Wah, tidak terasa ya kalau Ramadan akan segera berakhir. Di satu sisi pastinya sangat sedih, tetapi di sisi lain, hal tersebut sangat menyenangkan untuk kaum perantauan karena itu berarti “hilal mudik” sudah kelihatan. Hehe. Teman-teman mudik kemana? Sudah ngantongin tiket juga? Ah, semoga lancar ya mudiknya, tentunya lancar untuk ibadah puasanya juga.
Mungkin kalau mudik sendiri, kita akan lebih santai mempersiapkan ini-itu nya. Tetapi kalau ngajak balita, tentu saja akan berbeda ceritanya. 3 tahun lalu, saat masih di Jakarta, saya mempunyai pengalaman mudik bareng keponakan saya yang masih balita, Dio dan Dea, menggunakan pesawat.
Ribet? Enggak sama sekali. Justru sangat menyenangkan. Waktu itu mudiknya ada Mbak Era dan Mas Joko (Bapak Mamanya Dio-Dea), jadi meskipun sempat ada delay, kami tetap asyik-asyik saja menikmatinya. Nah, kali ini saya mau share tentang pengalaman mudik dengan balita melalui transportasi udara—pesawat. Yuk simak agar perjalanan mudik terasa menyenangkan:
Booking tiket jauh hari. Adalah hal lumrah saat perantau hobby ngecek harga tiket pulang ke kampong halaman, apalagi saat momen lebaran. Untuk itu, lebih baik update tiap hari untuk bisa mendapatkan harga yang aman di kantong dan pas dengan cuti lebaran. Karena biasanya tiket pesawat yang dibeli jauh-jauh hari harganya lebih terjangkau. Lumayan banget kalau pulang kampungnya rombongan, hihi.
Periksa kartu identitas sebelum berangkat ke bandara. Ini hal sepele, tapi kalau lupa atau ketinggalan di rumah bisa gawat, ahaha. Saran saya, kartu identitas diletakkan di dompet berbeda untuk memudahkan saat pemeriksaan di bandara. Sehingga saat diminta oleh petugas tidak akan memakan waktu yang lama.
Packing yang simple. Ini juga nggak kalah penting. Simple disini maksudnya 1 tas bisa multifungsi, sehingga tidak membawa tas kebanyakan karena kesalahan kita yang tidak mempacking dengan benar. Apalagi membawa balita yang kadang kalau capek main-main trus minta gendong. Nggak mau gendong tas tambah balita kan? Bisa-bisa lebaran encok semua, ahaha.
Membawa mainan anak seperlunya. Biasanya kami sekeluarga menyiapkan beberapa mainan di tas tersendiri. Hal ini berguna saat anak-anak bosan menunggu atau paling parahnya terkena delay. Mainan juga bisa dipakai untuk menenangkan anak-anak saat di pesawat. Kadang balita rasa ingin tahunya tinggi, sehingga saat di kabin pesawat, mereka ingin lari kesana kemari. Jadi dengan mainan tersebut bisa mengalihkan perhatiannya untuk tenang selama penerbangan.
Memeriksa bandara, terminal pemberangkatan dan maskapai yang ditumpangi. Kok bandara bisa salah sih? Eits, jangan salah. Ada seorang teman yang jelas-jelas booking tiket untuk maskapai garuda di Soekarno Hatta, entah bagaimana ceritanya dia bisa salah ke bandara Halim. Untung saja masih ada spare waktu sehingga saat menyadari ketidaktelitiannya, ia bisa langsung ke Soekarno hatta.
Maskapai dan terminal pemberangkatan di bandara juga tidak boleh luput dari perhatian kita. Karena kadang-kadang, beda maskapai itu beda pula terminal pemberangkatannya.
Datang lebih awal ke bandara. Bawa balita dan kondisi traffic Jakarta yang nggak bisa ditebak membuat kami sekeluarga lebih memilih datang 2-3 jam sebelumnya daripada terjebak macet atau terkendala resiko lainnya. Tidak hanya itu, kalau lebaran, jumlah penumpang kea rah Solo dan Jogja biasanya banyak dan seringkali antri panjang untuk cek ini. 3 tahun lalu kami juga pernah mengalami antrian itu. Untung saja anak-anak enjoy, hehe.
Check in online. Eits, untuk menghindari antrian panjang di meja check in, teman-teman bisa menggunakan layanan online lho.
Mengawasi balita kita. Suasana mudik biasanya sangat ramai dan banyak lalu lalang penumpang. Pastikan mengawasi balita agar tidak jauh-jauh dari kita. Karena pernah kejadian ada seorang ibu yang mencari anaknya yang semula bermain lari-larian di dekatnya.
Please matikan HP saat penerbangan. Jangan coba-coba bandel tentang hal ini. Karena bisa mengganggu navigasi pesawat dan membahayakan seluruh penumpang. Jadi tahan diri untuk mematikan HP sampai benar-benar sampai di bandara tujuan kita.
Peluk balita kita saat boarding dan take off. Entah kenapa hal yang membuat saya deg-degan saat naik pesawat adalah saat boarding dan take off. Beberapa kali naik pesawat, Dio dan Dea juga merasakan hal yang sama. Agak kaget saat harus melalui kedua momen tersebut di pesawat. Dan untuk menenangkannya, biasanya kami memeluknya sambil mengajak ngobrol sesuatu.
Membawa baju ganti di tas dan pampers. Mbak Era sering menyiapkan baju ganti anak-anak untuk menghindari kena muntah atau basah karena keringat anak-anak yang berlebihan. Bandara Soekarno Hatta lokasinya luas banget sehingga nyaman untuk lari-larian Dio dan Dea. Sudah diingatkan untuk tidak lari agar tidak kecapekan tetapi namanya anak-anak kadang nggak bisa lihat area yang luas dan clean bukan? Hehe. Di usia 3 tahun, anak-anak sudah tidak memakai pampers kecuali untuk perjalanan jauh.
Don’t smoking. Larangan tegas ini tertulis di kamar mandi pesawat, tetapi tetap saja ada yang melanggar, huhu. Waktu itu, saya mengantar Dio pipis dan saat membuka toiletnya, saya rasanya ingin muntah karena bau bekas orang merokok. Menyebalkan!
Nah, itulah tips membawa balita saat mudik dengan pesawat dengan suasana yang menyenangkan. Ah iya, transportasi udara menjadi favorit kami sekeluarga saat liburan karena selain aman dan nyaman, kami tidak kehabisan waktu di jalan karena macet.
Bagi teman-teman yang tahun mudik dengan pesawat, coba kepoin media sosialnya Dirjen Perhubungan Udara deh, banyak tips-tips yang bisa menjadi referensi kita. Ternyata sedang ada lomba blog dan vlog-nya juga yang berkaitan dengan “mudik aman dan nyaman dengan transportasi udara”. Kalau mau ikutan lombanya, dengerin dulu jingle “selamanya” dari Kemenhub di http://selamanya.id.
Oh iya, beberapa hari yang lalu saya bergabung dengan Komunitas Sobat Aviasi yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan di Jakarta. Banyak tips mudik melalui trasnportasi udara yang dibagikan di sosial medianya. Hal tersbut sangat mengedukasi masyarakat untuk mempersiapkan apa saja yang harus dilakukan agar nyaman, aman, selamat dan menyenangkan mudik menggunakan pesawat.
Dan ini hasil video saya setelah kepo sosial medianya:
Teman-teman juga mau kepo juga? Yuk follow sosial medianya buat referensi bacaan mudik lebawan:
Twitter: @djpu151
FB: @djpu151
Instagram: @djpu151
Aaah, lebaran sebentar lagi, yuk persiapkan 10 hari terakhir ramadannya. Dan nggak lupa siapkan juga perlengkapan untuk mudik di kampung halaman tercinta ya 💓💓💓
senang ya sekarang sudah bisa check in online
BalasHapusbener, sekarang ini banyak banget yang sering ketuker antara halim sama soeta, itu karena kebanyakan mindset orang bandara itu soeta, sedangkan beberapa maskapai sudah menyediakan penerbangan via halim
BalasHapusbtw, kumasih belum kebayang gimana "meluk" balita saat take off. maksudnya, posisi seat belt dll gitunya.
duh.
Oh saya ga tau euy beneran, belum pernah ke bandara, halim sama soeta kayaknya beda yah kirain tempat yang sama hehe
HapusJalanan di jkt emang susah di tebak. Mending spare waktu ya
BalasHapusAgak susah juga ya, mengarahkan orang supaya taat pada peraturan. Padahal peraturan dibuat demi keselamatan bersama.
BalasHapusSudah ada tanda di larang merokok, eh malah masih merokok. Heran aja, gimana cara berpikirnya.
Mudik bawa anak-anak itu rempong tapi menyenangkan ya, Mbk
BalasHapusIya ya kl bawa anak-anak mesti bawa mainan juga biar enggak bosen :)
BalasHapusKalo hpnya di mode flight nggak boleh jg yaa
BalasHapusBaru sekali naik pesawat sih hehe.... tapi boleh disimpan dulu tipsnya.
BalasHapusInfonya keren, Mbak.
BalasHapusDan memang harus cek lagi soal bandara tadi.
Kalau masih ada waktu luang tidak apa-apa. kalau sudah mepet bisa hangus. Apalagi hari biasa, Jakarta selalu macet.
Terima kasih tipsnya, Mbak.