Featured Slider

Untold Love #NulisRandom2015


Bu, beberapa hari ini aku memikirkanmu. Ah, putra kesayanganmu itu mau ulang tahun. Ada titipan doa apa? Pertanyaan macam apa aku ini, pasti Ibu marah tiap aku bilang begini.

 

Semua anak adalah anak kesayangan. Karena darah daging dan melalui rahim yang sama, bernama Bu Sugi. Ibu selalu tersenyum saat aku memanggil namanya. Berkali-kali rindu itu hadir, berkali-kali aku mendoakan untuk kesehatanmu, Bu.

 

Bu, doamu sampai. Aku tidak kekurangan apapun. Mungkin Ibu lupa, besok anak kesayangannya ulang tahun. Tetapi ia tidak akan pernah lupa mendoakannya dan kami (karena masih ada 3 anak lagi-red).

 

Terima kasih telah memberikan Mas yang berhati berlian. Dia baik sekali, Bu. Sungguh. Banyak yang memanggilnya Joko. Tetapi kamu lebih suka memanggilnya, Le. Tanda sayangmu. Sesekali memanggil Tri, karena ia anak ketiga dan sekaligus Mas ketigaku setelah Mas bernama Agus dan Jundi.

 

Jarakku cukup jauh dengannya, namun itu tak mengapa. Kami malah akrab satu sama lain. Saling mengerti tabiat dan kesukaan. Aduh, untuk marah saja dia masih bisa tersenyum, Bu. Anak lelaki ketigamu itu, yang juga Masku pas—aku anak keempat, cewek satu-satunya di keluarga sebelum ada ipar-iparku.

 

Dia sayang sama aku? Tentu. Tanpa ditanyakan atau tanpa dia ucapkan pun aku tau kalau ia sangat menyayangiku. Dari awal 2012 aku memutuskan untuk ikut bersamanya. Menjadi Bapak baru yang melindungiku, memberikan dukungan yang luar biasa hebatnya. Untuk hal ini gak usah ditanyain atau didetail satu-satu deh.

 

Bu, April tahun lalu, aku demam gak bisa bangun tidur sama sekali—bedrest seharian. Gak mandi, tidur seharian. Baru pada ngeh kalo aku sakit coba. Karena memang aku jarang sakit sampai begini, mereka ngiranya aku hanya tidur seharian nonton film. Sorenya, si Mas ke atas bilang mau bawa ke dokter. Si krucil juga belagak kayak dokter nanda-nanda kening, suruh mengap, megang perut. Dokter mendiagnosa radang tenggorokan (tapi sumpah sakit banget, biasanya sakit tapi masih bisa ngapa-ngapain, tapi kali ini benar-benar tumbang).

 

Magribnya, duo anak pak Haji dateng njenguk. Emang itu sakit yang bener-bener bikin bedrest, udah cukup sekali itu aja. Yang paling sweet, sorenya kan masih demam, Bu. Aku masih belum kuat berdiri. Karena efek obat yang bikin ngantuk, aku tidur melulu. Tengah malam ada suara langkah naik turun tangga, aku ingin memastikan cuma mataku lengket banget, masih pening berat. Tetiba suara pintu kamarku menderit. Sosok tangan menyentuh keningku. Dingin. Ah itu si Mas, Bu. Anak kesayanganmu yang mastiin aku masih demam apa enggak.

 

*Ini aku lagi cerita sama Ibuku soal anak kesayangannya yang besok Ulang tahun

** thank you for everything, Mas.

*** Nuhun pisan udah ngasih ipar yang pengertian, dan Dio-Dea yang adorable

 

Udah ya nulisnya, mulai melankolis kalo nulis kayak ginian. Ssst, bahkan si Mas tau lho kapan waktu aku nangis,, ahaha                                                                       

Tidak ada komentar

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)