Featured Slider

Pengalaman Pertama Ikut Call for Paper

pengalaman call for paper

Mengalami masa transisi kebijakan kampus membuat saya harus sedikit ekstra lebih effort-nya untuk lulus. Ada 2 syarat yang dibebankan (iya sebagian besar menganggapnya beban) mahasiswa untuk menyandang predikat MH.

Yang pertama adalah menjadi speaker di seminar nasional/internasional dan tulisannya diterbitkan berstatus isbn. Kedua, mahasiswa harus mempublikasikan karya tulisnya di jurnal nasional yang terakreditasi. Beberapa teman mengeluhkan hal tersebut, tapi mau nggak mau harus menjalaninya kan?

Alhamdulillah Februari kemarin saya mencoba submit paper ke UMS Solo yang temanya memang linier dengan judul tesis yang saya ambil, tentang perizinan.

Ini merupakan pengalaman pertama saya ikut call for paper dan sebelumnya merasa under estimate kepada diri sendiri setelah sekian lama absen presentasi ilmiah. Kebijakan ini memang membuat sebagian mahasiswa harus belajar otodidak membuat paper, mulai dari sistematika penulisan dan substansi yang akan ditulis.

Prosedur call for paper

1. Mengirimkan abstrak dan full papet. Kalau ini tiap kampus memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Ada yang abstraknya dulu dikirimkan dan full paper belakangan. Ada juga yang langsung disuruh mengumpulkan full papernya.

2. Paper akan direview kalau misal lolos maka penulis akan diundang untuk mempresentasikan paper tersebut.

3. Pembagian chamber. Jadi, dalam call for paper itu ada sub-sub temanya sehingga yang mengirim paper akan dibagi per chamber berdasarkan tema yang ditulis.

4. Presentasi dan Diskusi. Nah, setelah itu waktunya mempresentasikan paper yang ditulis. Dari hasil presentasi itu akan didiskusikan dengan yang lain di chamber yang sama. Kemarin saya 1 chamber dengan dosen-dosen UMS dan salah satu pegawai instansi pemerintahan Gorontalo. Jauh amat yak ikut call for papernya. Itulah ilmu!
Ssst, awalnya sempat nervous pas presentasi, tapi alhamdulillah terkendali.

5. Revisi. Biasanya kalau papernya diterbitkan, panitia mempersilakan revisi terlebih dahulu.

Ah iya sampai lupa, call for paper itu berbayar. Nominalnya variatif sih tergantung dari penyelenggara. Acaranya kayak serangkaian dengan seminar yang diselenggarakan dengan tema serupa. Biasanya seminarnya pagi, dan call for papernya siang.

1 syarat terpenuhi. Semoga lancar sampai akhir. Ternyata kalau dipenuhi satu per satu, syaratnya tidak berat. Cuma ya gitu, kadang bayangan yang ada di pikiran udah terkesan berat saja jadi endingnya mau menjalani terasa beban. Heuheu

Teman-teman sudah pernah ikut call for paper juga? Feel free for sharing pengalamannya ya :)

Lots of love,
Ayaa

6 komentar

  1. Aku malah baru tahu mba call for paper :p semoga lancar y mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga baru tahu hehe... semangat mbak.. semoga lancar :)

      Hapus
  2. Call for papers apa hanya untuk akademisi? Kalau untuk petugas lapang apa bisa ya? Lembaga apa yg menaungi?

    BalasHapus
  3. Tiba2 sy dapat email undangan conference call for paper. Sy juga ga tau ko bisa ngundang saya. Kampus yg ngadainnya lbh bagus dr kampus saya lagi. So sy cari2 apa itu call for paper. Heu terima kasih udah berbagi

    BalasHapus
  4. mbak aku mau tanya, misalnya udah lulus kuliah. mau ikut call paper itu bisa nggk? misalnya ada tertarik tema lain tapi nelitinya ini nggak pake surat dari kampus karna sudah lulus. hasil penelitian begini apa bisa ikut call paper? terus aku misalnya mau publikasi karya ilmiah, apakah harus hasil dari thesis atau skripsi?

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)