Featured Slider

Berpikirlah Menang-menang, Nak!

Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang-Anies Baswedan
Rasanya adagium itu ringan diucapkan, tetapi susah sekali dilakukan. Ah, teori *iklan Pantene lawas*. Meskipun susah, hal itu wajib ditanamkan sejak dini pada anak-anak lho. Biar mereka bisa selalu mawas diri dalam menyikapi sesuatu.


Saat berhasil dan dipuji, mereka tidak terbang karena keblinger. Tapi ketika kalah pun, mereka tidak minder dengan kritikan bahkan cacian.

Nonton Anthony Ginting pas berlaga di Asian Games 2018 kemarin nggak? Bagaimana perjuangannya meraup poin demi poin, bertahan sampai titik darah penghabisan meski kakinya keram. Dia memang kalah dalam pertandingan tersebut, tapi dia MENANG di hati para penonton. Istilahnya, dia kalah setelah memberikan perlawanan yang maksimal.

Kalau aku kalah gimana, Bu?

Tiba-tiba Lintang, 11 tahun, yang juga menggeluti olahraga bulutangkis bertanya seperti itu. Kebetulan saya ada di sampingnya. 

Yang penting tampil terbaik dulu, Mas. 

Jadi, berpikir menang tapi juga siap kalah. Yang penting persiapan oke dulu. Lha gimana mau podium kalau sebelum tanding aja males latihan fisik. Beda halnya kalau, latihan maksimal, tampil optimal tapi endingnya tetap kalah. Yaudah, nanti coba lagi dan lagi. Dengan catatan diperbaiki.

Sebelum tanding di lapangan, biasanya Mas Jundi (Bapaknya Lintang) sudah mencari tahu keunggulan dan kelemahan lawannya Lintang. Jadi Lintang dapat briefing dari Bapaknya harus memakai strategi apa. 

Mas Jundi tahu tentang anak bujangnya itu. Tidak segan untuk mengkritik kalau memang permainan Lintang jelek banget. Tapi kalau memang Lintang sudah mempersiapkan dengan baik, bermain di lapangan juga gigih, beliau akan mengakui kalau memang lawan Lintang bagus. Setelah itu evaluasi agar ke depan permainan Lintang lebih variatif.

Namanya anak-anak, emosinya masih naik turun. Ketika dikalahkan, Lintang pernah beberapa kali menangis. Apalagi pas awal gabung klub badminton dan ikut beberapa turnamen.

Pas nangis, biasanya kami mendiamkannya dulu. Tidak mencegahnya sama sekali. Kalau emosinya sudah stabil, ibunya yang berperan untuk memberikan puk-puk dan peluk. Bilang nggak apa-apa, nanti dicoba lagi. Pertandingan kan hanya ada menang dan kalah, jadi harus berpikir menang-menang. Menang saat berhasil podium dan memenangkan diri sendiri ketika kalah agar bisa semangat untuk pertandingan selanjutnya.

Seleksi Beasiswa Badminton Djarum

Beberapa bulan lalu, Lintang ikut seleksi beasiswa badminton Djarum. Seleksi awal dilaksanakan di Karanganyar. 3 hari menginap didampingi Mas Jundi dan Mbak Endang untuk mendapatkan golden ticket ke Kudus.

Saat dikabari kalau Lintang mendapatkan golden ticket, kami sekeluarga ikut senang. Saya berpesan agar dia latihan yang disiplin dan menjaga pola makan serta istirahatnya. Hanya selang beberapa Minggu, Lintang berangkat ke Kudus. 

Di Kudus, para finalis yang disaring dari beberapa daerah dipertandingkan. Dalam pembukaannya anak-anak bersalaman dengan pemain pelatnas jebolan Djarum: Kevin, Debby, Owi Butet dll. 

Penyaringan tersebut menggunakan sistem gugur. Jadi, setelah 2 atau 3 kali tanding, dinilai juri, malamnya pengumuman lanjut atau angkat koper. Kriteria lolos atau nggaknya hanya juri dan Tuhan yang tahu. Soalnya yang kalah dalam pertandingan pun bisa berpeluang lolos ke tahap selanjutnya. Nah, yang sapu bersih menang pertandingan juga belum tentu lolos. Nah lho!

Di H-1 pertandingan berakhir, Lintang angkat koper. Tinggal selangkah lagi menuju skuad Klub Djarum, langkahnya terhenti. Dia nangis. Lagi-lagi ibunya membesarksn hatinya. Tahun depan coba lagi. Capek fisik mungkin bisa cepat hilang, tapi menyembuhkan kekecewaan karena kalah butuh effort agar tidak memupuskan harapan.

Hampir 2 bulan berlalu, Lintang sudah semangat latihan lagi. Persiapan untuk turnamennya dan masih bermimpi menjadi bagian dari Klub Djarum. Bahkan dia sudah memiliki impian untuk bergabung di Pelatnas Cipayung.

Berpikirlah menang-menang, Nak! Menang di lapangan dan menang untuk hatimu sendiri. Boleh menangis, tapi jangan pernah merasa sendiri. Karena Bapak dan Ibu ada buat kamu. Satu lagi, Bulik juga siap mendukung impianmu dan menuliskan secuil kisah untuk kamu baca nanti. 

Peluk!

Tulisan ini sebagai tanggapan dari trigger post yang ditulis Mbak Winda di Web KEB tentang mengajarkan anak menerima kekalahan

1 komentar

  1. aku juga selalu diajarin untuk afirmasi positif jangan nyerah sebelum lewatin dulu :) Lintang pasti bisa

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)