1
bulan ini, aku full jadi “bulik sejati” Deandra. Sejati? Yah, dari eek (maaf),
makan, tidur, maen, aku sendiri yang nemenin. Ada sih sesekali khadimat yang membantu, tetapi aku
selalu di sampingnya. Btw, Deandra (10 bulan), beberapa waktu yang lalu masuk
rumah sakit. Pertamma sih Deandra Cuma demam, kata Dokter Rastra
(spesialisnya), “Kalo demamnya 380 baru dikasih obat ya, Bu”.
“Jadi, kalo demamnya masih di bawah 380,
masih wajar. Tetapi kalu udah diatas itu, perlu minum paracetamol, ex : Tempra,
sanmol cs”
Semaleman
demam, ternyata shubuh demam Deandra sudah lebih dari 380, nah sehabis Shubuh, aku baru berani memberinya
tempra. Tapi baru beberapa menit, dia muntah-muntah. Minum susu-air putih,
beberapa menit muntah. Makan, meski lahap, tapi semuanya keluar. Apapun yang
masuk ke mulutnya, beberapa menit langsung keluar semua. Sampai-sampai ada
bercak-bercak kuning dalam muntahannya. Demamnya? Ah, demamnya semakin tinggi,
karena obat yang masuk ke mulutnya juga ikut keluar.
5 hari pasnya Deandra dirawat, banyak sekali pelajaran yang dipetik dari suster-dokter. Bagaimana kalo anak kecil sering muntah? Mencret?. Ini beberapa petikan pesan dari Dokter Rastra.
Subhanallah, berpuasa? Yah,
aku sudah mencobanya beberapa hari yang lalu. Saat Deandra juga mengalami
gejala serupa, demam-muntah muntah-mencret. Aku menjaga badannya supaya tidak
dehidrasi, tetapi setiap di muntah, aku membiarkannya berpuasa agar perutnya
tidak mual-mual.
"Nah masalah mencret, anak kecil tidak bisa di stop layaknya orang dewasa yang bisa saja dikasih Diapet atau Entrostop. Tetapi anak kecil hanya bisa meminum obat yang bisa menguras seisi perutnya, sehingga bakteri yang berada di dalam perut tuntas-tas-tas. Kenapa diarenya gak bisa di stop dengan diapet-entrostop? Karena usus bayi masih sangat lembut, kalo dikasih obat2 seperti itu akan hancur, lagi-lagi kata Dokter Rastra demikian”
Biasanya kalo mencret2 kayak gitu, Dokter langsung siaga satu ngasih antibiotic. Tapi harus hati-hati, karena obat antibiotic itu sifatnya keras, bisa jadi eek bayi membuat anus memerah dan infeksi, maka juga harus dicheck anusnya juga kalo mencretnya sering.
“Aah, disana, disini, dimanapun itu, bagiku, anak kecil gak pernah bikin galau” *Buliknya Deandra
Oh iya, kalian tau bedanya virus dan bakteri? Kalau virus itu, meski tidak diobati, asal kita menjaga daya tahan tubuh dan asupan makanan, maka virus itu akan hilang dengan sendirinya. Tetapi kalo bakteri agak susah, selain harus menjaga daya tahan tuuh dan asupan makanan, dokter harus memberikan antibiotic untuk mengusir bakteri tersebut. Ini sih disarikan dari Dr Rastra juga :D
“Demam itu bukan penyakit, tapi gejala dari penyakit”
Akhirnya, setelah
dibawa ke Rumah Sakit, Deandra disuruh opname, karena banyak cairan yang keluar
alias dehidrasi. Oh dear, diinfus. Yah, tangan kanan Deandra diinfus, jarum infuse
itu membuat sukses cairan masuk ke tubuhnya sekaligus membuat air matanya
mengucur keluar. 30 menit aku berusaha mendiamkannya, menepuk-nepuk
punggungnya, mengelus-2lus kepalanya, sekali-dua kali dia diam, tapi menangis
lagi, sampai dia mungkin capek dan mulai tertidur. Baru beberapa waktu bias tidur,
suster dating membawa jarum suntik, aku was-was, dan terang saja, tangan kiri
Deandra diambil darahnya buat check lab L. Setelah dibawa
ke kamar inap, Deandra mulai mencret air. Demamnya berangsur turun, tetapi
mencretnya lebih sering dari biasanya.5 hari pasnya Deandra dirawat, banyak sekali pelajaran yang dipetik dari suster-dokter. Bagaimana kalo anak kecil sering muntah? Mencret?. Ini beberapa petikan pesan dari Dokter Rastra.
“Kalo anak kecil
muntah-muntah, biarkan dia puasa beberapa waktu agar perutnya beradaptasi. Setelah
itu, coba beri makan sedikit-sedikit, tiap 5menit 1sendok-berhenti, menunggu
apakah dia muntah atau tidak, jika muntah biarkan puasa lagi-beradaptasi lagi,
pastikan makanan atau asupan yang masuk ke mulut benar-benar tidak dimuntahkan
dengan membiarkan dia berpuasa beberapa waktu”
"Nah masalah mencret, anak kecil tidak bisa di stop layaknya orang dewasa yang bisa saja dikasih Diapet atau Entrostop. Tetapi anak kecil hanya bisa meminum obat yang bisa menguras seisi perutnya, sehingga bakteri yang berada di dalam perut tuntas-tas-tas. Kenapa diarenya gak bisa di stop dengan diapet-entrostop? Karena usus bayi masih sangat lembut, kalo dikasih obat2 seperti itu akan hancur, lagi-lagi kata Dokter Rastra demikian”
Biasanya kalo mencret2 kayak gitu, Dokter langsung siaga satu ngasih antibiotic. Tapi harus hati-hati, karena obat antibiotic itu sifatnya keras, bisa jadi eek bayi membuat anus memerah dan infeksi, maka juga harus dicheck anusnya juga kalo mencretnya sering.
“Aah, disana, disini, dimanapun itu, bagiku, anak kecil gak pernah bikin galau” *Buliknya Deandra
Oh iya, kalian tau bedanya virus dan bakteri? Kalau virus itu, meski tidak diobati, asal kita menjaga daya tahan tubuh dan asupan makanan, maka virus itu akan hilang dengan sendirinya. Tetapi kalo bakteri agak susah, selain harus menjaga daya tahan tuuh dan asupan makanan, dokter harus memberikan antibiotic untuk mengusir bakteri tersebut. Ini sih disarikan dari Dr Rastra juga :D
Nb : khadimat (Pembantu
Rumah Tangga)
ini posting critanya miskol ya?
BalasHapusato sms kosong?
harusnya berisi ini nih Nik, lupa belum mencet "publish".
BalasHapus