga yang perannya sukses bikin geregetan. Entah dalam film itu, dia termasuk baik atau jahat :(.

3 cowok tampan juga nggak kalah mencuri perhatian saya. Reza Rahardian yang menjadi Kangmasnya Kartini menjadi jalan Kartini untuk berpikiran open minded meskipun sedang dipingit. Denny Sumargo dan Dwi Sasono juga nggak kalah bikin meleleh. Ketiganya berperan sebagai cameo, namun perannya sangat penting dalam film.

Apa yang kamu miliki saat ini, tidak ada artinya jika hanya menjadi milikmu sendiri. Berbagilah! Perubahan tidak bisa dilakukan hanya sendiri.

Saya belum pernah ke Jepara, tapi dengan melihat film ini, saya bisa membayangkan bahwa Jepara memang terkenal dengan ukirannya. Budaya mengukir dan memahat sudah membudaya di Jepara sejak dulu, mungkin hingga sekarang. Oh iya, ada scene yang menampilkan tentang permainan dakon. Ada yang pernah main atau maah belum pernah sama sekali? Hehe. Intinya, selain mengangkat sejarah, film Kartini ini mencoba menceritakan tentang budaya yang ada di Jepara.

Dialog-dialog dalam film juga kental dengan bahasa dan adat Jawa. Meskipun ada beberapa aksen yang agak meleset, misal "da" dibaca "dha". Dan yang paling menyegarkan, percakapan humornya yang membuat penonton kompak tertawa. Hihihi. Jadi tidak sepaneng nonton sejarah, apalagi sampai ngantuk. Ahahah.

Original Soundtrack

Soundtrack film Kartini digarap oleh Melly Goeslaw. Gita Gutawa yang menjadi singer-nya. Awalnya saya mengira akan booming dan menjadi hits, tapi ternyata biasa saja. Di sepanjang film, nyanyiannya hampir nggak ada. Atau saya yang nggak ngeh? Ekekeke. Tapi hal itu tidak mengurangi kesukaan saya pada film Kartini. Karena, to be honest, setelah menontonnya, saya paham dan mengerti sejarah Kartini, mulai dari keluarganya, mimpinya, dan perjuangannya. Yaaah, dunia visual mengemasnya dengan sederhana.

Rate: 7,5/10
Kalian udah nonton? Yuk buruan nonton :)

16 komentar

  1. Penasaran dengan Film Kartini, tapi Aisyah lagi demam nih hiiks gak bisa nonton

    BalasHapus
  2. belum nonton terjebak issue panas pemeran Kartininya mba hahaha *dasar penggemar hosip* :p
    well dibalik itu tp aku memang salut sama Kartini jika masih selalu perdebatan knp mesti Kartini yang harus sll diperingati tdk yang lain saya rasa itu ga penting apapun siapapun perjuangannya patut diteladani :)

    BalasHapus
  3. saya acungi jempol utk film ini, kisah kartini diangkat lbh rinci, dan yg keren itu lho bahasa yg digunain belanda-jawa
    sepanjang film saya takjub sama para pemainnya

    BalasHapus
  4. Aku pengen nonton deeek.. Titip Aga dong. Haha..

    Aku penasaran sama aktingnya Acha..katanya bagus banget dia.

    BalasHapus
  5. Minggu kemarin pengin ke mall buat nonton, eh, saya malah malas gerak karena ada pertandingan bulutangkis (dan Indonesia kalah pulak). Semoga bisa nonton ini. Saya suka film sejarah :-)

    BalasHapus
  6. Mau nonton juga tapi kapan euy. Duh, sayang waktu itu gak ikut nobarnya.

    BalasHapus
  7. Belum nonton :D malahan saya penasaran sama buku Kartini itu.

    BalasHapus
  8. review nya bagus banget mba.

    salam kenal

    BalasHapus
  9. ahhh pengen banget nonton film ini, tapi entah kenapa di cinemax Bau-Bau film kartini ini gak diputar, huhuhu :(

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)