Featured Slider

Testpack Strip Satu


Waktu itu saya ingat betul, saat pertama kali saya terlambat haid 5 hari dan memutuskan untuk membeli testpack. Awalnya biasa saja rasanya, tetapi setelah melihat hasilnya, strip satu, rasanya kok sesak sekali. Apalagi ditambah keesokan harinya saya mendapatkan siklus bulanan.

Honestly, waktu itu saya tidak berekspektasi banyak. Selain ingin mencoba cara pemakaian testpack dan penasaran kenapa saya telat haid. Karena biasanya saya tepat waktu atau bahkan maju. Tapi kok yang namanya hati itu tidak bisa dibendung mau bagaimana. Sejenak mematung menyaksikan strip satu di testpack, mengharap ada strip lainnya tapi ternyata tidak ada.

Air mata saya tiba-tiba meleleh. Ini di luar rencana saya. Saya hanya ingin mencoba tanpa menangis saat tahu hasilnya. Atau jangan-jangan sebelumnya saya emang berharap strip dua yang muncul? Berkali-kali saya bilang baik-baik saja, tapi toh air mata tidak bisa membohongi lisan saya yang saya sugesti sebelumnya.

Testpack itu saya simpan di lemari. Entah kenapa saya tidak membuangnya, tapi saya pun tidak mengerti alasan mengapa menyimpannya (sampai sekarang). Seharian itu hati saya seperti gado-gado, ingin rileks tapi hati dan pikiran tidak sinkron sama sekali.

Ekspektasi Orang Lain

Di usia pernikahan saya yang kelima, di bulan April, tidak sedikit yang menanyakan kehamilan saya. Saya hampir saja tidak bisa membedakan mana yang sungguhan bertanya karena perhatian atau sekadar basa-basi. Yang paling membuat saya prihatin, banyak yang membandingkan dan seakan-akan kecewa karena saya tidak lekas hamil. Ada yang baru menikah langsung hamil. Yang nikahnya barengsaya juga hamil. Sehingga mereka berekspektasi bahwa seharusnya saya seperti mereka yang tidak kelamaan hamil setelah menikah. Payahnya, ada yang menjustifikasi bahwa karir yang membuat kami menunda kehamilan itu sendiri *deepsigh*.

Saya hampir saja mengikuti alur ekspektasi kebanyakan. Terburu-buru dan memaksakan untuk hamil dan kecewa saat mengetahui saya haid. Di bulan berikutnya malah saya terlambat 10 hari dan di hari kesebelas menstruasi. Desir kecewa itu semakin kesini semakin deras karena saya tidak bisa mengontrol diri sendiri dan seakan trauma menggunakan testpack. Karena takut tergugu sendirian. Tetapi tanpa testpack pun, saya bisa tergugu sendirian saat haid setelah 10hari telat. Itu murni kesalahan saya. Salah karena bukan hanya hamil yang saya inginkan, tetapi ingin membuktikan ekspektasi orang lain juga bahwa saya bisa hamil. What stupid i am!

Keluarga adalah segalanya!

Saya akhirnya bisa keluar dari belenggu yang saya buat sendiri. Salah satunya adalah bantuan dari keluarga. Dari keluarga saya tidak memberikan tekanan baik berupa pertanyaan atau hal lain yang mengarah ke kehamilan. Di keluarga suami pun juga membesarkan hati tanpa menyinggung atau menjustifikasi.

Cukup di bulan April dan Mei saya merasa tidak nyaman, tidak untuk bulan-bulan berikutnya. Selain keluarga, saya bisa melaluinya karena suami yang tidak kalah menyerah membuat saya up tanpa terbebani.

"Bersyukur Dik. Selain itu juga sabar...." pesan suami singkat, tapi realisasinya itu, huhuhu.

Bagi sebagian orang, testpack dengan strip satu merupakan hal biasa. Bahkan bisa dengan jumawa "Masa belum juga sih?" Dengan entengnya. Tetapi untuk sebagian yang lain, termasuk saya yang pernah mengalaminya, untuk hanya membelinya dan melakukan tespack perlu keberanian yang lebih. Bahkan harus lebih berani saat hasilnya belum sesuai dengan keinginan.

Ah iya, dalam hal ini ada 2 ujian; pertama ujian untuk kita berkata dan bertanya dengan baik terhadap hal yang dianggap sensitif bagi orang lain. Ini berlaku untuk mereka yang gencar menanyakan "kapan nikah?" "Udah isi belum?". Yang kedua adalah ujian untuk selalu berprasangka baik kepadaNya. Ini berlaku untuk mereka yang hampir selalu ditanya-tanya dan bahkan speechless mau menjawab apa. 

10 komentar

  1. I feel you... Adikku udah hampir 2 tahun menikah, blm hamil. Aku pun jadi ikut menanggung pertanyaan2 macam itu lho,....

    BalasHapus
  2. Hampir semua wanita pernah merasakannya. Nyesek itu waktu dibanding2in.

    BalasHapus
  3. Temanku ada yang lama nggak hamil. Pada dinyiyirin sama tetangga. Disindir katanya gak berusaha atau apa. Padahal mereka nggak tahu kalau temanku itu ada sakit di rahimnya.

    BalasHapus
  4. Kita harus yakin, rencana Allah adalah yang terindah

    BalasHapus
  5. Aku sblm dikasih Rafa jiga nunggu lebih dari setengah tahun mbak, dan rasanya benar2 aduhai tiap ada yg tanya koq blm isi? Apalagi klo liat temen yg nikahnya gak lebih dulu dariku ternyata udah hamil.

    BalasHapus
  6. Ini aku banget banget banget. Sampe males beli tespek, trauma beli tespek....

    Tulisan ini benar benar menyuarakan hatiku plek...

    Thanks for sharing ya mba��

    BalasHapus
  7. I feel you :) aku nunggu 2 thn lebih utk punya testpack bergaris 2.

    BalasHapus
  8. sepupu sha udah dua tahun nikah dan belum hamil, pas kumpul keluarga ada sodara jauh yang ngomong gitulah. sampe nangis dianya. duh! padahal mah ya, hamil, menikah, sakit, mati semuanya kehendak Allah ga bisa di paksain :)

    BalasHapus
  9. Setahun pertama, tiap bulan saya beli testpack. Karena terus menerus dapet garis satu, akhirnya di tahun kedua saya gak beli testpack lagi. Biarlah kalo udah rejeki insyaallah dapet momongan, Kalo belum yaa wes dibikin santai aja (walau kadang nyesek banget) :D

    BalasHapus
  10. Allah udah siapin waktu terbaik utk Mbak Aya dan Suami utk bisa melihat test pack 2 garis itu, InsyaAllah.
    Semangat slalu ya Mbak, dibawa santai aja, klo difikirin terus bisa jadi sakit nanti 😆

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)