Featured Slider

Hatiku meleleh berkali-kali

Langkahmu khas sekali, bahkan dari saat injakan tangga pertama, aku bisa tau kamu akan menghampiriku. Seakan-akan ingin mengejutkanku, pintu kamar berderit pelan sekali.

Bulik lagi ngapain?”, kamu merangkulku dari belakang.

Hatiku meleleh. Seakan berdesir berkali-kali. Karena kamu.

Ngerjain tugas sayangku. Udah maem?”, kepalaku menoleh 90 derajat ke arahmu.

Ayo ah, jangan ketik-ketik melulu, maem dulu, temenin aku”, kamu mulai merajuk sambil mengeratkan pelukanmu.

Hatiku makin meleleh.

Ayo ah Bulik”, tangannya mulai usil tanda protes agar aku menghentikan aktifitasku.

Bagaimana aku bisa menolak, coba? Aku pasrah. Aku menggendongnya di belakang dan dia suka. Kami menuruni tangga sambil bercanda. Momen-momen itu sangat membekas. Saat kamu bilang maaf, bilang sayang, bilang tolong, dan celoteh lainnya yang membuatku merasa sangat berharga.

Saat orang lain mengira aku mengajarimu sesuatu, ternyata salah, kamu dan adikmu yang mengajariku banyak hal. Seakan-akan naluri keibuanku terasah setiap hari.

Oh iya, saat kalian besar dan membaca tulisan ini, kalian akan memaksa memori kalian untuk mengingat tentang momen ini, Dio-Deandra.


*Dio (3y, 8m), Deandra (2y, 6m)
Read More »