Featured Slider

Untuk Ibu Negaraku

Ketika ada pepatah kalau ibu nggak boleh sakit dan wajib waras, maka saya akan mengiyakan tanda sepakat, karena urusan bisa runyam.

Hari ini saya sampai lupa tanggalan bahkan hari pun terasa sama saja sejak memiliki Ray. Eh enggak ding, saya tetap pemuja Sabtu Minggu karena artinya bisa pulang.

Hari ini ulang tahun Mbak Endang, kakak ipar saya yang kedua, yang entah tenaganya terbuat dari apa karena kayak nggak punya capek. Antar jemput anak sekolah, latihan badminton, beberes rumah, masak (yang selalu enak di lidah saya), tugas negara sebagai istri kepala desa yang tiap weekend ada aja acara hajatannya, PKK-PKB dan kumpulan ibu-ibu yang sampai saat ini saya nggak bisa membedakannya karena anggotanya sama cuma namanya saja yang beda. Dan tugas yang paling mulia adalah, menjaga bapak ibu saya yang sudah sepuh.

Notabene menantu, dia mencintai bapak Ibu seperti ibunya sendiri. Dan bahkan saya merasakan punya kakak perempuan yang bisa diajak ngobrol apa saja di rumah. Dia juga yang membantu mengurus pernikahan saat saya juga berjibaku mengurus tesis. Dia juga partner mengurus  bapak ibu dari mulai mencari rujukan hingga cek up bulanan. Dia yang selalu riang saat saya bertanya "masak apa, Mbak?" Dan tidak keberatan atau merasa kerepotan saat saya request masakan tertentu. Pokoknya dia, dia, dia, Mbak Endang yang selama ini ridho suami menjadi hal yang diutamakannya.

15 tahun tinggal sama bapak ibu padahal dia bisa saja tinggal dengan keluarganya sendiri "Atas nama mandiri", dan saya pernah merasakan tinggal satu rumah dengannya pun merasa kalau kehadirannya "sangat berarti". Sudah dandan rapi mau pergi reuni, tapi saat suaminya bilang nggak usah pergi, dia urung diri tanpa ada cek cok berarti. What? Ya ampun, dia punya pengendalian diri seperti apa sampai saya pengen punya juga. Menemani Mas Jundi yang kadang kakunya minta ampun. Dan kakak lelaki saya harus bersyukur karena bisa menyandingnya.

Pagi ini.

Hari ini jadwal cek up Bapak. Senin merupakan hari yang hectic. Saya dan suami kebetulan masih di rumah buat mengantar cek up bapak nanti. Dari shubuh rumah sudah riuh suara Mbak Endang, ahaha. Dia menyetrika seragam anak-anak sambil mengomando Iqbal untuk lekas mandi. Meminta Iqbal membangunkan Khansa karena dia masuk jam setengah tujuh (gabisa lebih pagi?). Selesai nyetrika lalu mandi, drama air mati di tengah mandi pun dia bisa tertawa menanggapinya lho, ahaha. Mengecek anak-anaknya satu per satu dan memastikan perlengkapan anaknya tidak ada yang terlupa. Lintang yang menggeliat di kasur saya peluk-peluk biar ikut bangun. Dia menarik selimutnya dan saya nggak kalah akal biar dia bisa bangun, saya mendekatkan Ray sambil memeluknya lagi. It's work.

Mbak Endang mengantar Iqbal dan Khansa. Nanti langsung ke rumah sakit mengambil antrian cek up bapak biar nggak kesiangan. Biasanya dia menunggu sampai bapak ibu datang, baru dia pulang. Nah, tugas saya dan suami mengantar bapak sampai rumah sakit. Kalau sebelum ada Ray, saya dulu ikut menunggu sampai selesai, tapi sekarang ada Ray, suami yang mengantar dan nanti saya nanti ikut menjemput dengan Ray. Awalnya Bapak rikuh menganggap hal ini merepotkan dan memilih naik motor untuk cek up sendiri. Tapi, beliau pernah hampir pingsan di jalan, kepalanya muter-muter. Saya agak marah dan bilang akan selalu mengantarnya, menemaninya dan menekankan hal itu tidak merepotkan sama sekali. Bahkan momen cek up bapak adalah quality time kami. Ibu juga bahagia banget kalau pas cek up bisa lebih lama sama Ray. Dan biasanya setelah cek up, kami bisa memilih mau makan apa dan dimana.

Oh iya, biasanya mood bapak sebelum cek up bisa menyebalkan sekali. 2 hari sebelum cek up bisa uring-uringan nggak jelas. Hal yang kelihatan sepele saja bisa membuatnya marah. Itu bisa memancing ibu atau saya ikut marah. Dan biasanya yang mengingatkan adalah Mbak Endang, huhu. Besok kan cek up, Bapak takut sama jarum jadi uring-uringan, katanya sambil senyum-senyum. Saya dan ibu langsung bernapas panjang, seakan lupa kalau kebiasaan Bapak begitu.

Mbak Endang aja bisa woles masa saya sebagai anaknya bisa ngegas ngadepin Bapak *Sigh*. Saya belum pernah melihat dia cek cok sama Mas Jundi di depan anak-anak, dan semoga saja tidak pernah. Jangankan di depan anak-anak, di depan bapak ibu atau saya yang satu rumah saja tidak pernah. Paling kalau sudah selesai masalahnya baru cerita dengan haha hihi kayak nggak ada apa-apa sebelumnya. Hal itu yang saya tiru. Kalau punya masalah sama suami cukup kami berdua yang tahu dan menyelesaikan.

Tentang parenting, Mbak Endang tidak keberatan dan sangaaaaat open minded. Saat saya menasehati dan mengarahkan anak-anaknya tentang pendidikan, beliau tidak protes. Kalau anak-anak saya ajak pergi, beliau juga mempersilakan dengan senang hati. Ada lho yang bersitegang dengan ipar karena tidak boleh ikut campur urusan keponakannya. Meskipun hal itu sangat sepele. Fyi, nama IQBAL, IHSAN sama KHANSA itu pemberian saya atas ACC Mbak  Endang, hihi. Makanya saya sayaaaaaang banget sama mereka bertiga.

Sebelum tanggal 30 habis, saya mau mendoakan Mbak Endang meskipun baginya tidak ada acara ulang tahun yang spesial. Semoga sehat, bahagia selalu. Menjadi istri dan ibu yang dicintai kami semua. Berkah selalu ya Mbak. Allah bersamamu selalu. Cium jauh ;*

Ah iya, besok kita masak takoyaki bareng ya. Nggak bikin gendut kok :D

Ai love you ibu negaraku. Kami mencintaimu karena Allah.

Dik Nur.

3 komentar

  1. Ceritanya seru mbak:) enak banget ya punya kakak ipar yang perhatian:)

    BalasHapus
  2. seru ya, punya kakak ipar yang perhatian dan bisa diajak curhat. Aku juga kepengen punya:) hehheehe

    BalasHapus
  3. super banget mb endang ya mba :) part uda danda rapi ga bole datang reuni kalau aku manyun sepertinya wkwkwk ah tapi tetap yah suami mah harus dituruti ;p

    selamat buat mba endang semoga sehat selalu aamiin

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)