Weekend biasanya menjadi waktu yang berkualitas untuk kami bercengkrama, pergi-pergi, dan 2 hari itu bisa menjadi berlalu begitu cepat, sampai-sampai bisa berimbas membenci hari senin.

Kali ini, Sabtu, kami memutuskan untuk pergi ke mall Cijantung, mencari-cari sepatu yang pas buat Deandra. Lengkap semua ikut. Btw, ada salah satu rest area yang ada di tol, menyajikan aneka masakan, burger king, sederhana, Mc D, kami memutuskan masuk di “aneka soto nusantara”.

Melihat-lihat menunya, saya sedikit mengeryitkan dahi.

 Sebelumnya saya memang tau ada beberapa nama soto, tetapi tidak sebanyak menu yang disuguhkan sore ini, membuat saya harus bertanya sama waitress “menu andalan yang paling laris apa, Mbak?”, pertanyaan pamungkas saat saya baru pertama kali datang di suatu restoran dan belum ada referensi sebelumnya.

“Soto betawi, coto Makassar, blab la bla”, waitress menjelaskan.

“Oke coto Makassar ya, Mbak”, saya memilih. Ini baru pertama kali saya mencicipi.

Bapak Dio : soto Bekasi, eh Betawi. Mamahnya : Coto Makassar juga. Dea’s sister : soto kudus.

Mmm, cotoku aromanya wangi, but entah kenapa rasanya tidak pas di lidah. Ada kuah kacang yang berisi jeroan sapi, irisan kubis (sedikit), dan saya memilih buras (ketupat) sebagai pengganti nasi.

 Menarik, saya jadi tau, setidaknya ada beberapa soto yang mengusung daerah atau kota yang menjadi asal mula soto tersebut. Soto banjar, soto padang, soto betawi, soto lamongan, trus di daerah kalian ada (nama) soto apa?

Setiap hari ada hal-hal kecil yang membuat saya takjub untuk belajar. Dan ternyata, ilmu saya belum apa-apa tanpa membaca.