Featured Slider

Post Partum Depression Warior

2022 seperti roll coaster buat saya. Fisik dan psikis saya ditempa. Rasanya tiap pagi isinya hanya keluh kesah *cry*.

Belajar menjadi Ibu sepanjang masa

Saya belum sempat menceritakan tentang persalinan Sea. Bahkan Sea juga sudah disunat pun belum sempat mendokumentasikannya seperti Ray dan Ben. Bukan karena tidak mau, tapi setelah melahirkan Sea, saya merasa ada yang berbeda. Sinyal seperti saat setelah melahirkan Ray. Tiap hari rasanya lelah tidak berkesudahan. Pagi, siang, sore rasanya gelisah dan cemas. Yang ujungnya adalah AMARAH. 

Saya tidak baik-baik saja

Dulu, ketika melahirkan Ray, saya merasa dipaksa bahagia. Disuruh bersyukur yang ternyata membuat makna blur. Padahal, bersyukur sambil merasakan capek itu tidak apa-apa. Tidak selalu menjadi perempuan yang kuat juga tidak mengapa. Sesekali menampilkan sisi rapuh, juga manusiawi. Sayangnya, saya tidak ada yang mengajari untuk memeluk emosi-emosi negatif itu. Cenderung disuruh mengabaikan dan diburu-buru diusir pergi. Sehingga ketika perasaan itu datang lagi, seperti membangunkan sisa emosi negatif lainnya yang membekas. 

Perasaan tidak nyaman yang mengendap

Sejak kecil, saya dilatih untuk sat set wat wet. Merasa bangga kalau bisa mengerjakan sesuatu dalam satu waktu. Istilah kerennya adalah multitasking. Tapi semakin kesini, saya justru belajar untuk pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa. Kelihatannya mudah, tapi praktiknya menguras tenaga. Karena kebiasaan yang sudah terbangun tadi. Jika tidak melakukan apa-apa, padahal memang waktunya istirahat, rasanya seperti tidak produktif, huhu. 

Setelah melahirkan Sea, memori masa kecil saya hadir. Hal yang dulu saya kira baik-baik saja, ternyata tidak. Saat ini seperti menggerus dan meremas nadi tanpa ampun. Hal ini membuat saya tidak bergairah dan menikmati obrolan dengan Ibu saya. Pola pengasuhan beliau membangunkan memori-memori lain yang membuat saya terluka. 

Saya benci dengan sikap Ibu (dulu) waktu saya masih kecil, tetapi saya merasa kasihan dalam waktu yang bersamaan. Ibu seperti mendikte saya harus bisa apa saja. Mengkritik apa yang saya lakukan. Padahal sebelumnya saya tidak apa-apa. Tapi ternyata saya hanya menahan diri dan memaklumi. Doktrin kalau dikasih tau orang tua tidak boleh membantah dan harus patuh, saya lakukan tanpa sungkan (waktu itu). Dan hari ini, saya seperti terlihat tidak penurut (lagi), karena tidak diberi ruang untuk diskusi. Tidak ditanya apakah saya suka atau tidak. Apakah sedang sedih. Atau perasaan tidak nyaman lain yang tidak mendapatkan validasi. Di sisi lain, saya merasa kasihan pada Ibu. Karena mungkin dulu Ibu tidak atau belum memiliki keterampilan untuk mengolah perasaan anak-anaknya. Bahkan mungkin belum bisa memvalidasi perasaan sendiri. Menganggap dirinya selalu baik-baik saja. Tidak mengizinkan badannya istirahat padahal sedang sakit dan terus mengurus rumah dan keempat anaknya. 

Selama ini kami berdua ternyata tidak terlalu bagus cara komunikasinya. Karena ada penengah Bapak. Saya sefrekuensi dengan Bapak yang sekaligus bisa mempengaruhi keputusan Ibu. Jadi selama menikah, apa yang diputuskan Bapak, maka Ibu akan makmum. Saya cukup ngobrol sama Bapak saja tentang apa-apa, karena pada akhirnya Ibu akan setuju kalau Bapak setuju.Setelah Bapak tidak ada, Ibu seperti hilang arah dan mulai belajar untuk memutuskan apa-apa sendiri. Emosinya pun kacau balau yang berpengaruh pada fisiknya. Yang biasanya check up 1 bulan sekali, jadi ada tambahan fisioterapi 2 minggu sekali bahkan pernah seminggu sekali. 

Menghadapi Ibu

Ada momen dimana Ibu sulit sekali diajak kompromi. Melanggar pantangan Dokter sampai mau menyerah untuk mati saja (karena merasa badannya sakit semua). Kami pernah mengobrol empat mata dan sesenggukan sama-sama, dan ini bisa beberapa kali saking Ibu merasa bingung terhadap perasaan dan badannya. 

Sikap tegas saya dianggap keliru. Ibu merasa sering dimarahi, sehingga hubungan tidak nyaman itu muncul lagi. Ibu butuh terapi tapi tidak mau berangkat. Tidak boleh angkat-angkat berat tapi mentah saja nasihat dokter. Badannya tidak bisa dibohongi, keesokan hari pasti kaku dan tidak bisa jalan. Diskusi dan bujukan-bujukan itu hampir setiap hari saya lakukan. Seperti membujuk Ray yang harus ke dokter untuk vaksin, tapi dengan cara yang elegan tanpa harus ada amarah. 

Kami berdua jatuh bangun mengelola emosi setelah ditinggal orang yang kami cintai. BAPAK. 

Baca juga: merawat orang tua wajib sehat lahir batin

Tidak mudah, tapi harus dijalani. Untuk menghadapi Ibu, saya harus memastikan kalau kondisi badan dan emosi saya harus oke. Karena ketika dalam posisi capek, saya justru akan terpancing marah. Ibu menyuruh saya lebih bersyukur karena punya ina inu. Harus kuat momong anak seperti beliau dulu. Menganjurkan punya anak perempuan yang diulang berkali-kali padahal saya tidak nyaman dan merasa kerepotan. 

"Sekalian repot", ungkapan yang membuat saya marah. Karena yang repot adalah saya, bukan mereka. 

Menghadapi Ibu, mengurus anak-anak, pekerjaan, menjadi istri membuat saya melupakan jadi diri sendiri. Hal-hal ini yang membangunkan inner child saya. Kabar baiknya, saya menyadari sedang tidak baik-baik saja dan tidak sungkan meminta bantuan. 

Post Partum Depresion

Setiap hari merasa kelelahan, malas makan padahal sehari tidak makan, emosi labil, menangis tergugu, napas pendek-pendek, cemas, dada rasanya sesak. Sebulan terakhir kondisi ini yang saya rasakan. 

Koneksi sebagai anak, ibu, istri bahkan diri sendiri seperti hilang. Saya sama Ibu obrolannya memilih topik yang aman, yang tidak menyebabkan kami berdebat panjang. Saya cerita kondisi dan perasaan saya pada suami. Semula kami baik-baik saja dan lebih merasa tenang. Tapi pada akhirnya saya lebih defensif ketika suami tidak bisa memberikan arahan seperti yang saya mau atau butuhkan. 

Sepanjang jalan nangis, rasanya kepala banyak kunang-kunangnya

"Kalau aku capek, aku harus ngapain ya?", saya ingat betul isakan tangis di mobil dan bertanya demikian. Suami menjawab " Istirahat". Jawaban sederhana yang membuat saya marah. Bagaimana bisa istirahat kalau anak-anak nempel terus. Rutinitas yang rasanya membosankan dan melelahkan dari pagi ke pagi lagi. Isi kepala penuh sekali dan saya bingung harus menguraikannya darimana. 

Hingga akhirnya saya menjadwalkan ke psikolog. Btw, suami mungkin juga bingung menghadapi saya. Dan lebih memilih diam karena takut reaksinya membuat saya lebih marah. Padahal saya menganggap diamnya adalah bentuk tidak peduli. Koneksi ini yang membuat kami kaku. Sama-sama merasa serba salah. 

I need help


Selain suami, setiap hari, jika sensasi rasa cemas dan ketidaknyamanan itu mulai hadir, saya whatsapp sahabat saya. Texting segala hal. Dia juga menanyakan hal-hal yang kelihatannya sepele. Ayaa sehat? Sudah makan? Semoga hari ini menyenangkan yaa. Hal-hal seperti itu. 

Ketika bertemu psikolog, belum mulai sesi saja saya sudah bercucuran air mata. Beliau tidak menjeda dan memberikan tisu. 1,5 jam saya menceritakan kondisi saya. Ada beberapa hal yang disarankan yang membuat saya lebih baik (saat ini) 

1. Penerimaan 

Menerima segala perasaan yang ada. Ketika cemas dan emosi hadir, tidak buru-buru diusir. Kalau selama ini selalu mengusir rasa tidak nyaman, dilatih pelan-pelan. 

Saat Dokter menyampaikan hal itu, untuk tahap ini saya sudah menerima kalau sedang tidak baik-baik saja. Berlatih untuk pelan-pelan padahal sebelumnya saya ga tau ilmunya. Dan ternyata saya benar, tinggal melatih dan mengasahnya saja. Plis, jangan denial kalau misal kalian sedang tidak baik-baik saja dan justru pura-pura kuat atau bahagia. Karena menurut saya itu sangat menyakitkan dan menyedihkan :(

2. Memeluk diri sendiri setiap bangun tidur atau mau tidur

Saya diajari memeluk seperti posisi kupu-kupu. Belajar berterimakasih dan minta maaf sama diri sendiri. Untuk hal ini, sebenarnya saya juga pernah dan sempat melakukan, tetapi tidak menjadikannya kebiasaan secara konsisten. 

Selama ini, mungkin kita tanpa sadar terlalu keras pada diri sendiri, sehingga lupa mengapresiasi. Kalau pikiran saya lagi beneran ruwet dan bundet, selain memeluk diri sendiri, saya memanjangkan napas. Teknik yang pernah diajarkan bidan kita saaaaangat bermanfaat untuk pemulihan PPD ini. Sadar napas kalau kita berharga :) 

Baca juga: belajar napas di bidan kita

3. Reframming dan memunculkan memori baik

Kalau kondisi saya saat ini, memori masa kecil berkelindan dan merangsek tanpa permisi. Membuat dada saya sesak. Menjadi Ibu itu seperti ditodong rasa bersalah dari segala arah. Sudah merasa memberikan yang terbaik, tapi ada ruang yang menuntut dengan pertanyaan yang menyerap emosi; apakah keputusanku benar? Apakah sudah menjadi Ibu yang baik? Hingga pada satu titik mengulang mantra "Anak-anakku tidak butuh Ibu sempurna, tapi Ibu yang tenang", sambil menerapkan poin 2.

Jika kenangan buruk pola asuh Ibu yang dulu saya anggap keliru hadir, saya disarankan menghadirkan momen-momen manis dan terbaik dari Ibu. Mencari dan mengingatnya pelan dan berulang *menuliskan ini saja saya bisa menangis*. Saya yakin, Ibu dulu sudah memberikan versi terbaiknya tanpa bermaksud mengabaikan saya. Saya memaafkan dan menghadirkan ingatan baik bersama Beliau. 

4. Beri batasan dan ruang

Kita tidak berteman tidak apa-apa. 5 tahun terakhir sejak menjadi Ibu, circle saya mengerucut. Merasa tidak harus berkewajiban untuk memiliki teman yang banyak. Percaya diri melakukan apa-apa sendiri yang bagi sebagian banyak orang terasa aneh. Ternyata makan atau nonton sendiri memberikan ruang untuk mengenal lebih jauh apa mau kita tanpa harus pura-pura. 

Memberikan batasan apa yang perlu dipikirkan atau apa yang perlu diabaikan. Jangan sampai kita justru terbalik melakukan keduanya. Caranya bagaimana? Ada di poin 5.

5. Journalling

Menuliskan hal-hal yang membuat kita harus atau tidak harus dilakukan. Menuliskan apapun yang kita rasakan ternyata bisa lebih membuat lega. Untuk hal-hal yang lebih privasi, saya menulis dengan tangan di buku. Tulisan di blog ini saya publish untuk mengenang, bahwa nanti ketika saya insya allah lulus dari PPD, saya bisa membacanya sambil tersenyum :) 

Untuk yang merasa tidak baik-baik saja, pelan-pelan pulih ya. Rasakan sensasinya. Khususnya yang sedang mengalami PPD. Jangankan mengurus bayi, memeluk diri sendiri rasanya butuh energi. Tidak apa-apa. Rasamu valid. Tidak perlu membandingkan dengan yang lain prosesnya. Karena semua memiliki path masing-masing. 

Tidak melulu lekas pulih demi bayimu, tapi untukmu terlebih dulu. Himpun seluruh hal baik untuk mendukungmu. Siapapun yang membuat nyaman, genggam erat-erat dan peluk mereka agar bisa tersalur energi positifnya. 


Tertawa itu hanya chasingnya.  Tapi Rasa tenang itu ada dalam hati yang tahun ini aku usahakan setengah mati

Ketika kamu merasakan hal sama di atas dan mengganggu aktifitas sehari-hari, cari bantuan profesional. Curhat pada teman, keluarga bahkan suami belum tentu menjadi jalan keluar karena memang mereka mungkin tidak paham harus apa dan bagaimana. Ke psikolog atau psikiater bukan berarti kamu gila, justru kalau kamu tidak diobati akan mengarah kesana. Ke Dokter tidak melulu diresepkan obat, diagnosis yang tepat akan membantumu pelan-pelan pulih. 

Mari songsong 2023 dengan berani dan berenergi! :) 


Read More »

Kangen Bapak

Kemarin adalah hari ayah. Banyak sekali post tentang ayah yang semakin kubaca, dadaku semakin terasa diremas. Aku berusaha menahan sekuat tenaga, tetapi malam-malam, sebelum tidur, nyatanya tumpah juga. Aku menangis, padahal seharian sudah tidak membaca postingan tentang hari ayah. Iya, aku kangen Bapak. Kangen sekali.

Ada yang pincang, mencoba mengisinya dengan hal yang lain, ternyata tidak ada gantinya. Jujur, sampai detik ini aku belum ke makam beliau lagi. Meskipun Mas Joko atau Mas Agus pulang dan menyempatkan ke makam, aku masih belum mampu ikut kesana (lagi). 

Bapak manis sekali memahatkan momen yang membuatku hangat. Ketika aku merasa kesulitan, Beliau bisa menjadi teman diskusi yang seimbang. Justru pemikiran Beliau terlalu jauh yang membuatku bisa memiliki insight lebih luas. Duluuuuuuu, aku benci ketika Beliau overthinking terhadap suatu hal, nanti kalau A, B atau C. Nanti kalau begini atau begitu. Beliau menebak berdasarkan pola-pola. Dan itu menurun padaku.

Setiap kali aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan atas suatu hal, aku otomatis ingat Bapak. Memberikan jeda, napas panjang dan membaca al fatihah, biasanya membaik. Tapi pernah juga gagal. Aku malah tersedu-sedu. Seperti malam ini. Hingga aku menuliskannya.


Read More »

Cukup

 Ada waktu dimana kita berdua saling beradu ego. Hampir menyerah satu sama lain. Menahan diri sekuat tenaga agar tidak saling menyakiti. 



Ada jeda ketika kita berdua sama-sama saling lelah. Mengisi diri membasuh emosi. Malam ini, ada percakapan yang menghilangkan rasa kaku. Momen yang membuat kita saling gagu mencari jalan keluar untuk menyaksikan kalau kita berdua saling peduli. 


Untuk kamu. Terima kasih. Karena mau sama-sama saling belajar. Tidak harus sama seketika. Tapi menghargai apa-apa yang beda.

Read More »

Review Pond’s Bright Beauty Triple Glow Serum: Lebih Mencerahkan dan Melembabkan Kulit Keringku

2 bulan terakhir ini, cuaca di tempat saya ekstrem sekali. Selain berdampak pada badan yang mudah sekali masuk angin, ternyata kulitku makin terasa kering. Huhu. Nah, 2 Minggu yang lalu, saat belanja susu Ben, saya melewati pojok skincare dan make up sebelum ke kasir. Mata saya kepincut sama Produk Pond’s yang dipajang SPG. Saya mengambil beberapa sachet serum untuk mengatasi kulit saya yang saat ini mudah sekali kering—Pond’s Bright Beauty Triple Glow Serum dan Bright Beauty Triple Glow Mask.


PR besar pada kulit saya sejak kuliah sampai punya anak adalah kulit kusam dan mudah kering, huhu. Jadi, kemarin rasanya senang sekali bisa nyobain produk dari Pond’s ini agar kulit lebih sehat karena terhidrasi :). Nah, kali ini saya mau sharing hasil review produk Pond’s yang membuat jatuh hati pada pandangan pertama. Here we go!

Pond’s Bright Beauty Triple Glow Serum

Yang mau saya review duluan adalah Pond’s Bright Beauty Triple Serum yang klaimnya bisa mencerahkan, menghaluskan sekaligus melembabkan kulit dengan kandungan Gluta-Boost-C nya.

Packaging

Kemasannya dalam bentuk sachet yang aman kalau dibawa kemana-mana. Dimasukkan ke dalam pouch atau saku pun tidak khawatir tumpah karena tutupnya kuat dan kokoh. Bonusnya, ketika serumnya sudah habis, kemasannya bisa dipakai mainan anak-anak pasaran. Ray suka mainan buka tutupnya yang menurut perabaannya terasa kasar. Hal itu memudahkannya membuka karena tidak licin. See ya! Ibu dapat manfaat halus serumnya, anaknya dapat mainan buat melatih sensorik tangannya *nggak mau rugi* :D.


Sebenarnya ada yang berbentuk botol dengan isi yang lebih banyak, tapi karena baru pertama kali mencoba, saya memutuskan memakai yang sachet terlebih dahulu. Warna kemasannya elegan dan menawan, yaitu warna salem, kesukaan saya! :). 

Kandungan

Konsentrat serum yang berfungsi sebagai pencerah ini menggabungkan 3 kekuatan terbaik. Klaimnya mampu bekerja 60X lebih efektif dari Vitamin C, sehingga bisa memancarkan Triple Action Glow kita *yay!*. 3 kandungan utamanya dalam serum ini adalah:

Gluta-Boost-C mengandung glutathione sebagai antioksidan yang dikenal mampu mencerahkan kulit. Berdasarkan referensi yang saya ketahui, Formula unik Gluta-Boost-C efektif menyamarkan flek hitam, untuk wajah tampak cerah dan membuat warna kulit lebih merata.

Vitamin B3+ yang berfungsi untuk menyamarkan pori untuk wajah tampak mulus. Sehingga, kulit bisa lebih halus.

Hyaluronic Acid yang menyerap mendalam ke setiap lapisan epidermis kulit untuk wajah tampak lembap berkilau. Kulit wajah lebih lembab dan kenyal.

Tekstur


Tekstur serumnya cair berwarna putih tulang. Tidak terlalu kental atau cair. Aromanya lumayan enak dan tidak menyengat ketika diaplikasikan. Sensasi dingin ketika diaplikasikan di kulit pertama kali.

How to use

Menggunakan serum ini mudah kok! Pencet sachet serum, ambil 2-3 tetes POND'S Bright Beauty Triple Glow Serum ke wajah. Tepuk perlahan untuk membantu menyerap ke kulit.

Harga

Harganya affordable kok, apalagi yang baru mau nyobain pertama kali. Satu sachet seharga 16 ribu :)

Pond’s Triple Glow Serum Mask


Produk kedua yang saya coba adalah Pond’s Triple Glow Serum Mask. Fungsinya sama dengan serum, hanya saja kalau yang tadi berbentuk cair, yang ini bentuknya mask. Sensasi pertama kali saat diaplikasikan di kulit sama-sama dingin :).

Packaging


Kemasannya juga sachet berwarna salem. Sekilas kemasannya seperti serum, tapi ini lebih besar. Kalau serumnya bisa dipakai 2-3x pemakaian, kalau kemasan mask ini sekali pakai saja.

How to use

Kalau yang sering pakai sheet mask, pasti tidak kesulitan memakai Pond’s Triple Glow Serum Mask ini. Pertama, sobek kemasan sachet dan keluarkan lembaran maskernya perlahan. Setelah itu, sesuaikan masker dengan bentuk wajah kita lalu aplikasikan. Biarkan masker menutrisi wajah selama 15-20 menit.

Jika sudah, lepaskan masker dari wajah, lalu pijat perlahan serum yang tersisa pada wajah dan leher. Tidak perlu membilasnya dengan air ya! :)

Harga

1 sachetnya 13 ribu. Masih terjangkau di kantong kok. Apalagi belinya kalau pas ada promo.

Testimoni

Buat yang punya wajah kusam dan kering seperti saya, bisa dicoba juga 2 produk ini. Ketika mengaplikasikan serumnya, saya butuh beberapa menit agar meresap ke kulit. Awalnya terasa lengket tapi lama kelamaan bisa menyerap sempurna. Untuk lebih optimal, setelah menggunakan serum, saya mengoleskan pelembab agar kulit wajah lebih terhidrasi.

Untuk maskernya juga enak dan nyaman dipakai. Saya juga tidak perlu membilas dengan air karena setelah dipakai di wajah, saya bisa memijat pelan area wajah dan leher untuk mengoptimalkan sisa serum maskernya. Jadi kalau pas lagi santai, kita bisa bablas tidur :p.

Apakah bekerja di kulit saya? Lebih cerah iya, tapi belum terlihat signifikan. Karena mungkin baru memakai beberapa kali. Tapi efek yang terasa banyak adalah kulit saya lebih lembab dan terhidrasi. Wajah jadi lembab dan sehat. Produk ini menjadi serum pencerah wajah andalan saya!


Read More »

Tips Mengelola Keuangan Keluarga agar Tidak Boncos

Ketika masih lajang, saya hanya berpikir untuk kebutuhan dan kesenangan sendiri. Sesekali mengirimkan uang dan hadiah ke Bapak dan Ibu, tapi selebihnya, penghasilan tersebut untuk keperluan saya. Pada saat itu, saya masih memiliki mimpi untuk sekolah lagi. Makanya, saya memiliki budget khusus untuk mewujudkannya.

Setelah menikah dan memiliki anak, ternyata buaanyak sekali hal yang harus saya kelola. Sempat memiliki beberapa akun bank untuk memudahkan saya mengelola keuangan agar tidak boncos di tengah jalan. Ternyata hal tersebut merepotkan, huhu. Karena memiliki banyak rekening, harus siap juga biaya admin, menghafal username dan pasword jika memakai mbanking/ibanking. 

Nah, kali ini saya mau sharing pengalaman tentang tips mengelola keuangan keluarga agar tidak boncos. Sehingga sebulan bisa aman tanpa harus worry pinjam sana sini.

Tips Mengelola Keuangan Keuarga agar Tidak Boncos

Practice makes perfect. Tidak ada yang baku dalam mengelola keuangan karena tiap keluarga memiliki tantangan yang berbeda-beda. Selama 5 tahun menikah, saya ingin membuat diary jatuh bangun mengelola keuangan.

1.     Mencatat cashflow

Sebagai menteri keuangan dalam keluarga, saya mencatat pemasukan dan pengeluaran secara detail. Hal ini memudahkan saya dalam mengoptimalkan pos-pos pemasukan dan meminimalisir pengeluaran. Karena dengan melakukan pencatatan ini, saya baru ngeh, ternyata biaya parkir mobil lumayan besar, wkwkw. Kelihatannya sepele, tapi missal dikalian sekian, akan terkumpul nominal yang lumayan bisa ditabung.

2.     Menggunakan cashless

Untuk pembayaran yang sudah jelas posnya, saya lebih mengandalkan cashless. Misalnya, ke kantor bayar pakai gopay yang seringnya ada promo. Belanja bulanan pun sering pakai gopay, karena promonya bisa dipakai untuk belanja kebutuhan yang lainnya lagi. Untuk hal-hal lain yang membutuhkan uang cash, biasanya saya sediakan uang pas ditaruh di amplop.

3.     Membuat pos-pos kauangan

Saya daridulu membuat pos-pos keuangan agar lebih disiplin. Dana Pendidikan, transport, dana darurat dan pos-pos lainnya. Kalau dulu saya mengandalkan beberapa kartu rekening, saat ini saya punya aplikasi andalan yang lebih memudahkan dalam mengatur pos keuangan saya—Bank Jago. Makin jatuh cinta lagi karena Bank Jago ini memiliki beberapa kelebihan, salah satunya terkoneksi dengan GoPay.

Review GoPay Jago, Memudahkan Mengelola Keuangan Keluarga

Kolaborasi GoPay dan Bank Jago ini, benar-benar memudahkan saya dalam mengelola keuangan keluarga. Pada awalnya, ketika melakukan aktivitas belanja harian, saya beberapa kali mengalami kerumitan, baik dalam mengalokasikan uang ke berbagai alat pembayaran. Selain itu, ketika menggunakan metode cashless, saya kesulitan dalam memindahkan saldo/top up, merekapitulasi dan mengidentifikasi pengeluaran saya, huuhuhu.

Akhirnya saya nyobain GoPay Jago yang menjadi solusi paaaaaling nyaman dan sederhana dalam mengelola keuangan dan membelanjakan keuangan keluarga saya. Saya bisa mengalokasikan uang ke pos-pos yang saya butuhkan. Melacak pengeluaran agar tidak boncos. Membayar langsung dengan kantong pembayaran langsung dari kantong utama tanpa perlu isi ulang lagi.

Sebelumnnya, saya memiliki beberapa alat pembayaran yang saya gunakan untuk fungsi yang berbeda-beda. Hal ini ternyata lebih boros karena ada biaya admin bulanan untuk beberapa bank. Selain itu, untuk transfer ke bank lain, harus membayar biaya admin juga. Ketika isi ulang GoPay pun harus pindah ke aplikasi yang berbeda, huhuuhu. Dengan GoPay Jago, saya terhindar dari kerumitan menggunakan beberapa alat pembayaran dan merekap pengeluaran secara manual. Saya juga tidak lagi harus top up dengan aplikasi yang berbeda karena sudah bisa langsung mendebet dari kantong utama saya di Jago tanpa biaya admin.

Mengontrol uang & mengelola pengeluaran itu merepotkan, dan juga merepotkan untuk mengelola banyak rekening bank untuk kebutuhan pengeluaran yang berbeda. Kantong bank Jago yang terhubung ke Gojek sebagai fitur utama yang paling menarik bagi pengguna berat GoPay. Luv banget! Setidaknya 3 hal ini yang membuat saya jatuh cinta sama GoPay Jago:

Bunga Tinggi. Nah, buat teman-teman yang membuka akun Bank Jago di aplikasi Gojek, bisa mendapatkan bunga sampai 7% p.a, lho. 

No Fee Admin, isi ulang, transfer, dan Tarik tunai dengan biaya 0 rupiah. Terharu banget dengan adanya ini. Saya bisa transfer dan top up tanpa ada tambahan biaya sepeser pun.

Open Jago. Saya membuka rekening bank dengan biaya 0, dimana saja dan kapan saja tanpa harus datang ke cabang. Selain itu saya tidak perlu capek antri, lho :p.

Saya saaaangat mengapresiasi adanya GoPay Jago yang merupakan hasil kolaborasi Gojek dan Jago. Metode pembayaran terbarunya membuat saya bisa membayar aneka layanan tanpa perlu top up & jadi lebih mudah atur pengeluaran. Teman-teman bisa nyobain juga agar bisa lebih disiplin dalam mengelola keuangan

 

 


Read More »