Sekarang Bapak 64, Ibu 56, Mas Agus 37, MAs Jundi 34, Mas Joko 31 dan Aku 22 Tahun. Kulitmu semakin legam dan kasar. Garis dahimu jelas ketara. Aku memandangimu dengan segala cinta dan penghormatanku. Entah kenapa, aku selalu terharu melihat sebegitu besarnya kasih yang kau curahkan selama ini. Lalu, aku sudah memberikanmu apa?
“Selamat Ulang Tahun, Pak”, ucapku lirih. Kau menoleh tersenyum bijaksana terpancar. Aku menggayut bahumu yang masih kuat menjadi penopangku. “Doakan Bapak sehat ya, Nduk”, jawaban itu sempurna mewakili semuanya.
Aku sangat menyayanginya, mencintainya. Lelaki hebat sepanjang masa. Ada pertama untukku, dan selalu saja begitu. Selalu berhasil membujukku untuk melakukan hal-hal yang kubenci. Dan ia-lah yang menanamkan nilai itu. Nilai takut kepadaMu, nilai kebajikan meski hanya setitik.
Oh, aku ingin waktu sehat untuknya lebih lama. Menjaganya dengan cerita-cerita dan impian masa depan yang menjanjikan. Tetapi, meski usia senja menggerusnya, ia tetaplah setegar karang melindungiku. Dan yang selalu aku ingat dari setiap perkataanmu, “Bapak ikut andil memilihkan surge dan nerakamu, Dik”, dengan pernyataan itu seakan aku memahami, saran-kritik-pilihan dari Bapakku takkan pernah menyesatkanku.
Bapak, dik Nur Sayang Bapak karena allah :)
Solo, 15 Februari 2012
Tidak ada komentar
Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)