Featured Slider

Anak Bau Tangan Ibunya, Trus Kenapa?

2 hari ini Ray sedikit merajuk, pokoknya sama ibu, yang lain disuruh minggir. Kok ya pas banget ada deadline, jadi sambil menggendong Ray, sesekali saya mencet-mencet keypad membuat draft outline. Kalau biasanya Ray mau diajak duduk sambil ngetik, kali ini merajuknya naik level, dia maunya diajak berdiri meski sudah tertidur sekalipun.

Akhirnya hari Sabtu, yang artinya saya pulang ke rumah Bapak Ibu. Saya curhat kalau Ray merajuk nggak mau turun dari gendongan, ditambah habis imunisasi combo (polio, dpt dan hib) yang membuat badannya agak anget.

Di rumah ibu, biasanya saya manfaatkan untuk menyelesaikan deadline tulisan karena Ray banyak yang megang. Khansa yang notabene masih berusia 7 tahun bisa ngemong Ray sampai cekikikan berdua seakan-akan Ray tahu kalau lagi diajak bermain.

Kata tetangga, Ray bau tangan ibunya, udah jadi kebiasaan karena sering digendong. Dan endingnya udah bisa ditebak kalau saya mendapat wejangan yang, ah sudahlah. Intinya bilang kalau bayi jangan dibiasakan digendong, kalau udah tidur cepet-cepet diletakkan di kasur, bla bla bla *Katanya sudahlah, kok dibahas sih?

Tarik nafas dulu biar stok sabarnya berlipat ganda...

Sebenarnya saya juga pengen langsung meletakkan Ray di kasur ketika dia sudah tertidur, tapi kalau dia nangis karena belum pulas gimana? Masa iya saya biarin dia nangis kejer. Otomatis saya gendong sampai benar-benar pulas baru ditaruh. Itu kalau saya beruntung, Ray langsung mau ditidurkan. Kalau pas lagi merajuk kayak kemarin malam, saya semalaman memeluknya dan tidur di pangkuan sambil menggendongnya. Dan saya merasa kapok saat bercerita sama tetangga (nggak deket-deket banget) tentang ini, dan muncullah klaim bau tangan tadi serta solusi yang ditawarkannya yang kalau andai ia tahu saya sudah melakukannya (sampai salto-salto).

Kalau bayi bau tangan ibunya, terus kenapa?



Saya yang lagi sensi atau memang beneran lagi capek, tapi saya perlu menuliskannya biar nggak jadi bisul karena kesel. Sekalian biar menjadi alarm saya biar nggak semena-mena jadi tetangga yang jilid na'udzubillah, ahaha.

Kalau memang bayi lagi pengen banget sama ibunya, ya biarin. Toh itu menjadi bonding antara mereka berdua. Saat harus balik dari rumah Bapak Ibu, saya agak meriang, ibu menyarankan untuk tinggal dulu sampai sembuh, tapi karena ada kerjaan, saya akhirnya balik. Seperti biasa, sebelum pulang, saya dan suami salim sama Bapak Ibu. Mereka berdua menciumi Ray sambil mengusap kepalanya. Jangan rewel ya, Ray. Yang pinter, yang sholeh. Kata Ibu yang sedang menciumi anak lelaki saya yang sedang tidur di gendongan. Saya mengaminkan dalam hati.

Sepanjang perjalanan, Ray tidur nyenyak sekali, saya pikir sampai rumah bakalan tidur sampai pagi, huks. Sesampainya di rumah, Ray bangun dan bermain sama papi serta kakung-utinya. Saya beberes barang-barang, gosok gigi, wudhu dan shalat. Badan rasanya sudah ga karuan karena payudara kiri ada yang mengkal. Saya sudah mengompresnya pakai es, tapi hanya bertahan beberapa jam saja, selebihnya mengkal dan nyeri lagi.

Tiap Ray nangis, papinya membawa masuk ke kamar untuk minum, setelah selesai, mainan lagi di depan TV sama kakung-uti. Mungkin 3x begitu sampai tengah malam kakung-utinya istirahat tapi Ray masih segar dan pengen main. Masuk kamar berharap setelah minum asi bakal tidur, ternyata bayinya malah senyum-senyum seakan memberi kode ibunya untuk menemaninya bermain.

Saya menggendongnya tetapi belum mau bobok juga. Payudara saya mengkal lagi dan nyeri sekali. Kata Ibu, kalau mengkal, disusukan ke bayi nantinya akan sembuh sendiri, setidaknya berkurang. Tapi, sudah saya susukan tetap saja mengkal, huhu.

Dan malam tadi, Ray tidur jam 2 di dekapan saya. Beberapa kali saya pelan-pelan meletakkannya di kasur biar tidur sendiri dengan posisi yang lebih enak, tapi dia kerasa dan nangis. Akhirnya setelah 3x tetap begitu, saya meletakkannya dalam pelukan saya. Saya tidur dalam posisi duduk bersandar tembok yang sudah diganjal bantal. Sesekali saya membuat gerakan kaki saat Ray seperti mau bangun agar dia merasa digendong dalam posisi berdiri. Jam 4 pagi, saat Ray sudah lelap, saya pelan-pelan meletakkannya. Tangannya menggenggam erat baju belakang saya. Dan momen ini membuat hati saya mengembung. Saya melepaskannya pelan-pelan.

Anak kecil bau tangan ibunya nggak masalah, daripada bau kaki? AHAHA, Entah saya baca dimana tapi saya terpingkal-pingkal. 

Ray, jika ibu mengeluh karena capek, jangan marah ya, tapi ibu tidak akan pernah mengeluh untuk menggendongmu, memelukmu saat kamu ingin bersama ibu. Pun ketika kamu tidak mau dipegang orang lain dan ingin tetap bersama ibu, tidak apa-apa. Sama sekali tidak mengapa.

Karena ibu akan merindukan momem-momen seperti ini...

Jika Ibu masih salah-salah dalam mengurusmu, maafkankah Ibu, Naak. Ibu berjanji akan memperbaiki. Mungkin orang mengira kalau Ibu yang mengajarimu ini-itu, tapi sejatinya kamulah yang mengajari ibu banyak hal. Terima kasih untuk ini.

2 komentar

  1. Biarin lah bau tangan, daripada bau kaki! Hih, ikutan sensi deh aku mbak. Soale jujur aja dulu aku termasuk yg jadi takut gendhong lama2 gara-gara males diceramahin soal bau tangan ini.

    BalasHapus
  2. lah iya mba daripada bau kaki pingsan wkwkwk sebelum aku masuk kerja sempat juga Rayi ga mau ditidurin katanya lagi masa growth spurt yah jadi ya santei aja

    mertua juga sempat bilang jangan digendong mulu lah ya moso pake kaki wkwkk sabar aja yes mba aya ikutin feeling sbg emak

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)