Featured Slider

A Silly September

Berkali-kali saya menghela napas panjang. Bulan September tahun ini rasanya konyol sekali :D. Semalam, saya melepas gendongan Ray. Pukul 22.37 Ray pulas sekali setelah seharian saya ajak kemana-mana. 

Survey sekolahnya, finger di kantor dan ke RS menjenguk kakungnya. Ray tidak ada lelahnya meskipun seharian ini energinya dipakai untuk tertawa, lari dan sesekali menangis saat saya tidak paham apa maunya.

Sejak tahun 2012, saya heran sendiri mengapa bisa memerhatikan bulan September. Seringkali saat di penghujung Agustus sudah menyiapkan kuda-kuda kalau September harus siap stok energi. Pernah juga healing terhadap diri sendiri kalau bulan ini adalah sama dengan bulan yang lainnya. Tapi kok kata hati gak bisa bohong. Tiap tanggal 31 Agustus, meski hati dan pikiran udah di puk-puk bilang nggak apa-apa kok teteup aja ada apa-apanya *hela napas*.

Kayak tahun lalu, saya mencoba menerima dengan baik bulan September, di akhir September diganjar harus nemenin Ray di RS. Saya mewek sambil membatin kalau September tahun itu kirain bakalan woles, tapi nyatanya tidak. Tapi sesungguhnya, bulan itu membuat saya tangguh meski berkali-kali berpeluh dan berdarah-darah melaluinya.

September tahun ini...

Ketinggalan kereta

Bulan ini, saya ketinggalan kereta 4 kali. Rekor banget. Saya pesan tiket jam 11.34 tapi terbaca jam 11.24. Sampai stasiun jam 11.26 hanya menatap nanar punggung kereta yang sudah berangkat, ahaha.

Saya menelpon suami dan akhirnya diantar sampai kampus. Beliau tidak berkomentar apa-apa sepanjang jalan. Karena mungkin menurutnya tidak perlu, ahaha. Tapi keesokan harinya beliau berpesan agar saya fokus dan mengecek lagi biar ga salah jadwal lagi.

Salah jadwal acara

Dulu banget, saya tertawa ketika teman saya keliru jadwal event. Jadwalnya hari Kamis, tapi dia datang hari Rabu di jam yang sama. Sampai di lokasi tentu kosong dong. Karena memang acaranya kan bukan hari Rabu. Dia curhat dengan memelas karena nengira hari itu sudah Kamis.

Nah, September ini saya kena batunya. Saya mengira acaranya kamis Minggu ketiga, ternyata Minggu keempat. Sudah rapi, berangkat kereta paling pagi. Karena memang saya diminta bantuan di acara itu. Dan saya sampai memajukan jadwal mengajar untuk acara tersebut. Tapi akhirnya zonk :D. Saya sampai sana, aula sepi. Tanya satpam katanya ga ada jadwal acara di hari itu. Saya masih khusnudzon nunggu *Lol. Pas buka undangannya, ternyata kamis depannya. Wkwk. Saya auto menertawakan diri sendiri.

Emosi naiiik

Dari September tanggal satu, emosi saya udah kenceng banget. Berasa PMS tiap hari. Makin saya menolak perasaan tersebut, rasanya semakin menjadi. Endingnya saya lebih banyak diam, atau malah menangis tergugu sendiri. Karena memang rasanya gak enak banget, tapi bingung mau ngapain.

Suami juga bingung mentreatment saya bagaimana. Karena tiap mau ditolong, saya katanya judes, padahal enggak :(((. Yaudah, seminggu diem-dieman. Beneran diem, kecuali ada Ray atau orang ketiga diantara kami. Kami berdua mati-matian menjaga biar ga menjadi trigger masing-masing. Karena hanya akan menyakiti satu sama lain. Yaah, diam adalah kunci!

Tapi diam lama-lama juga ga bagus. Pas seminggu, ketika suami nganter ke kampus trus mampir ke rumah Solo buat beres-beres, saya menawarkan nonton film. Twivortiare. Beliau mengangguk. Kirain di bioskop tidur karena genre filmnya drama romantis. Tapi ternyata tidak. Saya sesenggukan sampai akhir. Di akhir film, beliau minta maaf sambil bilang "kita belajar lagi ya. Berjuang sama-sama". Kelar! Sepanjang jalan Solo-Klaten kami ngobrol apa saja. Kemarin kenapa. Dan, suasana yangbsebelumnya membeku lama, mencair sudah :))).

Ray rewel

Selain emosi naik turun, Ray sering tantrum ya Allaaah. Kalau mau, dia HARUS dipenuhi. Padahal energi saya kayak diperas, jadi porsi main buat dia yang biasanya 1 jam trus tidur, ternyata enggak. 1 jam itu dia uring-uringan ga jelas. Dan saya wajib bisa menerjemahkan maunya. Huhu

Katanya sih masuk masa terrible two, tapi dia 1.5 tahun belum genap :(((. Jadi, sebelum sampai rumah biasanya saya sudah release emosi dulu. Biar tetap waras nemenin Ray. Karena apa yang saya lakukan itu juga buat dia.

Keluar masuk RS

Bapak drop beberapa kali kesehatannya. 2 x masuk IGD dan berakhir opname. Pertama masuk ruang isolasi, kedua masuk ICU. Saya bolak balik kampus-RS dan memastikan Ray kalem sama papinya.

Ray juga tes IGRA untuk memastikan TB-nya. PR banget sama berat badannya yang stagnan beberapa bulan terakhir. Alhamdulillah negatif.

Salah naik bis

Yang paling epik bulan ini selain salah jadwal dan ketinggalan kereta adalah, saya salah naik bis. Saya pikir sumber rahayu itu rutenya Jogja aja. Lha kok ternyata ada yang ke Semaraaaaaang. Ahaha.

Untuk kernetnya sabar banget. Pas mau bayar dan nanya turun mana, saya PD bilang Klaten. Penumpang kanan kiri saya refleks menatap saya. Saya belum sadar kalau keliru bis. Ini jurusan Semarang Mbak, kata kernetnya kalem. Nanti Mbaknya turun di depan trus puter balik aja ke arah Kartasura. Saya hanya menghela napas panjang.

Rasanya, September ini sangay konyol. Pengen banget skip dan cepet-cepet Oktober. Tapi, bagaimanapun itu, waktu selalu menjadi obat. Esok, saya akan tertawa menceritakan hal ini. Meskipun pas melewatinya penuh dengan helaan dan gumaman.


Tidak ada komentar

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)