Featured Slider

Kangen Bapak

Kemarin adalah hari ayah. Banyak sekali post tentang ayah yang semakin kubaca, dadaku semakin terasa diremas. Aku berusaha menahan sekuat tenaga, tetapi malam-malam, sebelum tidur, nyatanya tumpah juga. Aku menangis, padahal seharian sudah tidak membaca postingan tentang hari ayah. Iya, aku kangen Bapak. Kangen sekali.

Ada yang pincang, mencoba mengisinya dengan hal yang lain, ternyata tidak ada gantinya. Jujur, sampai detik ini aku belum ke makam beliau lagi. Meskipun Mas Joko atau Mas Agus pulang dan menyempatkan ke makam, aku masih belum mampu ikut kesana (lagi). 

Bapak manis sekali memahatkan momen yang membuatku hangat. Ketika aku merasa kesulitan, Beliau bisa menjadi teman diskusi yang seimbang. Justru pemikiran Beliau terlalu jauh yang membuatku bisa memiliki insight lebih luas. Duluuuuuuu, aku benci ketika Beliau overthinking terhadap suatu hal, nanti kalau A, B atau C. Nanti kalau begini atau begitu. Beliau menebak berdasarkan pola-pola. Dan itu menurun padaku.

Setiap kali aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan atas suatu hal, aku otomatis ingat Bapak. Memberikan jeda, napas panjang dan membaca al fatihah, biasanya membaik. Tapi pernah juga gagal. Aku malah tersedu-sedu. Seperti malam ini. Hingga aku menuliskannya.


Tidak ada komentar

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)