Dari dulu aku berniat mengajak anak-anak
liburan ke taman safari, ragunan, tapi ada saja halangannya. Bandung, hanya
sekali tawaran langsung jadi. Memang rencana mendadak terkadang lebih ampuh
realisasinya daripada rencana yang sudah disusun jauh-jauh hari. Meskipun tidak
menafikkan kalau rencana lebih matang akan jauh lebih bagus.
Bandung On Vacation. Hari libur agak
apanjang seperti ini, Bandung dan Bogor menjadi serbuan masyarakat Jakarta
untuk berlibur. Jalanan macet kayak kura-kura jalan. Biasanya waktu tempuh 1-2
jam perjalanan berubah menjadi 3-4 jam di jalan persis konvoy. Kami Berangkat
ber-6, Bapak Mamanya Dio-Dea, Pengasuh Dea, Dio dan Aku. Awalnya aku percaya statement Tri—Pengasuh Dea, kalau dia
nggak mabuk kendaraan, dan memang selama perjalanan ke Bandung, dia lancar
dengan menggunakan angin alam (jendela dibuka), dari Depok-Bandung. Tapi, waktu
perjalanan di tempat saudara menuju Lembang yang juga macetnya minta ampun,
harusnya perjalanan 40 menit dari rumah menjadi 3 jam, Tri mengeluarkan semua
yang ada di perutnya tanpa sisa, sampai-sampai dia tidak mau makan karena takut
muntah di perjalanan. “Mbak, kok gak sampai-sampai sih?”, di perjalanan hanya
perkataan itu yang terlontar darinya. Entah sudah beberapa kali aku menjawab "Macet, sabar ya".
Jadi, di perjalanan, aku ngurus 3 orang
sekaligus, Dea-Dio ditambah Tri. Karena aku bekas pemabuk kendaraan, aku
memakluminya bahwa sekarang dia benar-benar menderita, dan kalau boleh memilih,
pasti dia sudah lompat keluar mobil dan jalan kaki mengikuti dari belakang.
Tapi sayangnya tidak ada opsi demikian.
Lembang
Ada area yang menarik perhatianku, dan ini yang
membuatku tidak menyesal memutuskan ke Bandung. Flying fork sama Tampolin. Area itu juga ada kebun strawberry nya
kayak tadi, tetapi areanya lebih luas. Setiap permainan berbayar 15rb, all games. Saat menaiki arena flying
fork, aku menaiki tangga yang agak curam. Seperti menaiki rumah pohon tingkat.
Dan saat aku naik diatas, aku bisa melihat kebawah dengan leluasa, menerawang
lebih jauh, gunung berjajar, kabut dingin, strawberry yang siap petik, lalu
lalang manusia yang Nampak kecil, air yang begitu bening. Semuanya disajikan
seperti frame fantastis sore itu.
Like Flying on the sky |
Aku mengenakan tali dan pengaman yang
diikat-ikat ke badan sebelum benar-benar dijatuhkan dan terbang. Masnya
menghitung dengan hitungan mundur. 1…..2….3, dia mengehempaskanku kuat-kuat.
Rasanya memang benar-benar terbang seperti namanya, fling fork.
Selanjutnya, Tampolin (kalo gak salah nyebut). Kita ditarik kebawah, dihempaskan ke atas dan dibiarkan benar-benar terlempar ke bawah. Hampir mirip fling fork¸ tapi tampolin lebih berdesir. Karena kita mebenar terjarasakan kayak terjun tanpa payung. Dihempas-hempaskan ke atas lalu terjun bebas. Sebelum naik, Masnya menanyakan berat badanku, mungkin untuk menyesuaikan ketinggian saat aku terpelanting ke atas udara. Semakin kalian berani, semakin petugasnya geram untuk menarik tali ke bawah sehingga kita akan jauh terpelanting keatas dan bebas terjun ke bawah. Saat terjun ke bawah itulah kamu akan merasakan sensasi tampolin. Selain itu, ketika berada di atas, seperti ada yang manarik ke bawah untuk turun, karena memang kita diikat memakai tali lentur yang dikaitkan di setiap sudutnya. Tampolin mengakhiri hari pertama vacation kami.
Selanjutnya, Tampolin (kalo gak salah nyebut). Kita ditarik kebawah, dihempaskan ke atas dan dibiarkan benar-benar terlempar ke bawah. Hampir mirip fling fork¸ tapi tampolin lebih berdesir. Karena kita mebenar terjarasakan kayak terjun tanpa payung. Dihempas-hempaskan ke atas lalu terjun bebas. Sebelum naik, Masnya menanyakan berat badanku, mungkin untuk menyesuaikan ketinggian saat aku terpelanting ke atas udara. Semakin kalian berani, semakin petugasnya geram untuk menarik tali ke bawah sehingga kita akan jauh terpelanting keatas dan bebas terjun ke bawah. Saat terjun ke bawah itulah kamu akan merasakan sensasi tampolin. Selain itu, ketika berada di atas, seperti ada yang manarik ke bawah untuk turun, karena memang kita diikat memakai tali lentur yang dikaitkan di setiap sudutnya. Tampolin mengakhiri hari pertama vacation kami.
Tampolin |
Hari kedua dan terakhir, aku ke Pasar
Baru. Seperti pasar biasa, menjajakan kain, batik, tas, sepatu, baju, sepatu
dll. Kalo Solo punya Klewer. Jogja punya Bringharjo. Jakarta punya Tanah Abang.
Kalau hari libur kayak gini, Bandung
kayak lautan mobil, kanan-kiri, depan-belakang berjajal mobil berplat B. Ada
yang hanya sekedar kuliner, belanja ataupun liburan. Kuliner yang menjadi
referensi ; Bakso Enggal, Mie Akung—yang belum sempat ngicipin Cuma sekedar diiming-imingin.
“Mbak, harusnya kemarin datangnya pagi. Kita bisa ke Walini, ada tempat
pemandian air panas, flying fork nya juga keren”, “Liburan selanjutnya kita
agendakan kesana!”, jawabku mantap.
Baju, blouse, celana |
Tas impor, Kw 1-2-3 dst |
Perlengkapan dan oleh-oleh haji |
***
“Aku besok di rumah aja, gak mau
ikut-ikut lagi. Kapok”, Tri mengemas barang-barang.
“Minum obat ini 2 tablet (diminum 2 jam
sebelum perjalanan), gak usah mikir kalo kamu bakal mabuk, aku yakin nanti pas
pulang kamu gak mabuk kalo udha ngikutin saranku”
“Dua Mbak???”, Dia memastikan.
“Iya”, Jawabku mantap.
NB : dulu aku juga pernah mabuk kendaraan, mungkin 3 tahun terakhir sudah mulai terbiasa dengan bis, mobil dll. karena selama 20 tahun, aku selalu melawan ketakutanku sendiri, hingga aku mulai terbiasa karena membiasakan.
Tidak ada komentar
Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)