“Hallo
niat, apakah kamu tetap baik sampai ujungnya?”, ucap Dinda pada cermin yang
memantulkan bayangannya.
“aku baik selama hatimu mengarahkanku baik
sampai ujung”, gleek, Dinda tidak menyangka jawabannya seperti itu.
“Hallo
semangat, apakah kamu juga dalam keadaan baik?”, Dinda menyeru sekali lagi.
”aku
juga akan baik-baik saja Dinda, selama kau selalu membawaku dimanapun kamu
berada”, sekali lagi Dinda tertegun dengan bayangannya di cermin.
Minggu
lalu, Dinda tidak berangkat kerja. Bukan, kalian salah kalau menebak sakit atau
ijin kepentingan keluarga. Sebenarnya, pagi itu Dinda sudah cantik dengan batik
dibalut kerudung yang warnanya serasi. Sekali, ada bisikan yang menggoyahkan
sang niat untuk tidak berangkat, berhasil dia taklukan dengan bergegas mandi. Kedua,
masih saja godaan itu muncul saat mengenakan batiknya, berhasil juga
ditaklukkannya. Nah yang terakhir, saat Dinda sudah rapi dengan persiapan untuk
kerjanya, tiba-tiba hujaaaaaan. Yah, akhir-akhir ini memang sedang hobby hujan.
Padahal Dinda sudah memegang kunci motor di depan garasinya.
“aku gak berangkat kerja hari ini”, entah
niat dan semangat menguap kemana, tetapi seharian itu Dinda menjadi emosional. Dari
pagi sampai beranjak tidur beranjak kemana, hatinya merasa salah settingan, ANGRY : MODE ON. Dinda beristighfar berkali-kali hingga dia
mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali, istighfar lagi sampai Dinda
menangis kelu sendiri. Dinda uncontrolled.
Jawabannya
mengapa seharian itu Dinda uring-uringan seharian adalah karena Dinda
tidak memenangkan niat baik dan semangatnya. Simpulan jawaban itu didapat
Dinda pagi ini, di keadaan yang hampir sama, godaan yang juga hampir sama. Tapi
kali ini berbeda, Dinda memilih memeluk erat niat baik dan semangatnya.
“Hi niat and semangat, thanks for this morning.
I write about you at my office after I beat all the temptations. You won my heart”
Ayaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa :3
BalasHapusNiiiiiiiiiik, a-nya kebanyakan \0-0/. Smangat revisi ^^
Hapus