Featured Slider

Quote - 3

"Saat aku jatuh, aku punya berjuta alasan untuk berdiri, berjalan dan lari lagi"
Please go on!

Time cannot stop although a minutes are…

You must faith to your dream in your path

I don’t know why sometimes I feel lonely

But, at the same time, I have belief that You hug me in all my side

Yeah, I realize that You really love me, and I really love You too…

I—me
You—my Lord


-Wednesday, at my office I recognize my mood booster-
Read More »

#Quote 2

Hanya orang pandir yang mau menggadaikan masa depannya untuk masa lalunya
Serius gw ketawa di kaca, kadang kita, eh sering banget malah gw menyeret nostalgia masa lalu. Banyak kenangan baik, tapi tidak sedikit juga kenangan yang saat melesat 3 detik saja, membuat hati merangsek bukan kepalang memperbaiki mood—kepayahan.

Harusnya gw pandai menata etalase masa lalu dengan baik. Mengijinkan yang baik untuk dapat diakses sebagai bahan nostalgia. Tetapi harus ketat memfilter yang menyesakkan hanya sebatas untuk pelajaran, cukup.

Dunia ini sempit, terlalu sempit untuk bercengkrama dengan masa lalu yang bisa jadi akan mengungkungmu menuju masa depan. Gw terseok-seok menatanya, kemudian mengacak-acaknya kembali karena system imun-iman yang kurang cukup menjadi antivirus.

Sebulan terakhir, gw memperbaiki imun-iman itu agar menjadi anti-virus yang mematikan bagi virus masa lalu yang tidak terfilter dengan baik. Gw mengolok-olok elo karena menjadi bagian dari si pandir. Tapi please jangan bawa-bawa gw untuk menjadi pandir yang bercumbu dengan masa lalu. Lu boleh mengeluarkan jurus paling ampuh dari Djiban, Sailormoon bahkan kame-hame nya Son Goo Ku. Cuma Lu harus menyadari, gw sudah khatam dengan tabiat Lu yang satu ini—datang hanya butuh teman bicara dan pergi saat sudah mampu berdiri.

Hello my memories, keep calm! I will bring an anti-virus to clean up the bad imagination.

Nb : Gw make sebutan Gw-Lu, yang sebenarnya tidak Gw  suka, agar lebih sarkastik. Catat baik-baik : masa lalu tidak akan pernah menang, dia akan selalu jadi roda belakang. Wish we have a bright future guys. Cheers!
Read More »

Tuh kan tentang pernikahan (lagi)

Sebenarnya 2 hari ini ingin melatih diri untuk mematikan whatsapp setelah di atas jam 20.00. Tapi hal itu urung karena ada seorang teman yang beberapa Minggu yang lalu mengirimkan sms seperti kode untuk bertanya sesuatu namun tidak jadi—sms 2 kali namun tidak ada respon lagi.

Malam ini dia menanyakan hal yang sebelumnya sudah berkeliaran dalam benakku. Iya, tentang PERNIKAHAN. Agustus-September ini memang banyak sekali wedding invitation, dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini setiap ada undangan seperti itu—apalagi sahabat sebaya. Ada ruang di hati yang mendesir perlahan, dua detik tertahan. Tetapi bukan tidak senang akan kabar itu, bukan sama sekali, bahkan aku sendiri tidak dapat menjabarkannya. Dan memang tahun ini sangat spesial, saat hatiku menangkap adanya perasaan (sedikit) marah, eh lebih tepatnya kesal terhadap orang-orang yang bertubi-tubi menanyakan “kapan menikah?” dan sampai saat ini aku masih sadar bahwa apapun pertanyaan orang lain, hak jawab yang santun tetap ada pada kita.

Back to the topic. Ada teman kuliah yang menanyakan tentang konsep ta’aruf. Mendadak roaming. Ehehe

Dia kenal wanita itu seminggu yang lalu dan tidak mau pacaran—langsung nikah (aku mendukung, go go go man! Jangan jadi lelaki cemen). Aku membaca sharingnya dengan takzim, sesekali mengeryitkan kening—karena aku sama sekali belum melewati tahap ini. You know, jangankan mematikan whatsapp, aku malah membuat kopi agar mataku awet malam ini.

“Aku bingung harus ngasih jawaban apa ke keluarganya”, kurang lebih tulisnya demikian—ehm, mungkin nanti yang jadi obyek cerita juga baca ini, jadi gak terlalu vulgar lah :p

“Lha kenapa bingung?”, aku masih santai menjawab.

“Aku masih ragu. Kalau menurutmu menikahi wanita itu karena apa?”, lanjutnya.

“Eh, aku belum melewati fase ini lho, kenapa kamu nanya sama aku coba :DD”, aku terkekeh—menyeringai, pertanyaannya masih standart dan jawabannya pun masih enteng.

“Karena kamu wanita, mungkin tau jawabannya”, tulisnya.

Gleeek.... udah mulai masuk ke pertanyaan-pertanyaan yang membuatku mengeryitkan dahi.
“Mmm, boleh gak sih kalo aku juga memasukkan penilaian fisik ke daftar untuk pertimbangan menikah”, #tanya 1

“Gak masalah sih, manusiawi, tapi jangan jadikan itu patokan utama”, #jawabku1

“Trus menurutmu apa yang utama”, #tanya 2

“Kalo aku sih agama—tapi beda-beda pertimbangan tiap orang (ini gak ikut ditulis lho :p), trus bukannya menikah juga ada pertimbangan-pertimbangan lainnya, ex : keturunan, kecantikan, kekayaan cs. Tapi memang agama landasan dan pondasi utama”, #jawabku 2

“Oh iya Bu Ayaaa (ini nih, panggilan khas kalo tulisannya digabung, bisa-bisa menjadi garang seperti buaya :p), dia masih ada Mbakyu yang belum menikah dan aku pekewuh kalo melangkahinya. Aku bingung”, #tanya 3

“......(pertanyaan ini rada mikir, agak teoritis sih, karena aku paling enggan ngasih komentar terhadap hal-hal yang belum aku alami sebelumnya).... Kamu coba tanyakan hatimu niat kamu mau nikah itu apa? Kalo udah nemu jawabnya, tinggal kamu luruskan niatmu—apalagi kalo niatnya untuk ibadah. Trus terkait Mbakyunya yang belum menikah, kamu komunikasikan sama calonmu terkait hal itu. Kalo Mbakyunya gak masalah dan calonmu oke, apa masih berkutat dengan pekewuh?”,#jawabku 4 yang asli teoritis, kalo aku yang menjadi artis/pelakunya mungkin juga kayak kamu kali T-T

“Oh gitu yaa, mau aku kasih alamat fb-nya? Wajahnya kayak kamu lho”, #bukan tanya

“ahahaha, nanti aku lihat ya”, #bukan jawab

“Ini alamat FB-nya”, #bukan tanya

“Oooh, cantik, iya sama kayak aku pake kacamata :p”, #bukan jawab

“Btw, kamu udah istikharah tentang ini Mas?”, #tanyaku 1

“Belum iii”, #jawabnya 1—aku langsung mbatin, pantes kowe bingung :DD

“Kamu masih punya waktu berapa hari lagi untuk mengkonfirmasi ke keluarga mereka?”, #tanyaku2

“Yaaah sekitar 4-5 hari lagi Bu Aya”, #jawabmu 2

“Oh yaudah, gunain 5 hari itu, istikharah jangan bolong ya, minta petunjuk jawaban atas kebingunganmu”—ini aku yang nulis

“Kalo istikharah sama kayak tahajud?”—dia yang nulis

“Beda, istikharah lebih ke meminya petunjuk tentang suatu pilihan. Googling aja yaaa”—timpalku

“Siaaaaaap!”, jawabmu mantap.

Dan semoga 5 hari ke depan ada jawaban terbaik.

Aduh duh duh, paling demen mbahas tentang pernikahan. Pertanyaan-pertanyaan temanku membuatku berfikir. Bagaimana kalau aku yang menjadi artisnya?

Apa niatmu menikah, Ay?

Tik..tok..tik..tok

Karena ingin melengkapkan separuh dien. Iya karena ingin beribadah dan mengabdi pada-Nya. Tetapi kadang-kadang aku sendiri menjadi hipokrit, jawaban itu kadang menguap dan kadang juga menguat tergantung ruhiyah. Kalo ruhiyah lagi awut-awutan ditanyain tentang kapan mau nikah aja kayak bensin dikasih api..ahaha

Daaan, kemenangan bagi para lajang adalah dapat menjawab pertanyaan “kapan menikah” secara bertubi-tubi” dengan ramah tanpa amarah. Cheers!


Note : kalo yang menjadi obyek cerita ini baca potongan tulisan ini, aku mendoakan kamu membacanya sambil tersenyum, atau bahkan sambil menggenggam bidadari cantik yang bermata jelly. Semoga dilancarkan ibadahnya ya...:)
Read More »

Aku pengen nangis di bahumu, Mas


“Mas, pinjem bahunya boleh”, suaraku mengiba.

“Buat apaan?”, jawabmu polos.

“Nangis”, ucapku melemah.

Kamu merengkuh tanpa menjawab dan tangisku pecah. Isakanku membanjiri kemeja garis-garis biru yang kau kenakan malam itu. Dan aku hidungku kedat karena tangisan. Bau parfummu seakan menguap dengan aroma air mata yang tumpah ruah. Tapi kamu abaikan dan tetap memelukku. ERAT.

Beberapa menit hening. Berlalu. Kamu tidak bergeming, makin mengeratkan pelukanmu. Aku seperti anak kecil yang kau tenangkan agar menghentikan tangisan. Sejenak ingin menghentikan waktu. Aku rela menangis tersedu asalkan kau memeluk mendekapku.

Tapi ternyata waktu tidak pernah berhenti meski hanya sedetik. Pelukanmu berangsur merenggang. Aku menunduk, kau menatapku masih dalam hening.

“Udah?”, tatapanmu tegas namun teduh.

“Huuuh”, aku mulai mengangkat kepala membalas tatapanmu. Aku tidak sembunyi-sembunyi lagi melihat sorot tajam yang terkadang menyebalkan.

“Udah nangisnya? Atau mau dipeluk lagi? Sini kalau mau lagi”, bibirmu mengembang dan kamu juara memenangkan senyumku.

“Udah, yuk pulang”, kamu menggamitku, mengacak-acak rambutku yang kusut.

Ps : woy, cerita fiktif woy. Cerita menye-menye yang imajinatif dari jomblowati yang (in sya Allah) shalihah. Makanya disitu dia gak pake head scarft, karena Mas-Mas itu guling halalnya. Ahahaha

Ps (lagi) : cerita ini hanya rekaan di waktu makan siang setelah puas memaki-maki Ruby Tham. “You must give us full information regarding to this matter earlier since your information will influence to our legal opinion…. Piye to Bu Bu, kamu yang memaki-maki malah kamu yang salah informasiiiiii.. cased close, yuk ngerjain Searching ;p


Read More »

DEPRESI--Tingkatan, Penyebab, Gejala

Salah satu tema talk show Sarah Sechan di Net TV malam ini tentang DEPRESI. Merujuk pada realita banyaknya artis-artis Hollywood yang tenar dengan kepiawaiannya berakting, mendapatkan berbagai penghargaan atas perannya. Namun ironisnya, sebagaian dari mereka memilih bunuh diri karena momok  yang bernama depresi.

Bintang tamu yang dihadirkan semalam adalah Psikolog Poppy Amalia. Meskipun hanya sebentar scene tersebut, namun penyampaian beliau telah memberikan pemahaman secara umum terkait depresi. Atau jangan-jangan kita juga pernah mengalaminya dengan tingkatan yang berbeda.

1.      Tingkatan Depresi
Ada yang ringan, sedang, akuuuuut.

Tingkatan yang ringan masih bisa diatasi misal dengan refreshing, relaksasi, curhat.

Tingkatan sedang butuh ke psikiater. Haduh berarti dulu aku juga pernah dong di tahap ini #ups. Colek Ririn Gagarin, thanks for your bighug. Muah.

Tingkatan akut, orang depresi yang berada di tingkatan ini sudah berhalusinasi tentang khayalan yang dibuatnya sendiri. selain butuh ke psikiater juga butuh mengkonsumsi obat.

Ps : ini hasil resume saya lho, menerjemahkan ulasan di Net TV

2.      Penyebab Depresi
Ada macem-macem sih, yang bisa bikin kalian BT, manyun, muring mungkin juga bisa tuh digolongkan ke klasifikasi ini. Lagi-lagi nih, ternyata aku juga pernah mengalami depresi yang mungkin aku tidak menyadarinya. Karena memang orang depresi tidak mengetahui sumber masalah yang dialaminya dan tidak tau bagaimana cara pemecahannya (problem solving). Berikut saya kutipkan beberapa penyebab depresi dari berbagai sumber, check it out :
a.  Merokok, hello ladies and gentleman, jangan ngrokok ah. Dan ini kenapa saya juga memasukkan criteria calon suami yang akan mendampingi saya #ups.. tolong jangan ngrokok ya, Mas (:p)
b.      Konflik, saya yakin sih tiap orang memiliki masalah. Dan saat kombinasi konflik berkombinasi untuk menyerang kekuatan imunitas iman dan kesabaran kita, ternyata bisa juga menjadi depresi (bilang aja—dengan kekuatan bulan, akan menghukummu!)..ahaha
c.      Banyak make media social. Hayo ngaku yang sehari-hari suka mantengin med-sos? Twitter, facebukiyah, instagram cs jadi teman sehari-hari. Bahkan waktu sama keluarga dan teman, mereka lebih mendominasi waktu dan perhatian? Ayo ngaku! (hiks, sayaaaa)
d.     Domisili, saya membaca berulangkali ulasan tentang domisili ini, karena survey membuktikan penduduk yang tinggal di kote 39% lebih
e.      Obat-obatan, no comment
f.     Banyak pilihan dan terlalu perfect, hal ini membuat orang yadi banyak tekanan dan tuntutan pada diri sendiri

3.      Gejala Depresi
a.   Malas melakukan hal-hal baru, kalau di Net TV semalam disebutkan bahwa orang yang terkena depresi cenderung malas mandi.. ahaha, aku kadang juga gitu, apalagi weekend.
b.  Perasaan labil, menangis sendiri, ketawa sendiri. Emosinya cenderung labil tidak bisa diprediksi
c.    Lebih sering tidur, emang duluuuuuu banget kalo aku lagi ada masalah cara penyelesaiannya adalah tiduuuuuuur. Itu dulu, sekarang enggak :D
d.      Kehilangan minat pada kehidupan, it means they did not have a confident?
e.      Mudah marah

4.      Harus ngapain?
Dan ternyata kecerdasan intelektual dan emosional juga harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual (mengutip Ary Gymnastiar). Just my opinion to solve this matter :
a.   Allah is the best creator, bahkan kita ini debu di hadapanNya. Bukankah jelas, di setiap kesulitan ada dua kemudahan? Selalu yakin bahwa Dia adalah penyusun scenario terhebat, inget yaaaa terhebat…
b.  Support keluarga, serius deh keluarga merupakan benteng pertahanan dan kenyamanan saat semua orang meninggalkan. Trust them. Saya pernah dalam posisi lebih mempercayai orang lain daripada keluarga. Mendadak hati saya gerimis mengingat hal itu, inginmemeluk mereka satu per satu. Dan saya yakin dengan pepatah “seorang ayah tidak akan menjerumuskan putrinyaa”, aduh duh menulis ini mata saya meleleh
c.      Lingkungan yang kondusif, pilih teman-teman yang baik. Bulshit kalo kita dilarang milih-milih teman, karena dalam ajaran Islam pun sudah dianjurkan jelas “Bertemanlah dengan orang-orang sholeh-shalihah”, setidaknya mereka akan memberikan saran yang baik-baik.
d.      Nah bagi yang sudah terlanjur depresi, psikiarter bisa membantu.



Ps : ini hanya opini saya, bukan rujukan baku, ambil manfaatnya buang sepahnya..ehehe

Mari hidup sehat, positive thinking. Muah
Read More »

#Quote 1

Semakin mencari, semakin kamu tidak menemukan. Kadang apa yang kamu butuhkan ada di sekelilingmu. Kamu hanya perlu bilang “cukup” untuk beberapa hal.

Bersyukur maka kamu akan merasa selalu cukup.

-aku yang sedang menelisik arti syukur-

Read More »