Apakah aku masih bisa menatapmu seperti dulu? Sehangat yang
aku ingat? Kini hanya bisa meraba bayangmu. Cukup dengan melihat punggungmu,
itu pun dari jauh, terasa sangat menyenangkan, menentramkan. Apa ini yang
dinamakan debaran? Saat ada hal-hal yang memaksaku mengingatmu saja sudah luar
biasa hebat detaknya.
Memang kita tidak diciptakan sama. Berbeda. Bahkan saat
aku memintamu untuk menjadi seperti rel kereta api saja, aku tak mampu. Karena memang
kamu bukanlah inginku. Boleh menyapa sekedar apa kabar? Dan mendengar jawabmu,
kabar baik. Boleh berharap kamu juga menanyakan hal yang sama agar kita
berbincang lebih lama dari biasanya?
Aku melepaskan sebisaku, semampuku. Aku menyimpannya rapi,
meskipun terkadang kamu mengacaknya sesukamu. Kamu menanyakan keanehan inginku,
semakin sadar bahwa kita berbeda meski sering memaksakan untuk bersama. Aku tak
lagi menggenggam erat seperti dulu, tak ingin mencumbu meski hasratku mau.
Kau yang bayangnya selalu bersenggama dalam mimpiku,
memberikan celoteh manis saat aku menangis. Cukup ya, jangan hadir kembali. Jangan
pernah singgah kembali hanya sekedar untuk berjanji. Karena memang aku
benar-benar sadar, kamu bukanlah tuntutanku.
Aku memberikan titik dalam kalimatmu, namun kamu memulai
lagi dengan kalimat baru. Banyak koma bertebaran dan aku tak mampu memberikan
titik di abjad mana aku menjeda. Cukup sayang, aku lelah.
Di ruanganku, sendiri, saat mereka pergi.
Tidak ada komentar
Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)