Featured Slider

Nyaman Berhijab ala Akarui Cha

Cha mengenakan hijabnya, cantik!
Hallo teman-teman, seiring perjalanan waktu, berhijab sudah tidak lagi dipandang kuno. Dulu sebagian orang memberikan beberapa "label" untuk orang-orang yang berhijab, lebih alim, lebih akhwati dan semacamnya. Bahkan, di jaman saya, tiap foto ijazah, untuk orang yang berhijab ditanya terlebih dahulu "Mau pakai hijab atau gak?", tanya seorang guru. Karena ada beberapa instansi perusahaan yang mewajibkan karyawannya untuk tidak berhijab.

Tapi sekarang, kita tidak hanya familiar dengan muslimah-muslimah yang tampil percaya diri dengan mengenakan hijabnya, tetapi designer muslim sudah mulai diakui eksistensinya seperti : Dian Pelangi, Restu Anggraini. Bahkan artis seperti Sazkia Sungkar, Sazkia Mecca, Oki Setiana Dewi juga merambah dunia fashion muslimah.

Saya memutuskan berhijab saat kelas 1 SMA, dan itupun tidak langsung pakai terus. Ada proses yang harus saya lalui, dari mulai bongkar pasang jilbab, gerah dan alasan-alasan lain yang setidaknya menggoda iman. Baru sekitar 6 bulanan memakai hijab, hati rasanya ada yang kurang kok ya cuma begini-begini saja. Proses-proses yang saya jalani hingga benar-benar mantap berhijab :
  1. Niat, niat, niat. Rasanya kalau berhijab niat karena Allah, kita akan ditolong saat punya keinginan untuk melepasnya.
  2. Ikut kajian. Waktu itu Rohis di SMA aktif mengadakan kajian jadi nimbrung biar adem.
  3. Diskusi dengan saudara atau teman yang tidak "menjustifikasi". Dalam kondisi seperti ini, saya sadar betul bahwa berjilbab adalah wajib, jadi saya tidak butuh repetisi lagi untuk menyatakan hal tersebut. Saya hanya butuh didengarkan dan sharing tentang hal itu tanpa harus dijustifikasi.
  4. Pack baju-baju yang berlengan pendek. Gak semua sih, tapi it works buat saya. Jadi, baju-baju yang katanya gak syari' itu, saya kemas dan masukin ke kardus. 
  5. Menjemput hidayah. Hati kita itu tipis banget, jadi sekali saja Allah membisikkan hati kita untuk "berhijab", maka jadilah. Tapi hal itu juga bisa sebaliknya, lho. Jadi, saya mengupayakan dan menjemput hidayah. Bagaimana caranya? Saya istighfar dan berdoa tidak putus untuk dimantapkan berhijab. Gak pengen-pengen lagi melepasnya.
Dengan melalui hal-hal tersebut, saya bersyukur sekali. Karena saya tahu bagaimana rasanya melawan diri sendiri, berdamai dengan hati untuk suatu hal yang memang seharusnya saya lakukan. Makanya saya tidak serta merta menjustifikasi kalau masih ada yang bongkar pasang hijab. Lebih mengarah ke mendoakan agar dikuatkan dan dimudahkan untuk "menjemput hidayahnya".


Nah, untuk jenis hijabnya, terus terang sampai sekarang saya menyukai yang model bergi dan segiempat. Tadi sih sempat mampir di Blognya Mbak Aisyah Utama yang  memiliki nama pena Akarui Cha, www.tamanrahasiacha.com . Dia menuliskan bahwa ada beberapa model hijab yang nyaman saat dipakai :
  1. Hijab Paris, ini ngehits banget pas waktu saya masih kuliah. Mungkin sampai sekarang saya juga masih gandrung sama hijab paris ini karena mudah dipakai dan tidak gampang kusut. Untuk membentuk hijab ini pun juga bisa dikreasikan dengan beberapa model yang syari'. Cocok untuk wajah ovale dan lonjong.
  2. Hijab Segitiga, untuk model hijab ini cocok dipakai saat berangkat kantor atau beberapa acara formal lainnya. Bisa ditambah dengan bros agar nampak lebih anggung. Saya hanya punya beberapa sih jilbab yang model ini. Ternyata tetep nyaman kalau dipakai saat santai.
  3. Hijab Pashmina, model hijab pashmina juga tak kalah ngehits. Dari kebanyakan penjual online di Instagram, model jilbab ini banyak dijual dan laris manis. Kalau saya pribadi agak kurang nyaman sih, karena pemakaiannya gak simetris sama bentuk wajah :D. Jadi kalau untuk wajah bulat, saat memakai pashmina jadi terkesan tembem pipinya. Mungkin karena saya lebih cocok memakai ciput.
  4. Hijab Bergo, hijab yang langsung pakai ini bisa dipakai di acara formal maupun untuk keseharian. Biasanya dipakai di rumah. Jadi kalau ada tamu, hijab ini bisa langsung dipakai. Atau kalau mau bepergian dengan preparing waktu yang mendesak, jilbab model ini bisa langsung dipakai
  5. Khimar, model hijab ini juga menjadi trend baru para muslimah. Ada yang memakai ciput atau yang biasa. Dengan ditambahkan layer, membuat khimar banyak diminati.
Meskipun Cha mulai berhijab baru tahun lalu, tetapi semangatnya perlu diacungi jempol. Semoga istiqomah ya Cha :). Dan teman-teman yang berhijab dan berniat ingin berhijab, semoga disegerakan dan diistiqomahkan. Ah iya, kalau model berhijab yang nyaman menurut teman-teman yang seperti apa? Feel free for sharing.
diunduh dari blog www.tamanrahasiacha.com

Yang mau kenalan sama Cah, teman-teman bisa main-main ke blognya atau ke sosmednya :

Facebook: Akarui Cha
Twitter: @Akarui_Cha
Instagram: @akarui.cha
Read More »

Mendadak Dangdut : Rekayasa Cinta

Sebelumnya masih ragu mau ikut giveaway ini apa gak. Yang nguer di kepala cuma ada dua kata -ikut,enggak,ikut,enggak, ikuuuuuut-. Akhirnya ikut juga meskipun pas bilang sama temen-temen, sebagian dari mereka banyak yang klecam-klecem dan sebagian lain tertawa setelah mendengar kalau lagu yang dinyanyikan adalah dangdut.

"Aku mau ikut lomba nyanyi, guys!"

"Waaah, nyanyi apa Mbak Ay?"

*Rekayasa Cinta*

Tiba-tiba hening.

"Itu dangdut?"

"Iyaaa, yang nyanyi Camelia Malik"

Hening lagi, lagi dan lagi.

Mmmm, selain ingin escape dari comfort zone, alasan lain ikut giveaway ini adalah tidak lain karena ulang tahun Pakdhe Cholik di bulan yang sama dengan ulang tahun Iqbal, saya dan Ibu. Pokoknya Agustusan mania. Berharap bisa menghibur, hihi. Oh iya, semoga sehat selalu Pakdhe Cholik! Amin.

Ah iya, sebelumnya mau ngucapin terima kasih buat Vina, Wanda sama Mbak Fine atas supportnya yang warbiasah dari mulai make up sampai minjemin hape buat nyanyi di smule VIP. Padahal ikut nyanyi ini seru-seruan :D. Sebenarnya saya udah daftar smule VIP di hape saya, tapi setelah pulsa kepotong 60rb ternyata gak bisa digunain, huks (nanti saya cerita di postingan terpisah).



Artikel ini diikutsertakan pada Giveaway 66: Dangdut Cerdas On the Blog
Read More »

Inovasi Balitbang PUPR dalam Perbaikan Infrastruktur untuk Mewujudkan Desa yang Berswasembada

Ilustrasi. Credit from Google
Ekonomi yang tinggi menuntut suatu daerah untuk dapat menyediakan infrastruktur memadai yang mampu mendukung kelancaran aktivitas atau dapat pula berlaku sebaliknya, dimana ketersediaan infrastruktur yang memadai mampu memicu perkembangan ekonomi. Pada intinya adalah infrastruktur memegang peranan vital dalam aktivitas ekonomi masyarakat. Maka, tidak heran jika di era kepemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama.

Dalam makalahnya yang berjudul Dukungan Infrastruktur PUPR dalam Percepatan Pengembangan Industri,  Dr. Ir. A. Hermanto Dardak, MSc. Menyampaian bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) fokus pada pembangunan infrastruktur berbasis pengembangan wilayah atau lebih dikenal sebagai WPS. Hal tersebut dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan dan percepatan ekonomi.

Menurut beliau, beberapa hal yang melatarbelakangi untuk dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur berbasis WPS adalah sebagai berikut [1]
  1. Disparitas antar wilayah relatif masih tinggi terutama antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI)
  2. Urbanisasi yang tinggi (meningkat 6 kali dalam 4 dekade) diikuti persoalan perkotaan seperti urban sprawl dan penurunan kualitas lingkungan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan kawasan perdesaan sebagai hinterlan belum maksimal dalam memasok produk primer
  3. Belum mantapnya konektivitas antara infrastruktur di darat dan laut, serta pengembangan kota maritim/pantai
  4. Pemanfaatan sumber daya yang belum optimal dalam mendukung kedaulatan pangan & kemandirian energy

Dari keempat latar belakang tersebut di atas, saya tertarik untuk mengulas latar belakang pada poin 2, yaitu tingkat urbanisasi yang tinggi. Untuk penyelesaian tersebut, faktor infrastruktur yang ada di pedesaan juga menjadi pengaruh yang sangat besar. Hal yang sederhana saja, fasilitas jalan yang rusak, ketersediaan air bersih yang belum memadai.

Inovasi Balitbang PUPR

Pelaksanaan pembangunan nasional dapat terwujud apabila didukung oleh situasi dan kondisi yang tertib dalam menyelenggarakan pemerintahan baik dipusat maupun di daerah termasuk di tingkat desa dan kelurahan. Penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 diarahkan agar mampu melayani dan mengayomi masyarakat, mampu menggerakan prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dalam hal ini pemerintah harus mampu mengkoordinasikan sebagai unit dalam pemerintahan agar dapat mendayagunakan fungsi mereka dengan baik dan memberikan kontribusi yang nyata bagi proses pembangunan. 

Di tahun 2012 Dinas Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum telah pernah menargetkan ada 5000 desa yang menjadi sasaran program PPIP-PNPM Mandiri. Program PPIP-PNPM Mandiri ini mencakup pembangunan berbagai infrastruktur pedesaan mulai dari jalan perdesaan, irigasi pedesaan, air minum pedesaan, serta infrastruktur sanitasi pedesaan. Program ini bukan sekedar program fisik saja tetapi benar-benar dirancang untuk membangun desa dan masyarakatnya. Atas dasar tersebut dalam penyelenggaraannya program ini dilaksanakan berdasarkan pada tujuh 6 pendekatan, yakni pemberdayaan masyarakat, keberpihakan kepada yang miskin, otonomi dan desentralisasi, partisipatif, keswadayaan, keterpaduan program pembangunan, dan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

Desa Kadilanggon, tempat saya tinggal sekarang, menjadi salah satu penerima program PPIP-PNPM Mandiri yang didanai sebesar Rp. 250.000.000. Desa Kadilanggon merealisasikan program tersebut dalam bentuk perbaikan jalan dan pembangunan PAUD. Setelah Kementrian Pekerjaan Umum digabung dengan Kementrian Perumahan Rakyat (PUPR), banyak sekali inovasi yang dihasilkan sebagai bentuk solusi untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan percepatan pembangunan infrastruktur.
Program PPIP di Desa Kadilanggon

PAUD Ananda sebagai realisasi program PNPM
Demi mendukung kinerja Kementerian PUPR, Balitbang dituntut siap siaga menyediakan solusi dalam mengatasi berbagai masalah yang muncul terkait proses pembangunan infrastruktur, sesuai dengan jargonnya “Hadirkan Solusi Seiring Inovasi”. Berbagai produk teknologi dan inovasi telah dihasilkan oleh Balitbang PUPR, mulai dari produk teknologi dalam skala besar hingga teknologi skala kecil yang dapat digunakan di lingkungan rumah tangga [2].

Sejumlah produk inovatif yang dihasilkan Balitbang Kementerian PUPR antara lain teknologi Modular untuk Perumahan dan pengelolaan sumber daya air, flood early warning system, sumur resapan, Ruang Henti Khusus (RHK) untuk membantu mengurai kemacetan, Sindila (alat pengukur volume dan kecepatan lalu lintas) produk Litbang Kementerian PUPR, tambalan cepat, material timbunan ringan, berbagai variasi aspal beton, berbagai tipe peredam energi untuk bendungan sesuai karakteristik sungai, peta potensi gempa untuk perencanaan infrastruktur dan peta Isohyet [3].  

Sedangkan untuk produk berupa standarisasi dan norma, Balitbang Kementerian PUPR setidaknya sudah menghasilkan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebanyak 753 dokumen, pedoman teknis 252 dokumen, dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) sebanyak 64 dokumen. Total keseluruhan yaitu sebanyak 1.069 dokumen. 

Permasalahannya, inovasi yang dihasilkan litbang dan kemanfaatnya tersebut belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Padahal jika inovasi-inovasi tersebut dapat direalisasikan dan diterapkan, maka akan banyak masyarakat yang merasakan dampak dari keberadaan teknologi yang dari tahun ke tahun selalu dikembangkan oleh pihak balitbang. Lalu bagaimana solusi agar inovasi tersebut juga dapat tersampaikan di tingkat pedesaan?

Mewujudkan Desa yang Berswasembada dengan Perbaikan Infrastruktur 

Seperti yang saya sampaikan di atas bahwa untuk menekan laju urbanisasi, langkah yang dapat diambil adalah mewujudkan desa yang berswasembada dengan perbaikan infrastruktur yang ada. Pembangunan yang dilaksanakan di desa atau tingkat kelurahan merupakan realisasi pembangunan nasional. Untuk menunjang pembangunan di desa atau tingkat kelurahan peran serta pemerintah serta partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan. Dalam merealisasikan tujuan pembangunan maka segenap potensi alam harus di gali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, demikian pula halnya sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan sehingga dapat mengembangkan potensi alam secara maksimal agar tujuan pembangunan dapat tercapai.

Jumlah desa di Indonesia yang mendapatkan alokasi dana desa tahun 2016 berjumlah 74.754 desa. Berdasarkan Peraturan Kementrian Desa Nomor 21 Tahun 2015, prioritas pertama penggunaan dana desa yaitu untuk membangun infrastruktur berupa jalan, irigasi, jembatan sederhana dan talud. Lalu apa korelasi pembangunan infrastruktur dengan desa swasembada? Sebelum lebih jauh mengulas, saya akan menjelaskan konsep desa swasembada yaitu desa desa yang masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan kegiatan pembangunan regional.

Ada beberapa syarat dalam pembangunan infrastruktur, antara lain: peningkatan ekonomi, menekan angka kemiskinan, menyerap lapangan kerja dan memperhatikan dampak lingkungan setempat. Jadi, dalam pembangunan infrastruktur di pedesaan, keempat syarat tersebut wajib dipenuhi. Oleh karena itu, beberapa desa yang memiliki potensi baik dari segi ekonomi, wisata maupun kearifan lokal, harus diperbaiki infrastrukturnya demi mewujudkan desa swasembada.

Pembangunan infrastruktur yang umumnya menjadi permasalahan masyarakat desa adalah jalan yang menghubungkan daerah satu dengan yang lainnya rusak parah. Saya memberikan gambaran untuk 2 desa yang berpotensi berswasembada melalui objek wisata di daerahnya :

Di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara. 90% jalannya rusak dan belum beraspal. Untuk objek wisata menuju kawah Candradimuka, warga setempat menuturkan bahwa jalan tersebut telah beberapa kali diaspal, namun selalu rusak [4].

Contoh lain adalah akses jalan menuju wisata Citumang desa Bojong kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran yang rusak parah. Hal tersebut berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut. Pengelolaan dan perbaikan jalan dilakukan oleh pemerintah desa setempat. Sehingga, jika dikelola secara optimal dapat meningkatkan penghasilan masyarakat di sekitarnya. Jika pengelolaan infrastruktur baik, maka akan membuat pengunjung banyak yang datang dan terciptalah masyarakat yang berswasembada [5].

Masih banyak contoh lain dengan permasalahan serupa yaitu jalan penghubung ke objek wisata rusak. Dalam kasus ini, inovasi dari balitbang berupa aspal Porus dapat digunakan dalam perbaikan jalan menuju objek wisata. Aspal Porus merupakan hasil inovasi Puslitbang bidang jalan dan jembatan. Aspal ini merupakan salah satu jenis campuran beraspal panas yang dapat digunakan sebagai lapis permukaan. Hasil dari campuran aspal porus memiliki gradasi agregat yang hampir seragam. Manfaat dari aspal porus adalah meningkatkan keselamatan pengendara karena menghilangkan hydroplanning dan meningkatkan kekesatan, ramah lingkungan karena meredam kebisingan dan tahan terhadap deformasi.

Inovasi dari Balitbang sudah teruji kualitasnya di lapangan sebelum dirilis. Produk yang dihasilkan juga mengikuti perkembangan teknologi terkini dan dapat dimanfaatkan di masing-masing lokasi, khususnya di daerah pedesaan. Oleh karena itu, inovasi yang dihasilkan dapat diterapkan untuk daerah-daerah desa yang berpotensi demi mewujudkan desa yang berswasembada. Aspal porus hanya salah satu diantara inovasi yang ditemukan Balitbang yang telah saya paparkan sebelumnya. Lalu bagaimana solusi agar inovasi tersebut juga dapat tersampaikan di tingkat pedesaan? Untuk menginformasikan dan mempublikasikan inovasi-inovasi tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:

1.    Koordinasi yang solid antara PUPR khususnya Balitbang dengan instansi terkait lainnya dalam hal pengembangan infrastruktur desa misalnya dengan Kementrian Desa yang sebagian besar dananya juga dialokasikan untuk pembangungan infrastruktur, sehingga inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh Balitbang dapat diterapkan di desa-desa dengan sumber pendanaan dari dana desa.
2.  Pemberian informasi yang massif mengenai produk–produk yang dihasilkan Balitbang PUPR kepada para stakeholder (Bupati, Camat, Kepala Desa). Realitanya, masih banyak kepala desa yang tidak mengetahui inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh Balitbang PUPR, sehingga saat ada permasalahan infrastruktur di tingkat desa, mereka tidak menerapkan inovasi tersebut.

Dengan inovasi yang diciptakan Balitbang PUPR yang diterapkan di desa-desa khusunya dalam perbaikan infrastruktur, maka untuk mewujudkan swasembada desa bukanlah hal yang mustahil. Angka urbanisasi dapat ditekan, dan pertumbuhan ekonomi juga dapat berkembang secara merata di setiap desa. Tentunya implementasi dari hal tersebut dibutuhkan koordinasi yang solid antara Kementrian PUPR dengan instansi-instansi dan para stakeholder serta peran aktif masyarakatnya.

Referensi :
[1] Hermanto Dardak, MSc, Dukungan Infrastruktur PUPR dalam Percepatan Pengembangan Industri, makalah disampaikan pada 18 Agustus 2015

[2] Arie Setiadi Moerwanto, Inovasi Rancang Bangun Infrastruktur Yang Efisien, http://koran-sindo.com/news.php?r=1&n=3&date=2016-06-24, diunduh pada 6 Agustus 2016

[3] Rushans Novaly, Solusi Infrastruktur Inovasi Litbang Tak Henti, http://www.kompasiana.com/rushanovaly/solusi-infrastruktur-inovasi-litbang-yang-tak-pernah-henti_56774c3d5c7b611105fb95eb

[4] (http://www.radarpekalongan.com/14386/infrastruktur-jalan-rusak-objek-wisata-sepi/).

[5] http://www.galamedianews.com/wisata/70971/akses-jalan-ke-objek-wisata-citumang-rusak-parah.html

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blogging Balitbang PUPR






Read More »

Mudahnya Memperpanjang SIM C di Polres Klaten

Memperpanjang SIM C

Bulan ini saya mengecek dokumen-dokumen apa saja yang membutuhkan proses renewal. Dan saya menemukan SIM C pertengahan bulan ini akan habis masa daluarsanya. Sebelumnya saya Tanya-tanya dulu sama teman yang kemarin sempat mengurus dokumen serupa. Testimoninya bikin lega—cepat dan murah kok! Katanya. Dia hanya habis 110rb untuk pengurusan perpanjangan SIM C.

Pagi ini, saya datang ke Polres Klaten bersama Ibu. Sekalian Ibu refreshing :D, padahal di Polres Cuma nunggu doang, tapi itu udah bikin seneng. Maklum, sejak Bapak sakit, Ibu jarang bepergian. Saya memutuskan parker di luar Polres untuk menghindari calo. Fyi, di parkiran Polres banyak banget calo yang berkeliaran. Awalnya nyapa manis banget, nanyain keperluannya apa, ujungnya marketing servis buat bantuin entah pembuatan atau hanya sekadar perpanjangan SIM bahkan jasa pembuatan SKCK yang notabene terbilang mudah dalam pengurusan.

Jujur saya rishi, karena sebagian dari mereka (gak semuanya-red) setengah memaksa untuk membantu. Makanya saya memutuskan untuk parker di luar saja. Saat saya mengunci motor, ada seorang bapak paruh baya nyamperin dan nanyain keperluan saya apa. Saya piker itu tukang parkir, ternyata bukan karena saat menghampiri saya, dia tidak membantu memarkir atau memberikan nomor parkir untuk saya. Saya menjawab lugas “Mau ketemu orang, Pak”. Pria tersebut ber-oh panjang dan meninggalkan saya dan menghampiri seseorang yang mau parkir juga. Saya menjawab demikian biar tidak mendapat pertanyaan lanjutan lagi, toh saya memang benar mau bertemu orang kan untuk mengurus perpanjangan SIM C :p.

Foto Copy
Tahap pertama, saya langsung ke foto copyan yang ada di area Polres. Dokumen yang difoto copy adalah SIM dan KTP. Disana kita akan dikasih paket komplit—map biru plus hasil foto copy tadi. Biayanya 2 ribu.

Periksa Dokter
Tahap kedua, saya disuruh periksa dokter untuk tes buta warna dan sidik jari telunjuk saya. Bayar 40rb.
Asuransi Bhayangkara
Nah, saya tidak tahu kalau untuk ikut asuransi ini hukumnya tidak wajib. Tapi karena saya udah kadung ngumpulin berkas di mejanya, yaudah saya manut. Untuk asuransi bhayangkara bayar 38ribu. Masa berlakunya 5 tahun sama seperti SIM. Sebenarnya di tulisan asuransi hanya tertulis 30rb. Ternyata yang 5rb untuk laminating SIM dan 3rb saya gak tahu untuk apa? Etapi saya lagi males buat nanya-nanya :D.

Ke Provos
Ini ada di bagian depan pintu masuk parkir Polres. Setiap pengunjung meninggalkan KTP untuk mengambil kartu tamu. Tapia da juga sih pengunjung yang langsung masuk aja tanpa mau repot nukerin ID Card :D. Saya tadi ngikutin alur dari tim dokter sebelumnya plek ketiplek.

Loket I bagian pendaftaran
Selanjutnya, saya ke loket I untuk meminta formulir pendaftaran yang harus diisi. Ada nama, alamat, status, dsb… Oh iya, saya ditarik uang 2rb untuk PMI. 

Loket BRI
Setelah mengisi formulir, saya mengantri untuk pembayaran di loket BRI. Untuk SIM C biayanya 75rb. Lengkap membayar biaya administrasi, saya kembali ke loket I untuk menyerahkan berkas formulir, surat dokter, SIM asli dan bukti bayar. Lalu dipanggil oleh petugas loket III untuk mengambil antrian foto.

Sessi foto
Jujur saya paling gak hoki kalo foto resmi, entah untuk ijazah, raport atau ID Card. Pokoknya yang sifatnya resmi deh. Seringkali ada yang gak sreg—senyum gak simetris lah, kepala agak miring lah, yang paling parah, mata saya merem :D. Kalo SIM atau KTP kan sekali jepret dan gak diulang lagi, jadi wajib bismillah biar hasilnya bagus. Macam pemilihan presiden, kalo gak sreg, nunggu 5 tahun buat ganti lagi,ahahaha.
Tetapi Alhamdulillah, tadi hasil foto SIM saya, kepalanya agak miring ke kanan, ahahaha. Teman-teman suka gitu gak sih? Tapi saya gak sebel, karena tadi polisi yang motret easy going. Jadi pas sessi foto, beliau ramah dan ngajak ngobrol hangat. Itu udah jadi alas an pemaaf,ahaha. Tahap-tahapnya udah selesai, tinggal nunggu aja hasil SIMnya. Teorinya Cuma 20menit, tapi prakteknya bisa 1,5jam tergantung antrian. Sabar bro-sist, polisi juga manusia :D. Oh iya, karena wara-wiri, saya menyuruh Ibu duduk di peron tempat pemeriksaan dokter. 

Mudah kan? Iya mudah, kalo tahu cara dan alurnya :p. Cepet kan? Iya, cepet dari kacamata saya. Tapi kalo dari kacamata ibu saya yang nunggu di depan ruang tunggu dokter, 2 jam itu lamaaaaa. Jadi, mudah dan cepat itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya,ahaha.


Kalo perpanjang melebihi daluarsa, bisa gak?
Secara aturan, kalau telat renewal SIM, kita diwajibkan untuk membuat baru. Tetapi, ketentuan itu berlaku di beberapa daerah dan di Polres Klaten masih memberikan toleransi 3 bulan dari masa daluarsa. Jadi missal SIM saya habis 15 Agustus 2016 nih, jadi saya diberikan masa tenggang untuk melakukan renewal sampai bulan 15 November 2016. Itu ketentuan sekarang lho ya! Ketentuan bisa sewaktu-waktu berubah. Karena setiap Polres memiliki kebijakan masing-masing.

Total Biaya
Untuk Perpanjang SIM plus parkir habis 156rb belum termasuk konsumsi :p.

Read More »