Kemarin aku bermimpi tentangmu. Kedua
tanganmu memegang pipiku dan mengatakan sesuatu. Aku meminta untuk memperjelas
suaramu agar aku mengerti maksudmu. Kamu berbicara lagi, sesungging senyum itu membuatku
ikut menyeringai karena aku tetap tidak mengerti pesan yang ingin kau
sampaikan.
Badanku berat sekali. Mataku tertutup
rapat-rapat. Senyummu masih terngiang hanya saja aku ingin menolak sesuatu. Ada
kesalahan. Aku paham, kamu memaksaku untuk menikmati senyummu dalam impian
hanya untuk menyakitiku saat terbangun. Mimpi buruk!
Aku berusaha untuk sadar sempurna
tapi belum bisa. Kamu mengoceh dan aku mendengarkan dengan seksama. Tapi hatiku
memberikan sugesti untuk menolak membalas senyumannya.
Aku mengalah, tidak memberontak
lagi. Mataku perlahan terbuka. Nafasku memburu. Wajahku nampak letih seperti
habis kalah dalam medan peperangan. Aku terduduk dan mencoba mengingat. Ada senyummu
yang semu. Aku membalasnya. Kamu mimpi buruk. Pasti!
Kamu hadir manis dalam mimpi,
hanya untuk merajamku saat bangun. Silakan pergi.
*no mention. Seringkali kita menulis surat tanpa harus mengirimnya
bukan? Ini salah satu surat yang hanya aku titipkan kepada pak pos tanpa
membubuhkan nama dan alamat penerima. Karena aku berharap surat ini akan
kembali padaku.
**Salam sipirilly
***Ditulis sebelum mabuk ngerjain
korespondensi dari kolega yang menyebalkan :p
Tidak ada komentar
Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)