Karena bercanda tidak sekonyol itu!
Kalau ngobrol yang nggak sefrekuensi lebih baik ditinggalkan. Karena hasilnya ga bakalan enak. Pertama, kita hanya akan memaksakan diri untuk memahami. Kedua, kita mencoba menahan diri untuk tidak ikut membalas menyakiti. Ketiga, kita sama-sama tidak beretika.
Tapi, di zaman sosial media yang tinggal klak-klik gini, gampang banget buat ketemu teman. Maksudnya tidak harus bertatap muka dengan mereka. Nah, biasanya kalau jarang ketemu, obrolan awalnya adalah kabar kan? Eh belum tentu, ahaha.
Pertanyaan kabar adalah sesuatu yang standart. Yang bikin keki itu kalau pertanyaannya basa-basi dan membuat kita bingung mau menjawab apa. Atas nama "becanda" atau "perhatian" tapi justru terkesan garing dan konyol. Sampai-sampai membatin "mending nggak usah komen atau nanya sekalian deh ya".
Menarik banget pas baca artikelnya Mbak Ira di webnya KEB tentang lelucon yang tidak lucu. Dan body shaming termasuk dalam salah satu hal yang dituliskannya sebagai pertanyaan basa basi yang memang nggak lucu. Karena saya baru saja mengalaminya, ekeke.
Beberapa orang berkomentar tentang tubuh saya yang mekar dimana-mana. Alhamdulillahnya kok saya pas in a good mood, sama sekali nggak tersinggung sama pertanyaan atau pernyataan mereka yang cenderung kaget kalau saya gendut (yaiyalah lagi bunting :D). Hal yang kentara sekali adalah di bagian pipi. Beneran deh, bisa mekar sekali kayak gitu, saya pun juga heran, hihi.
1.Kamu chubby sekali, tambah buleeeeeeet. Hamil jangan nambah banyak2 ah. I keep smile. Beneran ga ada sekelebat marah. Selebihnya ngobrol biasa. Kalau tipe pertanyaan ini, saya ditanyain langsung sama tetangga dan sesekali di sosmed yang lagi-lagi heran dengan mekarnya pipi saya. Eeeeng, cubit-able.
2. Ya ampun gendutnya. Pantes ga pernah posting foto, pasti takut dibully gendut ya. Postingnya tentang anak2 terus *no coment*. Saya memang suka posting foto anak-anak karena memang beneran suka dan kadang kangen kalau lama nggak ketemu. Memandang foto anak-anak semacam sedang mencharge energi kalau lagi lowbet. Jadi memang bukan karena gendut trus jarang foto sendiri. Makanya agak bingung mengomentari statement ini. Kok ya sempet-sempet komen begini lho ya, kan saya jadi bingung mau balas apa. Nyinyir, jangan? Atau kamu lagi becanda? Duh, beneran nggak lucu.
3. Eh, kamu lagi hamil ya? Aku kok baru tau ||Iyaa, habis kamu gapernah nanya *smile* || Pantes pake bergo panjang terus, takut keliatan perutnya buncit ya || Duh ya, ga kepikiran kesana :(.
Ini juga bikin saya heran mau ngomentarin apa. Dari zaman baheula, bergo adalah jilbab andalan saya. Bahkan pas di kantor dinyinyirin rekan kerja karena pakai bergo yang menurutnya kayak pembantunya, ahaha. Tapi habis dikomen kayak gitu apa langsung ganti tipe jilbab? ENGGAK! Karena menurut saya, bergo itu jilbab yang praktis banget. Tinggal slup-slup, jadi deh.
4. Kamu tambah berat berapa sih kok bisa mekar gitu? || 15 kilo *emote senyum* || Duh, kok hampir sama kayak suamiku sih, besok kalo udah lahiran jangan lupa diet, kalo kegendutan bisa2 suamimu lari lho. Masa kamu 2x lebih BB-ku sih || just emoticon lovee to answer her statement.
Apa membahas body orang lain itu begitu penting, sampai-sampai bingung mau menjawab apa. Sore tadi saya membahas tentang ini dengan suami, setelah mendengarkan uneg-uneg sampai selesai, dia memberikan gambar-gambar ini sebagai oleh-oleh bepergiannya kemarin. Dia nggak memperlebar atauengomentari curhatan saya. Tetapi pelukannya sambil mengusap-usap kepala membuat saya tahu bahwa secara tidak langsung dia mau bilang "Abaikan saja sayang".
Kami berdua sama-sama diam. Tangan saya menyekrol gambar hasil bidikannya, sementara tangannya mengusap kepala saya. Dan itu sangat menenangkan. Selama menikah, dia belum pernah berkomentar tentang berat badan saya "secara artifisial". Makanya saya speechless kalau mendapat statement "Langsingin ah, nanti suami lari cari yang lain lho", dengan nada bercanda atau mungkin itu terinspirasi kisah nyata. Tapi bagi saya, itu tidak etis, apalagi dilontarkan pada seseorang yang nggak begitu akrab dengan kita.
Honestly, saya nggak marah dikatain gendut, mekar, bulet. Tapi statement2 setelahnya yang membuat saya bingung harus menanggapi apa, kayak contoh nomer 2-4 yang beneran true story . Yaaa, takut kelepasan aja. Atuhlah please, rasah kakean nggyambleh (misal).
Konklusinya, nggak perlu becanda tentang body shaming pada ibu hamil ya. Karena kita kan nggak tahu kondisi emosi mereka seperti apa. Kalau memang nggak pumya bahan obrolan pembuka, mendingan diem. Kayak kata pepatah, diam itu emas. Kalau udah banyak bisa dijual, ahaha. Nggak sama ibu hamil juga terapkan hal demikian. Karena setiap perempuan itu nggak harus putih atau langsing yang dikategorikan cantik. Masa cuma secetek itu kriterianya?
*Ibu hamil wajib bahagia*
#pregnancy
#bodyshaming
#notetomyself
#reminder
saya malah suka lihat Ibu hamil, perutnya cekcihh menurut saya. pengen dielus2, beneran, heheheh.
BalasHapussehat2 ya say :*