Assalamu'alaykum 💓
Ketemu dengan hari Rabu lagi ya teman-teman, artinya saya nguprek tentang #WeddingDress lagi,ekeke. Pengennya membahas short honeymoon kami kemarin yang barengan sama anniversary Bapak-Mamanya Dio Dea.
Tapi kok rasanya pengen mbahas yang lagi ngehits. Yang beritanya ngalahin Selmadena *teteup aja dibahas ya*. Poligami memang selalu ter blow up kalau ada yang memantiknya. Kebetulan yang memantik salah satu ustadz kenamaan Indonesia.
Masih ingat dong gimana Aa' Gym yang sempat dihujat ibuk-ibuk, eh bukan dihujat sih, tapi lebih ke banyak ibu-ibu jamaahnya yang kecewa karena keputusannya berpoligami. Saat itu saya sama sekali tidak kecewa denga keputusan beliau, toh istri pertamanya juga mengizinkan, trus masalah kita apa coba? Saya malah sedih, banyaknya judge dan hujatan yang dilontarkan padanya atas keputusannya berpoligami.
Dan yang lebih kecewa lagi, waktu itu berbarengan sama salah satu artis yang mengaku sebagai ayah biologis seorang artis juga. Padahal dia statusnya masih punya pacar. Atas pengakuan itu, media tidak berimbang memberitakannya. Ketahuan banget kalau doyan gosip kan, heuheu.
Jadi, saat berita Aa' Gym tayang, animo masyarakat cenderung menghujat beliau sedangkan saat penayangan si artis (sebut saja Mas A ya) malah diapresiasi karena telah jujur mengakui. Ini gimana sih? Yang jelas-jelas sesuai alur dan prosedur dibenci habis-habisan, yang mbuntingin orang malah terkesan kayak pemakluman. Bad news is a good new. Huft!
Bahkan yang lebih sadis lagi, ada pemboikotan buku-buku beliau, huhu. Bencinya nggak ketulungan guys. Ceramah beliau yang dulu dihadiri jamaah, berangsur berkurang safnya. Apalagi kalau bukan karena poligaminya Aa'?
Saya pernah bertemu sekali dengan Teh Ninih di acara walimahan seorang teman. Waktu itu beliau yang mengisi acara di walimahan tersebut setelah Ust. Salim A Fillah. Saya yang duduk di belakangnya sempat bengong karena aura wajahnya teduh sekali. Tutur kata beliau juga enak didengar. Satu hal yang menjadi isi nasihat beliau kepada mempelai adalah "menikah itu adalah ladang ibadah". Nyes rasanya.
Waktu beliau pamit pulang, saya sempat menyalami, dan meskipun belum saling kenal, beliau menyapa ramah dengan senyum yang tulus. Iya, saya dapat merasakan ketulusan beliau.
Beberapa waktu kemudian, saya mendengar berita kalau Teh Ninih menggugat cerai suaminya. Asumsi-asumsi masyarakat sudah tahu dong alasannya karena apa. "Yaiyalah, siapa sih yang tahan dipoligami" "Tuh kan, Teh Ninih aja gak kuat", komentar-komentar seperti itulah yang saya dengarkan pasca gugatan Teh Ninih dikabulkan pengadilan.
Apakah setelah poligaminya Aa Gym hingga perceraiannya dengan Teh Ninih, saya tetap mendengarkan ceramahnya? Of course. Saya masih setia mendengarkan ceramah-ceramah beliau. Bahkan tetap membeli buku-bukunya. Karena memang tidak ada salah dan benar dalam keputusannya. Saya bukan fans berat beliau, pun juga bukan haters yang membabi buta saat beliau melakukan hal yang dianggap mengecewakan jamaahnya, terutama kaum wanita.
Oh iya, kabar baiknya, setelah bercerai, Teh Ninih dan Aa' Gym menikah lagi. Dan sampai sekarang bahtera rumah tangganya "baik-baik saja". Ya kan nggak tahu faktanya seperti apa, karena memang kehidupan poligami itu hanya personal yang menjalaninya yang benar-benar tahu nikmat ikhlasnya. Aa' Gym belajar banyak, beliau mengakui sendiri kalau dulu diangkat oleh media dan merasa hidup untuk orang lain.
Ekspektasi Aa Gym waktu itu saat tampil di layar kaca kan seperti tanpa cela. Dai' kondang, punya istri sholihah yang merintis dari nol. Anak-anaknya sholeh sholihah. Di tengah kesibukannya masih bisa mengelola pondoknya dengan santri-santrinya. Menulis buku-buku inspiratif dengan jadwal on air di radio-radio. Saya ingat sekali nungguin jadwal beliau on air pas puasa ramadhan yang jadwalnya selang-seling sama alm. Zainudin.
Tuh kan ngelantur kemana-mana ceritanya.
Back to the topic. Lain Aa' Gym, lain halnya ustadz yang baru saja digugat cerai istrinya. Dalil gugatan yang disampaikan Elsa Syarif katanya ada orang ketiga. Dengan kata lain, istri pertama tidak mau dimadu alias poligami.
Gak Mau Poligami = Menentang Syari'at Agama?
Kali ini saya nggak mau membahas gugatannya pak ustadz lagi, tetapi lebih tertarik menyoroti tentang poligami. Kebetulan sebelum menikah saya sempat membicarakannya dengan suami. Eh, beberapa minggu setelah menikah, kami juga membicarakannya lagi, yang ending nya kami mencapai kesepakatan untuk menanggapi itu. SAMA-SAMA ENAK.
"Kamu mau dipoligami gak?"
Pertanyaan itu seperti pertanyaan retoris. Hampir semua wanita (meski ada juga wanita yang benar-benar mau dipoligami, bahkan nawarin suaminya) kalau ditanya mau dipoligami atau gak, kebanyakan menjawab "NGGAK MAU".
Istri mana yang mau berbagi hati, perhatian dan cinta suami dengan wanita lain 😏. Dan payahnya, yang bilang nggak mau, dicap sebagai wanita yang nggak patuh sama sunnah rasul. Oh em ji. Bisa salah kaprah begini.
Karena saya pernah digituin. Pas saya jawab NGGAK MAU, ada ikhwan-ikhwan yang mengeluarkan dalilnya. Dalil Al Qur'an gayyyys. Dia njembrengin isi-isi beserta azab yang menentang poligami *elap keringet*. Ada sedikit debat di FB waktu itu, tapi saya ogah melanjutkan, karena dari awal dasar kami sudah beda yang sepertinya kok nggak bakal nemu simpulnya. Jadi meninggalkan perdebatan yang sia-sia kan katanya juga pahala. eheheh
Hei, kenapa harus memaksakan dalil? Poligami memang sunah Rasulullah, tapi jangan terkesan kalau hal itu wajib. Saya sama sekali tidak menentang, buktinya saya menghormati keputusan Aa Gym dengan tetap respect ke beliau saat memutuskan poligami. Tanpa menanyakan apa alasan beliau melakukan itu. Karena itu urusan dapur orang.
Sunah Rasulullah kan ada banyak, makan sambil duduk dengan tangan kanan, baca al kahfi pas Jumat dan masih banyak sunah-sunag yang lainnya. Kalau saya nggak mengerjakan hal itu kan juga nggak dosa? Lha trus saat ditanya poligami dan jawaban saya Nggak mau kok rasanya dibilang kurang syari', parahnya dikira nggak mau ngikutin junjungan Nabi.
Hal ini memang sangat sensitif. Kalau dasar pegangannya sudah beda, hal yang paling arif adalah saling mengerti dan menghormati. Bukan malah menghujat mencari benar salahnya. Yang setuju dipoligami silakan, kita doakan. Sebaliknya yang nggak mau dipoligami jangan dijustifikasi macem-macem.
Kang Abik pernah menyelipkan poligami saat pembuatan film Ketika Cinta Bertasbih. Kala itu, syarat Anna mau dinikahi adalah tidak mau dipoligami. Bukan berarti dia mengharamkan lho ya. Anna mengajukan syarat nikah kepada Furqon bahwa dia tidak ingin dimadu.
Menurut saya, salah satu film yang tegas dan gamblang menjelaskan tentang poligami. Bahwa poligami itu sunah dan bukan suatu keharusan untuk dilakukan.
Pandangan Saya dan Suami tentang Poligami
Sebelum menikah, saya mengajukan pertanyaan kepada calon suami mengenai poligami.
"Mas punya rencana poligami?" Masnya diam seribu bahasa. Pertanyaan saya sepertinya keliru, tapi sebenarnya dia tahu arah pembicaraan saya, Saya memancingnya lagi dengan merevisi pertanyaan saya.
"Pandangan Mas tentang poligami seperti apa ya?" Huft kan saya memang payah membuat kata-kata. Pokoknya inti pertanyaan saya mengarah ke please atuhlah Mas, kalau mau nikah sama aku, nggak usah mendua, mentiga segala.
Beberapa kali saya menyinggung itu, dia cuma diam saja bahkan lebih memilih mengalihkan pembicaraan. Dia tahu kalau saya ngebet banget muaranya ke "GAUSAH POLIGAMI" titik. Jadi baru di obrolan yang keberapa saya lupa, dia angkat bicara.
"Aku nggak bisa janjiin apapun Dik, karena takut sekali takabur. Tapi kalau boleh berdoa dan memilih sama Allah, semoga Mas cuma sama Adik saja. Sama sekali nggak ada niat untuk mengarah ke poligami. Karena Mas sadar gak mampu untuk adil. Nggak adil untuk adik, dan nggak adil untuk keluarga kita. Kita berdoa bareng ya". Ini jawaban suami waktu kami sudah menikah 1 bulanan kalau nggak salah.
Memang laki-laki kalau ditanya-tanya susah, tetapi sekalinya menjawab bisa panjang lebar bikin diem ya. Mendengar jawabannya itu saya mengerti 1 hal, bahwa dia memandang bijak tentang poligami. Dan tidak sekalipun terlontar, semoga nggak akan pernah, joke-joke murahan tentang itu. Saya yakin itu bentuk penghormatannya terhadap sunah Rasulullah tersebut.
Kadang ada laki-laki yang suka joke nggak mutu, "golek meneh lho ya. siji ra cukup" dalam bahasa Indonesia, laki-laki itu pengen cari istri lagi karena 1 saja belum cukup. Ada juga joke yang paling brengsuek tentang poligami yang mungkin dianggap lelucon padahal itu sama sekali nggak lucu.
Kalau tadi pandangan suami, sekarang giliran saya ya menjawab response suami. Saya sama sekali tidak mengharamkan poligami, tetapi kalau boleh meminta dan berdoa, biarkan saya menjadi satu-satunya. Tidak ada yang lain sampai jannahNya. Dan, jika hal itu memang qadarullah harus terjadi, maka saya mempersilakan suami untuk menikah lagi dengan arti lain tidak ada saya diantara mereka (berat buat nulis ini, huhu).
Pintu surga bisa ditempuh darimana saja bukan? Jadi ya please, jangan gampang menghujat kalau misal jawaban kita nggak satu selera.
Tabik.
Hiks.. Saya bukannya nggak mau dipoligami, tp iman sayaa belum kuat. Ga ada yg salah soal poligami kan? Tapi semuanya emang balik lg ke diri masing2 mba. Baper gue baca inj wkwk
BalasHapusDulu bude saya ngikutin banget AA'gym sampe mondok sama ibu2 pengajian sengaja datang ke DT sampe dirumah foto sama aa'gym dipajang betapa senangnya bude bisa ketemu idolanya. Selang berita poligami aa, entah knp bude banting foto lalu tak pernah sekalipun saya liat foto itu lagi :/
BalasHapusmmm saya juga pernah ketemu teh ninih blio adem bgt saya duduk samping blio, sapa yg tahu hati perempuan y mba y sudahlah yg ptg skrg mereka hepi ending lg
memang membingungkan..tata kehidupan dg syariat banyak di tentang dab dicibir
BalasHapusHahahahayy. Poligami, saya dan Pak Suami jg sering bahas ini. Dan saya keukeuhh gak bakalan pernah mau dimadu. Mending saya aja deh yg pergi daripada ada yg lain di hatinya #eaaa
BalasHapus