Featured Slider

Momen Ceria di Lebaran Tahun Ini

Hallo semua, bagaimana syawalnya? Udah mau habis nih sebentar lagi. Ah iya, ada yang lain di lebaran  tahun ini. Kali ini pengen banget cerita momen-momen ceria dari mulai mempersiapkan lebaran, pas lebaran sama setelah lebarannya. Jadi, tahun ini saya tidak melaksanakan mudik seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak begadang tiket kereta 90 hari sebelum lebaran. Hal itu karena saya sudah pindah ke Klaten sejak Maret lalu.
A photo posted by ayaa (@cahayatheprinces) on

Momen Ceria Persiapan Lebaran

Ceria Berbagi

Biasanya setiap lebaran, Bapak membuat list kaum dhuafa, janda dan yatim piatu untuk dapat jatah zakat Mal. Kami memilih mengantarkannya satu per satu karena  simple dan memang lebih sreg dibandingkan mengundang mereka ke rumah untuk pembagiannya. Nah, saya kebagian mengumpulkan dana dari Mas-Mas saya dijumlah dan dimasukkan ke amplop sesuai dengan nama penerima yang dibuat Bapak. Selain melihat keceriaan mereka, saya juga sempat berkaca-kaca saat memberikan setiap amplop itu. Banyak doa yang terlantun dari mereka. 

Di desa juga banyak yang melakukan hal yang serupa. salah satunya program perdana "Pekan Ramadhan Oemah Sinau yang membagikan infak, sodaqoh dari donatur kepada kaum dhuafa. Ah, cerianya berbagi menjelang hari nan fitri.

Menyiapkan Uang Baru

Sebelum lebaran kemarin, saya menukarkan uang baru ke bank. Teman-teman juga? Biasanya Mbak Era juga membawa uang pecahan 5ribuan dari kantornya, sehingga saat kerabat ngumpul, mereka akan kebagian beberapa lembar. Dan itu membuat wajah mereka sumringah dan ceria. Karena wajah saya masih kelihatan SMA (*eh), kadang-kadang saya juga kebagian jatah mendapat angpau dari Mbah-Mbah lho. Mereka beranggapan kalau lelaki/perempuan yang belum menikah itu masih mendapat jatah uang fitrah. Kyaaaaa.

Menyiapkan Baju Baru untuk Anak-Anak

Sebenarnya, saya tidak berniat untuk membeli baju baru untuk lebaran. Saya berpikir baju yang lama masih bagus untuk dipakai untuk sholat Id. Tetapi, saat Iqbal, Ihsan dan Khansa meminta Bapak Ibunya untuk membelikan baju baru, saya pun diajak serta. Dari awalnya yang gak mau ikut karena menyadari pasti toko baju bakalan ramai, tetapi akhirnya ikut juga dengan syarat memilih Ramadhan  yang tidak ganjil dan sepulangnya membeli baju lebaran, harus tarawih jamaah di rumah sebagai ganti absen tarawih di masjid. Anak-anakpun setuju. Mereka ceria saat memilih baju dengan setelan celana lebaran mereka. Saya memberi masukan untuk beli kemeja saja bukan baju koko, karena kalau kemeja bisa dipakai pas acara  resmi di sekolah atau pesta. Pengalaman membelikan mereka baju koko, ending-nya hanya dipakai sekali dan pas Jum'atan saja. heuheu.

Menyiapkan Hidangan Lebaran

Teman-teman membuat hidangan lebaran apa membuatnya sendiri? Kami lebih memilih membeli dengan alasan praktis. Nastar dan putri salju menduduki peringkat teratas karena keduanya sangat digemari oleh anggota keluarga maupun tamu. Astor, wafer, aneka permen dan coklat. Pokoknya, meja ruang tamu penuh dengan hidangan untuk anak-anak maupun orang tua. Mulai yang tekstur empuk sampai yang keras. Dari rasa gurih, asam, pedas, pokoknya komplit. Untuk minuman, kami menyediakan air mineral. Beberapa tamu yang menginginkan teh atau kopi juga bisa berbahagia, karena di rumah stoknya gak pernah habis. Memuliakan dan memanjakan tamu termasuk sunah kan? :)

Menyiapkan Parcel Ba'dan

Kalau ditempat saya namanya ba'dan. Jadi, Ibu membungkusnya seperti parcel yang isinya gula, roti, teh atau lauk seperti ayam ingkung. Ba'dan tersebut diantar ke beberapa kerabat yang secara silsilah keluarga dianggap dituakan, misalnya : simbah, pakdhe. Dulu waktu saya kecil, hal seperti ini adalah salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu, karena biasanya kalau mengantarkan ba'dan, saya akan sekalian dikasih uang fitrah. Kalau sekarang udah malu,hihi. Setiap usia punya masa kan ya :).

Khataman

Hayo, siapa kemarin yang sebelum Ramadhan memiliki target khatam sebelum lebaran? Kemarin saya juga ikut menyiapkan acara khataman untuk anak-anak yang dibarengi dengan pembagian   hadiah lomba sholat, baca qur'an dan adzan. Padahal hadianya hanya 2 buku dan pensil, tetapi mereka excited banget. Apalagi saat acara inti khataman yang membaca juz 30 bersama-sama, suara mereka nyaring bunyinya. Helllow, semoga khatamannya gak pas Ramadhan aja ya, tapi after lebaran juga. Amin.

Momen Ceria Pas Lebaran

Sholat Idul Fitri di Masjid 

Masih inget sunah-sunah sholat idul fitri? Itu lho, yang kalau pagi disunahkan makan atau minum hanya sedikit, trus disunahkan juga kalau berangkat ke masjid rutenya dianjurkan berbeda dengan rute saat pulang ke rumah. Kayaknya apal banget deh, tapi jangan salah lho, untuk yang poin pertama tentang makan dan minum itu kadang saya luput, karena masih terbawa seperti puasa. Seringkali udah  minum seteguk aja masih sempat membatin "Eh ini udah gak puasa kan ya?". Wajah-wajah ceria anak-anak pas mau berangkat sholat Id ke masjid adalah saat mereka menceritakan puasa mereka. Kebetulan Khansa bolong 3 hari karena sakit, Iqbal 1 hari dan Ihsan alhamdulillah lulus. Kami sekeluarga berjalan kaki menuju masjid, sesekali takbir, berkali-kali ngeliatin anka-anak yang lari kesana kemari. Tahun ini, kakak pertama saya, Mas Agus, tidak sholat Idul Fitri di rumah karena harus jaga lalu lintas. Aaaaa, polisi di hari besar, jarang bisa ngumpul.

Sungkeman

Setelah sholat Id, kami berkumpul di ruang tamu. Biasanya menunggu Bapak Ibu untuk bergiliran sungkeman. Meski setiap tahun sungkeman, entah mengapa saya selalu deg-degan dan bercucuran air mata. Saya mengucapkan dengan bahasa Jawa halus. Karena saya anak bungsu, saya kebagian di sesi sungkeman paling akhir. Yang bikin tambah sesenggukan, setelah sungkeman, biasanya langsung memeluk dan mencium Bapak Ibu. Lha, Bapak juga pake embel-embel puk-puk punggung sama ngusap-usap kepala saya. 2 hal yang paling saya suka sejak kecil. Keceriaan di sela keharuan? Ah, bahkan saat menangispun terselip kebahagiaan kan.

Jaga Rumah, Nemenin Bapak Ibuk

H+2 lebaran, rumah sepi karena Mas-Mas saya giliran ke rumah mertua mereka. Saya? Karena belum punya mertua, saya jaga rumah sambil menemani Bapak Ibuk. Karena Mas Jundi (yang no.2) jadi kepala desa, biasanya ada warganya yang datang berkunjung entah untuk silaturahmi atau minta surat pengantar. Surat pengantar nikah yang lagi ngehits kalau pas lebaran tiba. Ah, balik ke topik yang gak bikin baper. Saya ngobrol sama Bapak Ibu banyak hal. Tentang kesehatan, Mas-Mas yang sedang di rumah mertua dan masa depan saya. Ujung-ujungnya sudah bisa ketebak kalau Bapak itu mau nanyain tentang "nikah nikah nikah" :D. Jawaban saya pun diplomatis tanpa menyakiti perasaan beliau. Biar sama-sama ceria gitu lho.

Halal bi Halal
A photo posted by ayaa (@cahayatheprinces) on


Tahun ini saya kebagian jadi sie Acara untuk halal bi halal Desa. Menarik sih, karena acara tersebut melibatkan anak-anak, remaja dan orang tua. Ada ikrar maaf-maafan, games dan musikal. Dan yang membuat saya lebih bahagia adalah momen kebersamaannya. Bayangkan saya, anak-anak rantau juga datang bertukar cerita setahun kemarin ngapain aja di Jakarta, dan sebaliknya sejak ada Oemah Sinau, remaja yang ada di rumah tidak kehabisan cerita. Bahkan para perantau envy untuk pulang dan mencari kerja disini. Ah iya, acara ini diadakan di dekat mushola pas H+3 lebaran. Di tempat teman-teman juga ada acara halal bi halal? let me know your story about this.

Silaturahmi Keliling

Sampai H+3, rumah masih ramai silih berganti tamu-tamu yang mau silaturahmi. Selain rame warga Mas Jundi yang datang berkunjung, juga saudara dari Bapak Ibu. Nah, di H+4 lebaran, giliran kami yang keliling untuk mendatangi kerabat yang dituakan. Ada istilah kumpul trah dimana keluarga dari buyut berkumpul jadi satu tiap tahun entah mengadakan arisan atau halal bi halal. Hal itu bertujuan agar silaturahmi tetap terjaga. Kalau kemarin, kami memilih naik motor untuk mengunjungi salah satu simbah dari keluarga Ibu. Karena jalan untuk menuju ke rumahnya sulit untuk dilalui mobil. Anak-anak cerianya bukan kepalang. Sepanjang perjalanan, mereka bersenandung dan bertanya ini-itu. Apalagi saat melihat area menuju rumah kerabat yang ingin dikunjungi menanjak.
Pasar Malam

Di Klaten, banyak spot untuk memanjakan anak-anak. Biasanya di alun-alun Klaten ada pasar malam, di Wedi juga ada ding. Yang ramai tiap tahun adalah pasar malam Jimbungan. Kemarin saya dan anak-anak juga sempat ke pasar malam untuk mencoba beberapa permainan. Ada der-molen, ombak banyu, kemidi putar, dan masih banyak yang lain.Eh iya, meskipun setiap tahun ada pasar malam, saya juga merasa ringan kalau diajak kesana. Padahal cuma itu-itu saja. Pengalaman konyol kemarin saat saya, Laras, Mayang dan Yayuk pergi ke pasar malam Jimbungan. Saya juga mengajak Iqbal dan Ihsan ikut. Sesampainya disana, mereka langsung pengen naik kora-kora. Saya yang ditawari untuk naik langsung menolak karena tahu kalau naik itu, pasti endingnya bakalan mabuk dan muntah :D. Saat meraka turun dari kora-kora, Laras sih masih aman meskipun masih gemetar, Iqbal-Ihsan jempol banget bisa menikmati. Tetapi Yayuk sama Laras wajahnya pucat pasi. Mereka berdua muntah-muntah. Alhasil, kami memutuskan mencari tempat makan yang panas-panas biar mereka rileks. 
A photo posted by ayaa (@cahayatheprinces) on


Keceriaan Lebaran juga Butuh Diperjuangkan

Mengapa keceriaan di momen lebaran juga butuh perjuangan? Karena akan ada saja pertanyaan-pertanyaan, kejadian-kejadian yang di luar ekspektasi kita. Pengennya lebaran adem ayem, eh ternyata gara-gara segelintir orang jadi ambyar. Itu kalau kita tidak memperjuangkan lho ya. Misalnya, di sela-sela  silaturahmi atau pas halal bi halal, ada saja yang menanyakan "Kapan nikahnya?" "Kok belum isi juga sih?" atau pertanyaan lain yang untuk sebagian orang bisa membuat mood terjun bebas. Itulah kenapa kalau keceriaan itu juga membutuhkan perjuangan. Tidak membiarkan orang lain mengintervensi kita untuk bahagia. Itu sudah cukup. Tetap ceria saat lebaran tiba :)

Trus, harus diperjuangkan juga agar lebaran bukan menjadi antiklimaks ramadhan. Saat ramadhan, shalat tahajud gak pernah bolong, tilawah dan tadabur quran juga gak pernah absen, tapi pas lebaran malah memble. Ah pokoknya jangan! Kita wajib memperjuangkan untuk itu. Karena pengalaman dari tahun kemarin dan tahun ini, saat memegang ODOJ (One Day One Juz), kelihatan sekali seminggu setelah lebaran seperti lesu untuk tilawahnya. Padahal pas ramadhan berasa ringan banget buat nyelesein 2-3 juz sehari. Dalam 1 grup, saat ada yang lesu begitu, cepat sekali menular ke yang lain. Saya juga sempat tergopoh-gopoh untuk menemukan ritmenya kembali di tengah tour halal bi halal, silaturahmi dan piknik keluarga. Kalau sudah begitu, istighfar adalah cara paling ampuh dan memanfaatkan syawalan untuk meningkatkan kembali "keceriaan" ibadah kita agar Syawalan rasa Ramadhan. 

Teori obat hati memang mujarab sekali. Di grup ODOJ yang saya pegang, tidak berlama-lama untuk menemukan ritme tilawah mereka. Membaca quran dan maknanya bisa menjadi ketenangan tersendiri. Jadi, meskipun banyak kegiatan saat lebaran, tetapi kita tetap enjoy untuk beribadah agar batin tidak gersang. Salah dua dari obat hati lainnya adalah berkumpul dengan orang sholeh/sholehah. Nah biar bisa kumpul sama orang sholeh/sholehah, kebetulan banget Diaryhijaber mengadakan acara dalam rangka Hari Hijaber Nasional lho. Check it out acaranya :

Tanggal: 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016
Tempat: Masjid Agung Sunda Kelapa,  Menteng, Jakarta Pusat

Acaranya keren kan? Yuk ah dateng.

Ini cerita momen ceria lebaranku tahun ini. Kalau kalian gimana ceritanya guys? :)

3 komentar

  1. Jalanan buat silaturahmi penuh perjuangan yaa, mbaa :)
    Alhamdulillah jalin silaturahmi tak terkendala ya :)

    BalasHapus
  2. Mba.ini postingan lengkap banget serba serbi lebaran dn maknanya ada sini.
    Selamat ya mba

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)