Allah menguji hamba-Nya di titik yang paling lemah. Kuat ya, Diii :) |
Dian mengabarkan bahwa
rahimnya bersemayam janin. Yes, she is in pregnancy. Aku pun ikut berbahagia saat mengetahui kabar tersebut. Tidak
berlangsung lama, saat aku iseng mengetik keyword
“apa kabar?” di group Whatsapp SMA. Ada yang bilang sedang mengajar, ada juga
yang bilang sedang menidurkan anaknya. Sementara aku sedang berdesak-desakan
di kereta. Dan perhatianku tertuju pada Dian yang meminta doa untuk
kesembuhannya. Awalnya aku berpikir kalo dia sedang ngidam akut, maklumlah
hamil muda biasanya teler luar biasa
di trimester pertama. Tetapi tidak, Dian diopname sudah 5 hari.
Sore harinya, aku
memutuskan untuk menjenguknya di Rumah Sakit swasta yang ia sebutkan di chat
pribadinya. Saat tiba di Rumah Sakit, wajahnya pucat, senyuman tipis itu tidak
dapat menyembunyikan kesedihannya karena telah kehilangan berlian-nya. Dia menceritakan lengkap badai yang mampu ia lewati
bersama suaminya. Bibirnya komat-kamit merapalkan dizkir untuk menguatkan
ruhnya. Berkali-kali wanita itu mendapatkan kekuatan, tetapi berkali-kali hati
dan keyakinannya diuji. Tidak sekalipun ragu bahwa Rabb-nya selalu ada di
sisinya, meskipun janin yang dinantinya telah luruh dan mengancam rahimnya.
Apalah arti vonis
dokter itu. Karena memang kekuasaan adalah mutlak milik Allah. Wanita itu tidak
sendirian. Ada lelaki yang belum genap 2 bulan ini menjadi teman halalnya. Saat
mereka berdua dapat melalui ini, wanita itu meyakinkan bahwa ia sangat
beruntung mendapatkannya. Seperti saat ceritanya menyerahkan undangan
pernikahan, ia yakin akan menghabiskan waktu bersamanya. Aku salut.
Dian merasa bahagia
saat tespack menunjukkan garis 2. Ia
juga mencoba test ke laboratorium, hasilnya juga positive bahwa dia sedang
hamil 4 minggu. Ada keanehan dalam kehamilannya. Ia merasa pinggulnya sakit
luar biasa. Setiap shubuh bahkan ia menangis meringis merasakan sakitnya. Dian
merasa bahwa ia dan bayinya kuat dengan ini, dan merasa bahwa hal itu juga
dialami oleh wanita hamil lainnya.
Beberapa hari
kemudian, ia mengalami flek. Makin
lama makin sering dibarengi dengan rasa sakit di bagian panggulnya. Akhirnya ia
datang ke Rumah Sakit itu (pengen nulis gedhe sebenernya, tapi sudahlah, gak
mau berujung kayak kasus Prita). Menurut penuturan Dian, pelayanannya sangat
kurang. Dari dokter hingga suster yang tidak care dengan pasiennya. Ujian pertama Dian adalah saat pihak Rumah
Sakit menyatakan bahwa Dian sedang menstruasi, tidak hamil. Setelah beberapa
kali cek diketahui bahwa janinnya di luar kandungan (di tubafalopi) dan harus
dioperasi.
Itu artinya adalah
Dian dan suaminya harus merelakan janinnya luruh karena tidak dapat
dipertahankan. Ujian kedua adalah saat dokter memvonis bahwa ovariumnya harus
diangkat karena sudah terinfeksi. Di sisi lain, Dian merasakan sakit hebat di
panggulnya. Ujian ketiga adalah saat dokter bedah yang siap melakukan operasi
tidak mau melakukan tindakan karena tidak ada dokter anestesi yang sedang
berjaga. Dian dan Suami sudah merasa harapannya sudah di ON : OFF kan oleh
pihak Rumah Sakit.
Saat itulah,
kepasrahan itu muncul. Hanya kepada Allah Dian dan Suami meminta pertolongan,
saat semua pintu hampir tertutup. Akhirnya, jadwal operasi yang seharusnya
dilakukan pada malam hari, baru dapat terlaksanan di keesokan harinya. Aku bisa
merasakan Dian dan suaminya melewati malam yang sangat panjang karena ketidakpastian
jadwal operasi.
Suaminya rela
melakukan apapun agar istrinya dapat diselamatkan, pun rela saat harus
mengetahui ovariumnya diangkat satu. Allah membayar lunas doa dan kesabaran
mereka berdua. Selain operasi dilakukan di pagi hari, Dian tidak jadi diangkat
ovariumnya.
Saat aku menjenguknya,
terlihat ketegasan di matanya bahwa ia percaya bahwa ini adalah ujian yang
harus dilaluinya dan ia harus benar-benar lulus tanpa remidi. Allah sangat
mencintainya. Dan semoga “berlian hatinya” menjadi pemberat di surga bersama
suami. Amin
Untuk yang mendamba
“berlian hati” atau sedang kehilangannya, percayalah bahwa Allah memiliki
skenario yang lebih hebat. Ujiannya adalah pada titik terlemah kita. Kemanakah
pengharapan itu tertuju? Kemanakah doa itu bermuara? Iya, hak penuh Allah untuk memberikan berlian hati kepada siapapun dan kapanpun.
Semoga teman mba itu sabar yah:')
BalasHapusTurut berduka cita ya mba buat temennya. Anak memang sepenuhnya hak Allah, saya pun sudah dua kali kehilangannya, yang pertama usia 24minggu, yang kedua 7 minggu jd memang harus sabar dan pasrah...
BalasHapus