Featured Slider

BANGUN PAGI

Alarm, niat, tekatku untuk bangun pagi. Simple saja, shubuh waktu adzan berkumandang dan menahan diri untuk tidak tidur lagi. Ah, kata ibuku dulu, “Anak wedok ki ojo tangi awan-awan, kudu tandang gawe ngewangi ibune”, kalimat itu sampai hafal seperti mantra di luar kepala. Ibuku memang begitu, melafalkan suatu wejangan tanpa menjelaskan kenapa wejangan itu harus dilakukan. Tetapi, semakin dewasa (eh menua maksudnya :D) aku semakin paham adagium-adagium yang diberikan ibuku sejak kecil.

Focus saja tentang bangun pagi, fyuh rasanya aku malu dengan kakak ipar keduaku. Bayangkan saja, dia bangun jam 4.30 sampai 21.00-22.00 malem, tiap hari man! Mmm, percaya atau tidak, aku mulai belajar sebisa mungkin bangun pagi. Atau paling tidak, saat aku sudah bangun tidak beranjak untuk tidur lagi. Simple kan? Tapi menurutku aku masih belajar keras memaksakan untuk hal yang satu ini. BANGUN PAGI DAN TIDAK TIDUR LAGI.

Pemahaman-pemahaman baru yang membuatku mengerti bagaimana sesuatu itu harus dilakukan tanpa harus menuntut penjabarannya di awalnya. Jangan tanyakan mengapa dulu? Tetapi dengarkan, pahami dan lakukanlah dengan baik. Menjadi pendengar yang baik menurutku lebih baik daripada menjadi pembicara hebat yang hanya menyampaikan teori-teorinya saja. Yang menjelaskan secara detail tetapi dirinya tidak sepenuhnya paham dengan penjelasannya sendiri.

At least, kamu mau belajar dan belajar sambil menekankan bahwa adagium-adagium seperti “harus bangun pagi agar rejeki tidak dipatuk ayam” ada benarnya. Analogi seperti itu hanya untuk memudahkan pemahaman anak kecil. Jika anak kecil saja mafhum dengan hal itu, kenapa kita tidak! Get up earlier J..

Solo, habis jobfair UGM 6 Februari 2012

Tidak ada komentar

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)