I remember my mother's prayers and they have always followed me. They have clung to me all my life [Abraham Lincoln]
Doa-doa ibu selalu menjagaku sepanjang waktu. Sejak kecil, beliau menjadi madrasah pertama bagiku sekaligus sahabat bermainku. Aku punya tiga kakak lelaki yang usianya cukup jauh, sehingga ibu menjadi teman perempuan satu-satunya di rumah.
Nah, kali ini aku mau flashback tentang kebersamaanku dengan ibu, dan 4 hal kebiasaan ibu berikut yang setidaknya membekas dan menginspirasiku menjalani hidup sebagai seorang istri, menantu dan calon ibu:
1. Berbakti dan mencintai suami sepenuh hati
45 tahun ibu menemani bapak dalam berumah tangga. Mengabdikan dirinya menjadi seorang istri dan sekaligus ibu untuk keempat anaknya. Menurut cerita ibu, beliau belum pernah berjauhan dengan Bapak. Paling lama seminggu mereka berjauhan dan itupun bisa dihitung dengan jari. Makanya, saat mengalami long distance marriage dengan suami di awal pernikahanku, ibu sering menasihati untuk lebih intens komunikasi dan mendoakan agar kami berdua bisa segera seatap.
"Ridho suami adalah keberkahan untuk istri", nasihat Ibu yang ini juga sangat melekat. Makanya apapun kegiatanku tidak luput dari izin suami, termasuk izin sekolah lagi di tahun ini.
2. Bisa Memasak tidak harus mahir!
Sebelum menikah pun ibu sudah memberikan wejangan kalau perempuan itu harus bisa memasak. Bisa lho ya, bukan berarti mahir. Dulu aku sempat jengah dengan nasihat yang berulang kali diucapkan beliau, tapi saat berumah tangga, hal itu sangat berguna.
Bisa karena biasa. Sejak menikah, sesekali aku turun ke dapur untuk memasak buat suami. Tidak hanya itu, saat di rumah mertua, aku juga terbiasa meracik bumbu di dapur menemani mertua menyiapkan sarapan. Dan itu menambah akrab hubunganku dengan ibu mertua karena di sela memasak adalah quality time untuk kami berdua. Karena pengalaman ibu, saat ini rasanya aku semacam de javu, karena nasihatnya dulu benar kalau dapur bisa menjadi ajang keakraban untuk mertua dan menantu seperti yang beliau alami dulu.
3. Memperbaiki dahulu sebelum akhirnya membeli yang baru
Nah, hal ini juga yang sangat menginspirasiku. Daridulu ibu berusaha memperbaiki terlebih dahulu barang-barangnya yang rusak. Seperti halnya, saat seragam sekolah anaknya sobek, beliau menjahit sendiri. Dan beliau sangat telaten melakukannya. Sepatu pun juga sama. Beliau mencoba memperbaiki dulu ke tukang sol sepatu, jika memang sudah terlalu parah, beliau baru berinisiatif membelikan yang baru.
Beranjak dewasa, aku menyadari bahwa itu salah satu kiat ibu untuk berhemat. Benar saja, dulu bapak ibu menyekolahkan ketiga kakak lelakiku secara bersamaan (Kuliah, SMA dan SMP sementara aku SD), sehingga beliau harus pandai mengatur anggaran rumah tangganya. Dan kini, kebiasaan tersebut menular padaku. Aku berusaha memperbaiki sesuatu hal yang rusak terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli yang baru.
4. Menjaga Salat
Ibu tidak pernah alpa untuk salat tepat waktu. Beliau juga menjaga tahajud dan dhuhanya. Meskipun bepergian, mukena selalu ada di dalam tasnya sehingga sewaktu-waktu bisa salat dimana saja. Makanya beliau tidak bosan-bosan mengingatkan kami untuk menjaga salat. Kalau pas weeend dan telepon atau video call dengan beliau, di akhir penutupnya selalu berpesan "Jangan lupa salatnya ya, Dik", ucapnya dengan wajah teduh.
Ibu selalu bilang kalau tidak mengapa ia dulu tidak lulus SD, tetapi dalam setiap doa-doanya selalu meminta kepada Allah agar anak-anaknya bisa sekolah yang tinggi. Dan alhamdulillah terkabul, kami berempat tuntas sarjana. Sampai sekarang, aku berusaha menjaga salat tepat waktu, dan kebiasaan itu lagi-lagi dipupuk oleh ibu.
Bercerita tentang ibu tidak akan pernah ada habisnya. Kisah kasih dan cintanya sangat menginspirasiku, dan keempat hal di atas menjadi salah satu contohnya.
Untuk ibuku yang cintanya tak pernah purna oleh waktu, semoga Allah mencurahkan cintaNya padamu.
Aku dan Ibu saat sungkeman |
"Ridho suami adalah keberkahan untuk istri", nasihat Ibu yang ini juga sangat melekat. Makanya apapun kegiatanku tidak luput dari izin suami, termasuk izin sekolah lagi di tahun ini.
2. Bisa Memasak tidak harus mahir!
Sebelum menikah pun ibu sudah memberikan wejangan kalau perempuan itu harus bisa memasak. Bisa lho ya, bukan berarti mahir. Dulu aku sempat jengah dengan nasihat yang berulang kali diucapkan beliau, tapi saat berumah tangga, hal itu sangat berguna.
Bisa karena biasa. Sejak menikah, sesekali aku turun ke dapur untuk memasak buat suami. Tidak hanya itu, saat di rumah mertua, aku juga terbiasa meracik bumbu di dapur menemani mertua menyiapkan sarapan. Dan itu menambah akrab hubunganku dengan ibu mertua karena di sela memasak adalah quality time untuk kami berdua. Karena pengalaman ibu, saat ini rasanya aku semacam de javu, karena nasihatnya dulu benar kalau dapur bisa menjadi ajang keakraban untuk mertua dan menantu seperti yang beliau alami dulu.
3. Memperbaiki dahulu sebelum akhirnya membeli yang baru
Nah, hal ini juga yang sangat menginspirasiku. Daridulu ibu berusaha memperbaiki terlebih dahulu barang-barangnya yang rusak. Seperti halnya, saat seragam sekolah anaknya sobek, beliau menjahit sendiri. Dan beliau sangat telaten melakukannya. Sepatu pun juga sama. Beliau mencoba memperbaiki dulu ke tukang sol sepatu, jika memang sudah terlalu parah, beliau baru berinisiatif membelikan yang baru.
Beranjak dewasa, aku menyadari bahwa itu salah satu kiat ibu untuk berhemat. Benar saja, dulu bapak ibu menyekolahkan ketiga kakak lelakiku secara bersamaan (Kuliah, SMA dan SMP sementara aku SD), sehingga beliau harus pandai mengatur anggaran rumah tangganya. Dan kini, kebiasaan tersebut menular padaku. Aku berusaha memperbaiki sesuatu hal yang rusak terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli yang baru.
4. Menjaga Salat
Ibu tidak pernah alpa untuk salat tepat waktu. Beliau juga menjaga tahajud dan dhuhanya. Meskipun bepergian, mukena selalu ada di dalam tasnya sehingga sewaktu-waktu bisa salat dimana saja. Makanya beliau tidak bosan-bosan mengingatkan kami untuk menjaga salat. Kalau pas weeend dan telepon atau video call dengan beliau, di akhir penutupnya selalu berpesan "Jangan lupa salatnya ya, Dik", ucapnya dengan wajah teduh.
Wajah dan senyum ibu yang meneduhkan |
Ibu selalu bilang kalau tidak mengapa ia dulu tidak lulus SD, tetapi dalam setiap doa-doanya selalu meminta kepada Allah agar anak-anaknya bisa sekolah yang tinggi. Dan alhamdulillah terkabul, kami berempat tuntas sarjana. Sampai sekarang, aku berusaha menjaga salat tepat waktu, dan kebiasaan itu lagi-lagi dipupuk oleh ibu.
Bercerita tentang ibu tidak akan pernah ada habisnya. Kisah kasih dan cintanya sangat menginspirasiku, dan keempat hal di atas menjadi salah satu contohnya.
Untuk ibuku yang cintanya tak pernah purna oleh waktu, semoga Allah mencurahkan cintaNya padamu.
Bangak pelajaran yang diambil dari sosok ibu ya. Semoga ibunya mba sehat selalu. Aamiin.
BalasHapusIbunya ibu2 banget, penuh kasih sayang. Sungkem buat ibu, ya.
BalasHapusBarokallah buat ibu, punya anak Sholihah sepertimu.. :)
BalasHapussaudara saya juga laki-laki semua, ibu satu-satunya teman perempuan di rumah dulu :)
BalasHapusSungkem buat ibu semoga sehat selalu
BalasHapusTerharu aku bacanya. Pesannya penting banget buat kita sebagai wanita ya, Mbak. Semoga sehat selalu ya Mbak dan Ibu :)
BalasHapusPoin ke dua pengan juga aku terapin mbak tapi entah kenapa seringnya beralasan gak bisa masak biar gak repot masak dan milih gofood. Trus poin ketiga ini rasanya aku jadi malu mbak, selama ini selalu ijin suami buat beli2 barang baru padahal yg lama masih bagus dan layak pakai. Ibu mbak aya benar2 wanita sholehah mbak semoga sehat selalu dan panjang umur agar terus menginspirasi
BalasHapusCerita tentang ibu yang menginspirasi emang nggak akan ada habisny ya mbak :)
BalasHapusDiah
www.diahestika.com
Alhamdulillah nasihat ibu bagus-bagus ya mbak, insyaallah kita selalu diberi keselamatan karena mentaati nasihat ibu sebagaimana skrg taat pada suami
BalasHapusSemoga ibu sehat terus ya :)
BalasHapusIbu memang terbaik deh mbak, semoga ibu kita diberi umur yg panjang nan berkah, karena dia yang membantuku untuk terus berada di jalan yang lurus.
BalasHapusSalam #DuniaFaisol
Kehardiran ibu memang nggak akan pernah terganti ya mbak.. Jadi terharu abis baca ini.. Goodluck juga blogcompetiotionnya yaaaaa
BalasHapusSeorang ibu memang segalanya,aku jadi kangeen
BalasHapusIdem tentang menjaga salat, selalu pesan tersebut yang disampaikan oleh almarhumah mama saya.
BalasHapusAlhamdulillah bahagianya masih bisa foto sama ibu. Aku udah gak bisa hiks.
BalasHapusMbaaa... terharu banget baca ini. Semoga Ibu selalu sehaaatt aamiiinn
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
Alhamdulillah.. ibuku oun mengajarkan aku untuk bisa masak.. hehe.. dr kecil udah diajak bantu2 di dapur.. Bermanfaat banget setelah jadi ibu..
BalasHapusIbu, selalu jadi inspirasi anak-anaknya. Semoga ibunya sehat selalu ya mbaaa :)
BalasHapusHihi...iyaaa setuju tuh sama ibu. Perbaiki yang masih bisa diperbaiki, nggak langsung lembiru. Hemat itu hebat :D Semoga ibu sehat-sehat terus ya, Aya.
BalasHapusPesan yang sama yang sering di ingatkan ibuku...kangen banget jadinya sama ibuku di pulau seberang :)
BalasHapusSenang deh melihatnya, Mbak Aya bisa kompak sama ibu sampai sekarang. Baru ngerti ya nasehat-nasehat ibu selama ini maksudnya apa.
BalasHapusAku setuju banget dengan kiat nomor 3, Ayaa. Aku juga cenderung gitu. Ga tergesa beli barang baru walaupun ada uangnya. Selain bakala menambah sampah bagi Bumi, beli baru jadi bikin manja dan gaa menghargai barang lama. Ibu memang luar biasa ya, aku jadi melow hiks.
BalasHapusCinta ibu pada anak-anaknya tak pernah berkurang meski anak-anaknya sudah memiliki cinta yang lain, ya dek. Semoga Ibu selalu sehat ya, dek
BalasHapus