Featured Slider

Sinergi Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkualitas


Water is life, and clean water means health” — Audrey Hepburn

Beberapa waktu lalu, sebelum corona, saya amazing memerhatikan kakak ipar saya yang kehabisan air di rumahnya, sehingga harus mengisi air ke dalam galon saat di rumah Ibu mertua. Fyi, meskipun rumah kami sama-sama di Klaten, tapi ternyata kondisi cuaca dan ketersediannya berbeda, lho. Kakak Ipar tinggal di Surowono, Ibu mertua di Kemalang dan saya tinggal bersama orangtua di daerah Wedi. 

Rumah orangtua saya yang berada di Wedi, cuacanya ekstrim banget menurut suami. Kalau pagi masih dingin, beranjak siang panas menyengat. Meskipun sudah pakai kipas angin, tetap saja panas. Efeknya, beliau sering meriang karena menurutnya, cuacanya nggak enak. Kalau bagi saya yang sehari-hari mengalaminya, keadaan tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan tidak memiliki efek di tubuh.

Cuaca di Kemalang memang lembab dan cenderung dingin. Nah, kalau sedang main ke rumahnya kakak ipar, bakalan lebih dingin lagi. Terbukti kedua anaknya yang lebih sering mengenakan jaket dan kaos panjang agar lebih hangat. Sampai sekarang pun tiap mandi selalu memakai air hangat.

Saya dulu berasumsi kalau kondisi ini dipengaruhi oleh letak geografisnya. Semakin dekat dengan Gunung Merapi, maka kondisinya memang lebih dingin meskipun sama-sama di area Klaten. Tapi setahun terakhir, saya menyimpulkan kalau perubahan iklim juga mempengaruhi cuaca, bahkan ketersediaan air di beberapa daerah.


Perubahan Iklim dan Ketersediaan Air Bersih

Source: pixabay

Saya sepakat sekali dengan pepatah Hepburn yang menganalogikan air sebagai kehidupan dan kualitas air bersih merupakan pemenuhan kesehatan. Saya bersyukur bahwa kuantitas dan kualitas air di daerah saya masih melimpah dan mencukupi. Namun, saya turut prihatin ternyata di dekat daerah saya ada yang mengalami kelangkaan air bersih. Tahun lalu tercatat jika 880 hektar sawah di Klaten gagal panen akibat kekeringan, huhu (Source: metrotvnews.com). Ditambah lagi, kakak ipar yang kebingungan karena di daerahnya juga mengalami kelangkaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Akhirnya, beliau dan keluarga harus mengungsi ke rumah mertua.

Teman-teman merasakan nggak sih kalau sebenarnya ada perubahan iklim yang saaaaangat mencolok. Saat musim penghujan terjadi banjir dimana-mana, eh ketika musim kemarau, di beberapa daerah dilanda kekeringan. Karena menyadari air merupakan hal yang vital dalam kehidupan sehari-hari, sudah seharusnya kita menghematnya. Setidaknya ada 3 benefit, saat kita ikut andil dalam menghemat air:

💓 Menghindari kekeringan

Adanya perubahan iklim berakibat pada musim kemarau yang lebih panjang. Nah, ketika kita menggunakan air secara bijaksana, hal tersebut dapat menekan dampak kekeringan karena kita memiliki stok cadangan air yang digunakan sehari-hari. Bahasa sederhananya, saat kita berhemat, maka air yang kita miliki dapat digunakan untuk beberapa kegiatan lainnya. Sehingga saat musim kemarau pun, stok air masih mecukupi.

💓 Ikut menjaga ketersediaan pangan

Yang butuh air bukan hanya kita, tapi hewan dan tumbuhan pun juga. Adanya kualitas air yang bersih yang cukup, ekosistem hewan dan tumbuhan yang notabene sebagai sumber pangan manusia akan tetap terjaga. Nah, untuk menyediakan bahan pangan pun juga butuh air dalam proses pengolahannya, sehingga kalau airnya berkurang, maka akan mempengaruhi jumlah ketersediaan pangan juga, kan?

💓 Menjaga lingkungan

Yang terakhir adalah ikut andil dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Terdengar klise, tapi ketika energi yang digunakan untuk memroses atau mengalirkan air ke rumah-rumah, atau pusat-pusat industri, hal tersebut dapat mengurangi polusi, lho!

Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan

Jumat lalu (22 Mei 2020), saya mendengarkan streaming Kantor Berita Radio Indonesia yang bertajuk “Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan”. Topik yang sangat menarik karena selama satu jam saya menyimak 2 narasumber mengupas beberapa pilihan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kelangkaan air yang menjadi PR beberapa daerah di Indonesia.

Muhammad Reza narasumber dari Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KruHA) mengemukakan tentang pentingnya peran pemerintah dalam melakukan pencegahan kelangkaan air. Beliau juga menuturkan bahwa pemenuhan air merupakan hak asasi manusia sehingga pengelolaannya pun harus dilakukan oleh negara. Dalam hal ini saya sepakat dengan pendapat beliau kalau pengelolaan air harusnya dikuasai oleh negara, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945.

Yang nggak kalah seru adalah cerita Cak Purwanto, pendiri Yayasan Air Kita Jombang, Jawa Timur. Beliau terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya menghemat air. Selain itu, beliau juga aktif dalam kegiatan pendidikan non formal yang di dalamnya juga menyerukan tentang pemanfaatan air. Dalam hal ini beliau memberikan penyuluhan bagaimana memanfaatkan air hujan untuk dapat diolah lagi sehingga dapat difungsikan sebagai air minum.

Teman-teman juga bisa menyimak video lengkapnya di bawah ini ya:



Sinergi Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkualitas

Tahun 2018, saya masih ingat sekali dosen pembimbing saya senyum-senyum mengatakan kalau tesis saya sangat kontradiktif, ahaha. Di satu sisi saya mengkaji regulasi tentang perizinan yang ramah investasi, di sisi lain juga pengen menyeimbangkan dengan pelestarian lingkungannya. Dalam tulisan saya tersebut ada regulasi tentang perizinan pengelolaan sumber daya air juga yang pelaksanaannya mengganggu lingkungan atau tidak.

Menurut saya ada 3 hal yang seyogyanya dilakukan secara sinergi dalam pengelolaan air yang berkualitas, sehingga masyarakat tidak lagi menghadapi kelangkaan air. Menyambung pernyataan Cak Purwono, kalau permasalahan masalah air tidak hanya kuantitasnya saja yang langka melainkan kualitasnya juga. Makanya diperlukan solusi yang dilaksanakan secara sinergi untuk mengatasinya.

💘 Regulasi yang jelas

Diperlukan regulasi yang jelas terkait dengan pengelolaan air. Dalam hal ini, karena air merupakan kebutuhan vital masyarakat, maka seharusnya pengelolaannya dilakukan oleh negara, bukan swasta. Terkait dengan regulasi ini, masyarakat pernah menggugat UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ke Mahkamah Konstitusi. 

Di tahun 2015 akhirnya Mahkamah Konstitusi membatalkan secara menyeluruh Undang-Undang tersebut dan membatasi partisipasi swasta di sektor pengelolaan air. Nah, dengan regulasi hukum yang jelas diharapkan dapat menjadi payung hukum untuk mewujudkan pegelolaan sumber daya air yang berkualitas untuk masyarakat.

💘 Ketegasan Aparatur Hukum dan Pemerintah

Saya tidak kaget ketika Mas Reza dalam wawancaranya di KBR menceritakan kalau di Pegunungan Kendeng ketika musim kemarau ada penampungan air alami yang digunakan untuk pengairan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Namun ironisnya digunakan sebagai objek tambang. Hal tersebut dilegitimasi oleh perizinan yang dimiliki oleh pemillik tambang, huhu.

Selain ada regulasi yang jelas, sikap aparat hukum dan pemerintah harus tegas menindak hal tersebut. Karena hal tersebut dapat mengakibatkan kelangkaan air dan merusak kualitas air sehingga dapat merugikan masyarakat.

💘 Kultur Masyarakat

Di poin tiga ini, kita ikut berperan besar dalam penggunaan air secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini harus dilakukan secara continue agar menjadi kebiasaan. Apa saja sih aktifitas sederhana yang bisa kita lakukan? Yuk simak sama-sama!

Menutup dan mematikan keran saat melakukan aktifitas lain
Hal sederhana yang bisa kita lakukan adalah menutup keran dengan rapat dan tida menetes. Kalau habis wudhu seringkali saya memastikannya karena biasanya Ray kurang rapat memutar kerannya. Lalu, jika masih beraktifitas lain seperti: cuci piring, menggosok tangan dengan sabun, kerannya dimatikan saja. Apalagi saat ini musim pandemi kita dianjurkan untuk giat mencuci tangan. Agar tidak boros air, saat posisi menggosok sela-sela tangan dengan sabun, kerannya dimatikan.

Memilih deterjen yang ramah lingkungan
Apa ada? Tentu! Silakan teman-teman searching sendiri jenisnya. Jadi, deterjen yang saya pakai tidak banyak busa tapi tetap bersih saat dikucek atau digiling dalam mesin cuci. Saat tidak banyak busa yang dihasilkan, saya tidak effort untuk membilasnya juga, hehe.

Periksa pipa air secara berkala
Tugas suami saya tiap bulan buat memeriksa pipa air. Jadi, ketika ada kebocoran pipa air, kita bisa segera menggantinya. Selain tidak boros air karena kebocoran tersebut kita juga bisa menghemat listrik juga.

Manfaatkan air hujan
Seperti yang disampaikan Cak Purwanto dalam sesi sharing-nya di KBR kalau tampungan air hujan dapat dimanfaatkan untuk air minum. Nah, hal inilah yang seharusnya disosialisasikan di daerah-daerah. Di keluarga saya, air hujan kami tampung dan digunakan untuk konsumsi ternak. Setelah beberapa hari digunakan untuk menyiram tanaman juga.

Menyisipkan nilai-nilai untuk menghemat air pada anak-anak
Menghemat air diajarkan sedini mungkin pada anak-anak sehingga menjadi kebiasaan. Selain itu, nilai-nilainya juga disisipkan dalam pendidikan formal maupun non formal sehingga nilai tersebut mendarah daging. Selama ini saya memberikan contoh bagaimana menggunakan air dengan bijak ketika berwudhu, mandi dan mengerjakan pekerjaan rumah. Mereka paham kalau keran harus diputar rapat agar tidak menetes. 

Dengan adanya regulasi hukum yang jelas dan ketegasan pemerintah dalam menindak para oknum yang melakukan penyelewangan terhadap pengelolaan air serta peran aktif kita sebagai masyarakat dalam menggunakan air secara bijak, diharapkan dapat mencegah adanya kelangkaan air. Ketiga hal tersebut harus dilakukan secara sinergi! 

Krisis air bukan hanya tentang kuantitas air tetapi juga kualitasnya. Perlu sinergi antar semua elemen, baik pemerintah, komunitas, instansi dan masyarakat. Yuk kita ikut ambil bagian dalam sinergi tersebut dengan bijak menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari. 

Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Climate Change" yang diselenggaraakan KBR (Kantor Berita Radio) 
dan Ibu-Ibu Doyan Nulis". Syaratnya, bisa Anda lihat disini.



Sumber referensi:

UUD 1945

Streaming KBR di https://www.youtube.com/watch?v=OWzV1_O0AXE

Streaming berita di https://www.metrotvnews.com/play/kWDC9Xpr-880-hektare-sawah-di-klaten-gagal-panen-akibat-kekeringan

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d8342480f9ac/perizinan-pengelolaan-air-harus-perhatikan-6-prinsip-ini/

1 komentar

  1. Artikel ini memberikan wawasan yang penting tentang pentingnya sinergi dalam pengelolaan sumber daya air yang berkualitas. Dengan penekanan pada kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dan penerapan praktik terbaik, artikel ini menggarisbawahi pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya air. Informasi ini sangat relevan dalam menghadapi tantangan krisis air dan perubahan iklim saat ini. Artikel ini juga memberikan pemahaman yang jelas tentang upaya yang perlu dilakukan untuk memastikan pengelolaan sumber daya air yang efisien dan berkelanjutan demi kebaikan masa depan.

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)