Featured Slider

Cerita Work From Officeku


"Bu, saya kangen kuliah di kelas", beberapa mahasiswa saya whatsapp demikian. 

Untuk pertanyaan-pertanyaan seperti itu, saya masih bisa memberikan balasan yang mungkin melegakan mereka. Tapi, ada satu hal yang tidak bisa jawab kalau mereka bertanya.... 

"Kuliah daringnya sampai kapan ya, Bu? Huhu". Korona benar-benar membuat patah hati banyak orang. Aturan work from home dan school from home memaksa para siswa, pendidik dan orangtua untuk mencari xona nyaman mereka sendiri. Honestly, saya belum menemukan metode kuliah daring yang pas banget. Masih harus custom sana sini biar materi yang ingin diberikan bisa sampai ke mahasiswa. Saya pun sering membuat kuesioner tentang metode mana yang paling nyaman untuk mereka. 

Cerita Work from Office-ku

Kampus memang masih membatasi kegiatan, tapi ada beberapa hal yang mau tidak mau harus diselesaikan langsung dan tidak cukup via whatsapp atau zoom saja. Kondisi ini membuat saya harus jeli sekali mempersiapkan segala hal. Pertama mengkondisikan Ray agar tetap memiliki mood yang bagus saat ditinggal kerja. Dan saya tetap bisa fokus menyelesaikan pekerjaan di kampus meskipun masa pandemi.

Selain mengurusi akreditasi, alhamdulillah ada penelitian hibah yang lolos. Saya juga punya PR untuk menyiapkan perkuliahan daring yanh insya Allah akan dimulai Agustus. Oh iya, sebenarnya kampus masih menerapkan pembatasan aktifitas, bahkan lockdown karena ada yang positif covid *cry*. Tapi yhaaa, kalau urusan administrasi bisa disulap jadi online semua, pasti saya happy banget. Makanya work from office ini saya lakukan jika memang benar-benar mengharuskan dikerjakan di kampus.

Ada 5 hal yang saya lakukan ketika harus work from office di masa pandemi gini. Saya melakukannya selain mematuhi protokol kesehatan, saya juga ga bolak balik kampus karena ada pekerjaan yang tercecer untuk ditunaikan. 

1. Menuliskan task

Kalau misal besok saya tahu disuruh berangkat ke kampus untuk menyelesaikan dokumen, malam sebelumnya saya menuliskan beberapa task yang pending. Sehingga di hari tersebut saya bisa menyelesaikan semuanya.

2. Menggunakan kendaraan pribadi

Sebelum pandemi, kereta api adalah transportasi andalan saya. Selain hemat waktu, saya juga menghemat tenaga karena bisa duduk nyaman tanpa khawatir mual dan muntah. Apalagi sekarang ada kereta bandara yang harganya sama dengan prameks, saya makin dimanjakan banget karena saya nggak perlu berebut tempat duduk dan fasilitas AC yang cukup dingin.

Tapi di masa pandemi ini saya belum pernah naik kereta atau bisa saat ke kampus. Pilihannya hanya 2; bawa motor sendiri, atau diantar suami membawa mobil. Kalau nggak banyak kerjaan, biasanya saya membawa Ray dan nginep di rumah Solo sekalian bersih-bersih rumah.

3. Mematuhi protokol

Memakai masker merupakan hal yang biasa saya lakukan. Bahkan sebelum pandemi, saya sering membeli masker warna warni dan memakainya saat bepergian agar terhindar dari sengatan matahari dan debu. Sejak Maret lalu, memakai masker bukan lagi menjadi pilihan, tapi kewajiban. Saya pun membiasakan Ray untuk memakai masker saat harus ikut ke area publik.

Mencuci tangan dan mengusapkan hand sanitizer juga menjadi kebiasaan yang kami terapkan. Saya yang sering latah mengusap wajah dengan tangan, nggak sengaja mengucek mata dan makan menggunakan tangan tanpa sendok membuat saya lebih aware untuk rajin mencuci tangan. Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan social distancing. Saya tidak lagi melakukan salaman, pelukan atau cipika cipiki ketika bertemu rekan kerja. Kami sama-sama menjaga diri saat harus work from office.

4. Bawa perlengkapan sendiri

Membawa minum, alat salat dan barang-barang pribadi lainnya sendiri dari rumah yang sudah jelas kebersihannya. Poin ini bisa masuk menjadi salah satu upaya untuk mencegah penyebaran covid sih. Biar tidak tertular atau menularkan, huhu *sedih banget ngetik ini.

5. Memakai sepatu nyaman

Dari zaman kuliah, saya selalu jatuh cinta sama flatshoes. Enak dan nyaman aja buat melakukan aktifitas. Nah, kemarin pas work from office, saya pakai salah satu produk sepatunya the warna yang seri el grace black. Ada 5 hal yang selalu membuat saya jatuh cinta sama sepatu the warna.

💖Nyaman di kaki. 

Asli deh, saya secinta itu sama sepatu ini karena nyaman banget pas dipakai. Nggak lecet di ujung jempol maupun tungkai. Karena memang bahan sepatunya the warna menggunakan sol anti licin dan anti slip yang bisa ditekuk.

💖Unik dan etnik. 

Kalau teman-teman suka sesuatu hal yang unik, the warna menyajikan desain sepatu yang tidak hanya unik tapi sangat elegan karena etnik khas budaya Indonesia.

💖Produk lokal

Sssst, the warna itu produk lokal lho! Saya paling suka kalau ada produk lokal yang berkualitas bagus dan berinovasi menghasilkan produk-produk. 

💖Harga kompetitif

Nah, meskipun kualitasnya oke, tapi harga sepatu the warna masih ramah di kantong. Beberapa hari yang lalu sering flash sale di akun instagramnya dengan harga mulai dari 65 ribu. Teman-teman saya pun juga tergiur buat mantengin IG Live-nya, tapi sayang mereka belum rejeki dapat sepatu idamannya, karena tangan netizen pada gercep banget kalo ada flash sale.

💖Ukurannya variatif

Oh iya, buat yang punya ukuran kaki yang besar di atas 42, ukuran sepatu the warna variatif kok. Ada cara mengukur biar kita ga salah pilih sepatu. Misal teman-teman mau beli, prefer diukur dulu kakinya, lalu dicocokkan dengan model sepatu yang kita pilih.

Buat teman-teman yang tertarik dengan bisnis sepatu the warna, bisa cek langsung ke web resellerthewarna.com ya. Saya sih lagi nabung buat beli yang seri sneakernya. Bisa buat jalan-jalan sama Ray. Yuk cintai produk Indonesia dengan pakai the warna, juga :*.

Tidak ada komentar

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)