Featured Slider

Memaknai Hidup Agar Lebih Hidup di Usia Cantik

Mbak Endang saat memasuki Usia Cantik

“Mbak, dulu waktu kamu seusiaku, kamu udah ngapain aja?” pertanyaan saya waktu ngobrol dengan Mbak Endang di teras.

“Aku habis melahirkan Ihsan kali ya. Eh, sekarang kamu udah 27 tahun kan Dik? Iya, aku udah punya anak 2, hihihi” Jawabanya sambil terkekeh. Kakak ipar kedua saya memang nyantai banget, enak diajak ngobrol tentang apapun. 

Di usianya 37 tahun, dimana sebagian orang menyebutnya dengan #usiacantik, Mbak Endang menyadari bahwa ia semakin dewasa memaknai hidup, lebih legowo dalam menyikapi sesatu hal. Obrolan senja itu benar-benar membuat kami berdua tersenyum simpul. Mungkin dia sedang bernostalgia masa lalu dan merayakan perjalanan hidupnya yang semakin komplit. Menjadi ibu dan istri dari keluarga yang 13 tahun sudah dibinanya.

Kali ini, saya ingin menggambarkan peran Mbak Endang yang membuat saya kagum dan belajar banyak tentang pengalamannya hingga sekarang mencapai usia cantik.

Menjadi Anak

Mbak Endang merupakan anak sulung dari 2 bersaudara. Masa-masa sekolah, dia sangat rajin dan jarang sekali ijin kalau gak kepepet. Bahkan saat demam pun, dia memaksakan untuk masuk karena gak mau ketinggalan pelajaran. Ia berpedoman kalau ingin membanggakan orang tua, ya harus rajin belajar dan tidak membolos sekolah. Ya Allah lempeng banget niatnya. Hal itu juga diterapkan saat kuliah. 

Setelah kuliah, Mbak Endang sempat bekerja di Jakarta. Sebagai anak, dia ingin mandiri dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Sesekali menyisihkan gajinya untuk kedua orangtuanya. 

Dalam benaknya, hidup itu adalah sekolah-kuliah-lulus-kerja-dan menikah. Meskipun proses yang dilalui demikian, ia merasakan ada yang kurang. Di usia cantiknya, ia baru menyadari bahwa hidup tidak melulu tentang diri sendiri, tetapi bagaimana bisa hidup bermanfaat dan melalui proses belajar tiada henti.

Mbak Endang resmi menjadi kakak ipar saya saaat usia 24 tahun. Sejak saat itulah, ia hijrah ke PIM (Pondok Mertua Indah). Rumah orang tuanya dengan rumah kami hanya berjarak 4 kilo, jadi selain menjadi istri, ia masih tetap bisa menjadi anak yang berbakti merawat kedua orangtuanya. Bahkan saat kemarin Bapaknya masuk Rumah Sakit, Mbak Endang yang menjaga saat malamnya. Dan paginya pulang ke rumah untuk mengurus keperluan sekolah ketiga anak dan suaminya.

Lha terus istirahatmua kapan, Mbak? Gumam saya. 

Menjadi Istri

“Kok dulu mau sih Mbak, nikah sama Mas Jundi” tidak jarang pertanyaan itu saya lontarkan saat ada Mas Jundi juga.

“Sudah mantap lahir batin, mau gimana lagi?” Jawabnya sambil tertawa jenaka. Saya juga yakin itu jawaban klisenya. Cuma, dalam beberapa kesempatan saat kami ngobrol berdua, dia bilang kalau restu orang tua itu sangat penting dan kedua orang tuanya sudah ridho kalau dirinya dipersunting Mas Jundi. Dia juga bilang kalau kemapanan bisa direngkuh berdua sama-sama. Pernyataan itu membuat saya termenung lama.

Mbak Endang mengaplikasikan nasihat  “Murahkan maharmu, Mahalkan Cintamu”. Saya yakin Mbak Endang tidak pernah tahu status yang ditulis Bang Arham di timeline facebook miliknya. Saat saya Tanya dulu maharnya apa, dia menjawab lupa. Hehehe.


Saya masih ingat sekali setelah menikah, Mas Jundi masih bekerja serabutan. Mengurus sawah, beternak sapi hingga beternak burung. Pernah melamar di beberapa perusahaan tetapi ditolak. Akhirnya Mas Jundi memutuskan untuk wiraswasta. Sebagai istri, saya bisa menjadi saksi bahwa Mbak Endang benar-benar menemani suaminya dari titik nol. 

Mbak Endang juga mendampingi Mas Jundi saat-saat masa kampanye Pilkades, door to door menawarkan program kepada warga. Satu tahun sebelum pemilihan, Mas Jundi sudah menyusun strategi politiknya, memilih kader terbaiknya. Itu berarti hampir tiap malam ada rapat dan kumpulan di rumah kami. Mbak Endang yang menyiapkan minuman dan makanan meski larut malam. 

Saat ada black campaign, biasanya wanita yang paling frontal menanggapinya. Tetapi Mbak Endang bijak sekali menyikapi isu-isu itu. Mbak Endang benar-benar melengkapi suaminya. Tidak hanya saat senang tetapi saat susah pun, ia menjalaninya bersama.

Menjadi Ibu

Sebagai Ibu dari ketiga anaknya—Iqbal (12 tahun), Ihsan (10 tahun) dan Khansa (6 tahun), ia tidak membanding-bandingkan potensi satu sama lain. Di usia 25 tahun dia sudah melahirkan anak pertamanya. Rasanya hidupnya sudah lengkap saat memiliki Iqbal. Setahun kemudian, dia hamil Ihsan yang membuatnya lebih bersyukur lagi. Dia menjadi ibu rumah tangga sejati.

Hal yang membuat saya salut, meskipun tidur larut malam, dia bisa bangun pas adzan shubuh. Ya Allah, kadang-kadang saya malu sendiri. Mbakyuku ora nduwe udel (ini istilah Jawa yang mendeskripsikan seseorang tidak pernah punya rasa capek). 

Pagi sudah berjibaku di dapur untuk memasak sarapan. Jam 7 pagi saat Iqbal dan Ihsan berangkat ke sekolah, dia mengantar Khansa ke sekolah TKIT. Setelah sampai rumah, dia siap-siap belanja di tukang sayur lalu memasaknya untuk seisi rumah. Rutinitas itu hampir setiap hari dilakukan. 

Untuk mengenal potensi anak-anaknya, dia termasuk ibu yang jeli dan telaten. Iqbal lebih condong ke akademisnya, jadi dia cenderung anak yang pemikir. Sangat memperhatikan sekali kebutuhan sekolahnya. Ada PR dari gurunya atau gak, besok ada ulangan apa gak. 

Sedangkan Ihsan lebih slow dari Iqbal dan lebih menyukai hal-hal bersifat verbal seperti olahraga. Saat ini, dia tergabung dalam salah satu club badminton di Klaten. Secapek apapun urusan sekolah, kalau jadwal badminton yang benar-benar menguras fisiknya, dia tetap semangat berangkat latihan. Tidak heran kalau 3 bulan terakhir ini, teknik bermainnya berkembang pesat. 

Anak balita memang dilarang diajarkan calistung (baca tulis hitung), tetapi kita tidak boleh membendung pengetahuannya. Sejak usia 3 tahun, rasa ingin tahu Khansa membuat Mbak Endang kewalahan. Khansa mulai mengeja huruf-huruf, belajar berhitung, menuliskan apapun yang diketahuinya. Kalau sudah ketemu kertas dan pulpen, dia bisa anteng sekali menuliskan apa saja yang ada di benaknya, entah nama orang, benda atau hewan yang familiar menurutnya. 

Gurunya sampai bertanya kepada Mbak Endang, apakah Khansa ikut les calistung atau tidak, karena di kelas, Khansa sudah fasih membaca, menulis dan berhitung. Mbak Endang menggeleng karena Khansa yang belajar sendiri dan rajin bertanya kepada ibunya. 

Mbak Endang memang sangat care kepada mereka bertiga. Bisa menjadi ibu sekaligus sahabat yang mendengarkan cerita dan keinginan anak-anaknya. Gak heran kalau anak-anak pada lengket semua sama ibunya.

Menjadi Ipar dan Menantu

Bulan Maret kemarin, saat pertama kali saya pindah dari Jakarta ke Klaten untuk merawat Bapak, saya sering ikut Mbak Endang belanja ke pasar. Ada tukang jamu langganannya yang melihat kami berdua tertawa sambil berpelukan. Mukanya kecut sekali habis mengomel tapi kami tidak tahu dia mengomel sama siapa.

“Itu siapa Mbak?” Sambil berbisik tukang jamunya bertanya kepada Mbak Endang.

“Oooh, adikku Mbak. Baru pulang dari Jakarta” Jawab Mbak Endang sambil melirik ke arah saya. Penjual jamunya heran karena adik kandung Mbak Endang postur tubuhnya tinggi dan gemuk. Seakan Mbak Endang tahu apa yang dipikirkan penjual jamu, Mbak Endang menjelaskan kalau saya adalah adik iparnya.

“Walah, adik ipar kok mesra banget…..” masih ada kalimat seterusnya tapi saya tidak mengerti pokok bahasannya.

Saya memang akrab dengan ketiga ipar saya, termasuk Mbak Endang. Saya tinggal bersama Mbak Endang saat saya masih duduk di bangku SMP Kelas 2. Jadi, kami berdua sudah tahu sifat satu sama lain. Bahkan kadang tanpa diucapkan pun, kami berdua sudah tanggap harus melakukan apa. Sehingga kami jarang sekali berselisih paham.

Terbuka adalah kuncinya. Jadi saat mengetahui salah atau khilaf, kami lebih baik menegur langsung daripada harus ngedumel di belakang. Kehangatan kami memang mengalir apa adanya dan bukan dibuat-buat. Saya perhatian dengan Mbak Endang dan anak-anaknya. Pun juga dia memperlakukan saya seperti adiknya sendiri. 

Salah satu bukti nyata perhatian Mbak Endang kepada saya adalah saat saya masuk rumah sakit beberapa waktu yang lalu karena tipes. Dia yang mengurus semua kebutuhan saya. mengajak anak-anak ke rumah sakit setiap sore sampai malam agar saya tidak merasa bosan, padahal saya tahu kalau dia sangat lelah karena ada beberapa program PKK yang waktu itu sedang dijalankan. 
Pict by Mbak Endang :)
Kebetulan saya kemarin belum dicover BPJS, sehingga biaya rumah sakit dan obat-obatan lumayan mahal. Saat mau melunasi administrasi dan saya menyodorkan ATM, dia bilang sudah dilunasi Mas Jundi. Dia sama sekali tidak perhitungan masalah uang dan saya merasa seperti adiknya sendiri. Selama pemulihan, Mbak Endang juga sangat memperhatikan asupan makanan saya, mengantarkan kontrol ke dokter. 

Sebagai menantu, hampir lebih dari 13 tahun, Mbak Endang bisa ngemong Bapak Ibu. Menurut saya, tidak ada 2 wanita yang menjadi ratu di dalam rumah kecuali salah satu dominan di antara yang lain. Seringkali orangtua masih ingin ikut mengatur urusan rumah tangga anaknya, apalagi yang tinggalnya seatap. 

Masalah kecil bisa menjadi besar saat salah satu (menantu atau mertua) salah dalam menyikapinya. Gesekan-gesekan kecil pasti ada, tetapi hal tersebut bisa diatasi karena kedewasaan Mbak Endang. Dia juga merawat Bapak Ibu seperti orang tuanya sendiri. Kalau saya atau Mas Jundi ada kegiatan yang bertepatan dengan jadwal kontrol Bapak atau Ibu, Mbak Endang lah yang mengurus semuanya. 

Menjadi Ibu Negara

Saat Mas Jundi terpilih menjadi Kepala Desa pada tahun 2013, Mbak Endang baru berusia 34 tahun. Menjadi Ibu Kepala Desa, sama sekali tidak pernah terbayangkan olehnya, dia harus mengurus PKK, Posyandu dan bertanggung jawab menyusun program untuk ibu-ibu. 
Mengkoordinir Posyandu
Sebagai Ibu Negara untuk warganya, Mbak Endang memulai langkahnya dengan menghidupkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dia mencari pengajar yang kompeten yang mau diajak untuk mengajar anak-anak disana. Tidak hanya memperhatikan PAUD, tetapi Mbak Endang juga diharuskan memperhatikan kesejahteraan gurunya. Dia belajar otodidak tentang hal itu dan tidak malu bertanya dengan orang lain.
Paling kiri Ibu Tris (Pengajar PAUD), Ibu Lestari (Kader), Mbak Endang
Saya mengajarinya tentang internet untuk memudahkannya mencari informasi-informasi yang dibutuhkan. Membuatkannya email dan menjelaskan kepadanya sampai bisa menggunakannya. Sehingga informasi dari pusat bisa langsung diterima lewat emailnya.

Menggandeng Bidan setempat, Mbak Endang membuat program untuk anak-anak dan ibu-ibu. Mulai dari mengaktifkan lagi Posyandu dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), mengadakan penyuluhan untuk ibu hamil dan lansia. Untuk program kesehatan dan kebugaran bagi Ibu-Ibu, Mbak Endang mengusulkan olahraga senam dipandu oleh instruktur.  Alhamdulillah, antusias ibu-ibu dan remaja perempuan sangat positif. Senam telah berjalan satu tahun terakhir

Saat ada informasi dari Puskesmas tentang pemasangan papsmer gratis, Mbak Endang menyebarluaskannya kepada ibu-ibu. Pertama tidak ada yang ikut mendaftar, padahal itu gratis dari pemeringah sehingga kuota diberikan kepada desa yang lain. Mbak Endang mencari tahu kenapa Ibu-Ibu tidak tertarik untuk papsmer padahal itu penting bagi wanita sebagai upaya mendeteksi kanker serviks sedini mungkin. Setelah adanya penyuluhan mengenai pentingnya papsmer, di kesempatan selanjutnya kuota untuk papsmer gratis di puskesmas terpenuhi.

Dalam menjalankan tugasnya, tentunya banyak kritikan dan masukan mengenai program yang dijalankan. Baik secara teknis maupun keuangan. Mbak Endang tidak sungkan meminta pendapat Ibu-Ibu bahkan mencari tahu informasi lainnya saat perkumpulan para Ibu Kades di Kabupaten. Mbak Endang mengelola masyarakat dengan segala konflik yang terjadi di dalamnya dengan bijak.

Politik tidak hanya terjadi di ibukota, namun desa sebagai lingkup sekumpulan masyarakat juga terjadi politik yang sering mengkritik pemerintahan desa. Rival-rival pendukung yang kalah dalam Pilkades seakan belum move on dan sering mengkritik kebijakan-kebijakan desa. Masukan yang membangun sih sah-sah saja, yang menjadi persoalan adalah ketika masukan tersebut lebih mengarah untuk menjatuhkan. Dalam hal ini, Mbak Endang sering mengingatkan suaminya untuk tidak frontal menghadapi kritik yang mencoba menjatuhkannya. Masyarakat yang dapat menilai kebijakan pemerintah desa dan merasakan secara nyata hasilnya. 

Mbak Endang sangat santai dan menikmati dalam menjalani peran-peran tersebut. Sejak memasuki usia cantik, dia seperti lebih berenergi dalam mengisi kesehariannya. Betapa tidak, selain menjadi anak, istri, ibu, kakak ipar dan menantu, dia harus menjadi ibu Negara untuk warganya. Dia harus menyeimbangkan kepentingan keluarganya dan masyarakat yang membutuhkannya.

Mengerti dan memahami orang lain bukan berarti mengabaikan diri sendiri. Ada waktu untuk menyenangkan diri sendiri, melakukan kegiatan yang disukai, tentunya dengan momen dan budget yang pas. Bahasa bekennya adalah Me Time.
Me Time di Usia Cantik

Dan inilah me time Mbak Endang di sela rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga dan ibu Negara yang menurut saya, kalau gak pandai memanage diri dan hati, akan rentan terserang stress dan dilanda kebosanan. 

Belanja. Aktifitas ini bisa menjadi pelarian saat kegiatan-kegiatan Mbak Endang padat merayap. Belanja tidak harus datang langsung lho, karena sekarang jaman canggih banyak online shop yang menawarkan diskon menarik. Ada tas, sepatu, sandal, kerudung dengan harga yang masih realistis. Mbak Endang jago menyisihkan uang belanja, sehingga saat belanja apa yang dia sukai tidak mengganggu pos keuangan yang lain. 

Kuliner dan Plesir. Me time untuk seorang ibu tidak harus dilakukan sendiri. Apalagi yang sudah memiliki anak. Kalau sedang bosan memasak atau ingin keluar makan malam, biasanya Mbak Endang mengajak dinner Mas Jundi dan anak-anak. Sering juga Bapak Ibu dan saya ikut serta. Menikmati bakmi Jogja langganan kami sambil ngobrol isu politik di desa sudah membuat Mbak Endang bahagia,hehe. Selain itu, sebulan sekali, Mbak Endang juga merencanakan plesir. Plesir gak harus jauh lho, karena di daerah Klaten juga banyak tempat-tempat yang kece untuk menghilangkan penat.

Ke Salon. Pergi ke salon untuk creambath dan facial dilakukan sekalian mengantar Khansa ke sekolah. Jadi, Mbak Endang lebih memilih week days daripada weekend untuk ke salon. Ada yang hobby ke salon juga? Sssst, saya kenal salon juga karena dikenalin sama Mbak Endang. Dan ternyata bisa bikin bahagia, hihihi. 

Merawat Diri. Untuk menjaga kesehatan badannya, Mbak Endang rajin olahraga dan minum air putih. Dia tidak merasa minder dengan tubuhnya yang sempat over weight. Dia pernah melakukan diet ketat namun sekarang lebih memilih menjaga pola makan demi kesehatan tubuhnya. 

Sedangkan untuk merawat kecantikannya, ia sering luluran sendiri dan memakai produk kecantikan. Bagi perempuan yang memasuki usia canti seperti Mbak Endang, konsekuensi logis yang harus dihadapi adalah tanda-tanda penuaan kulit yang semakin terlihat. Garis kerutan bertambah dan kekencangan kulit makin hilang.

“Dik, biar kulit wajah kenceng, pake produk apa ya enaknya” 

“Coba pake Revitalift Dermalift L’Oreal Paris Skin Expert, Mbak. Kata temenku produk itu bisa mencegah penuaan dini dan meremajakan kulit". Kami berdua browsing tentang produk yang direkomendasikan teman saya. Ada 3 produk Revitalift Dermalift L’Oreal Paris Skin Expert Day Cream, Night Cream dan Milky Face Foam. Ternyata produk terbaru L’Oreal Paris Revitalift Dermalift mengandung tanaman Centella asiatica, Pro retinol A dan Dermalift Technology yang dapat mengurangi kerutan serta meningkatkan kekencangan kulit.

Source : Lorealparisindonesia.com


"Coba ada demo produknya di kelurahan ya, Dik. Pasti diserbu ibu-ibu. Secara mereka kan juga pengen kulitnya kenceng" kami berdua tertawa dan saya manggut-manggut.

Dari perjalanan Mbak Endang, saya tidak merasa takut lagi untuk menua. Dia membuktikan bahwa di usia cantiknya bisa lebih memaknai hidupnya. Saya jadi pepatah yang menyebutkan bahwa Urip iku kudu urup. Falsafah Jawa itu benar adanya bahwa kita harus memaknai hidup agar lebih hidup dengan memberikan manfaat bagi orang lain. 


“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

Read More »

Merencanakan Liburan ke Bandung, Jangan Pernah Lewatkan Destinasi Wisata Berikut Ini, Guys!


Liburan merupakan obat paling ampuh untuk mengatasi kejenuhan. Bandung bisa menjadi salah satu kota pilihan saat weekend atau libur panjang. Nah, kalau teman-teman pernah melewati alun-alun Bandung, pasti akrab dengan kutipan "Bumi Pasundan Lahir Ketika Tuhan sedang Tersenyum" yang ditulis oleh M.A.W Brouwer. Siapa pun pasti dengan mudahnya jatuh cinta dengan Bumi Pasundan ini, bagaimana tidak? Pembangunan gedung dan wisata kuliner kian melesat, dan keindahan alamnya yang tetap asri, berhasil membuat saya jatuh hati dan berharap ingin kembali ke Bandung lagi dan lagi.
Itu baru melewati alun-alun lho ya, belum mengeksplore tempat-tempat lainnya.

Kalau teman-teman merencanakan liburan ke Bandung, mungkin tempat destinasi wisata ini bisa menjadi rujukan:

Balai Kota

Balai kota Bandung kini telah disulap menjadi taman yang indah dan dilengkapi dengan labirin berlantai granit yang memiliki 4 sisi pintu masuk. Kita bisa menyusuri labirin sambil menikmati rindangnya pohon Trambesi yang konon, berusia sekitar 1 abad.
Source: 60menit.com
Ingin memasang gembok cinta? Sekarang tidak perlu jauh-jauh ke Korea, lho! Di Balai Kota Bandung pun bisa! Kita tinggal pergi ke taman tersebut kemudian mencari konstruksi besi dan kawat ram berbentuk prisma berukuran 2,5 meter persegi dan tinggi sekira 2 meter yang bertuliskan LOVE.

Taman Vinta Villa De Dago’s
Masih kurang Romantis? Mungkin Taman Cinta Villa De Dago's bisa membuat kita betah berlama-lama. Disana ada simbol hati yang tersusun dari bunga-bunga yang indah, biasanya banyak anak muda yang befoto bersama pasangannya dengan latar tersebut.
Source : @arirachman via insharee.com
Letak Taman ini, berada di Jalan Cijenggol, Taman Makam Pahlawan, Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Pada awalnya tempat ini akan dijadikan Villa, tetapi akhirrnya dijadikan Taman. Dan di sini juga terdapat gua-gua peninggalan sisa jajahan Jepang. Karena lokasi ini merupakan situs purbakala yang dikelola oleh Pemkab Bandung, jadi selain bisa menikmati wisata romantis bersama keluarga, kita juga bisa melakukan wisata sejarah bersama-sama.

Villa Istana Bunga

Sehari rasanya kurang jika ingin menikmati suguhan romantis lainnya yang ada di Kota Bandung. Jadi kalau ingin berlibur agak lama di Bandung, salah satu Villa yang bisa disewa dan menyuguhkan manisnya kota Bandung adalah Villa Istana Bunga yang bisa dipesan secara online. Villa yang terletak di Jalan Kolonel Masturi KM 9 Parongpong Cisarua, Lembang – Bandung, memiliki fasilitas yang banyak. Di antaranya ada kolam renang, juga ada jogging track yang bisa dimanfaatkan bersama keluarga untuk berolahraga di pagi hari.

Saya dan anak-anak yang hobby mainan air, pasti betah banget mainan di kolam. Anak-anak juga sering merajuk minta tambahan waktu untuk berkecipak-kecipuk di pinggiran kolam. Kalau saya tahu diri, pas badan sudah merasa capek dan dingin, langsung buru-buru menepi ke kolam lanjut mandi dan ganti baju. Takut kena tipes lagi 😟

Kafe Rotensia

Ingin menyuruput secangkir teh atau kopi dengan atmosfer Bandung? Jangan khawatir, hal tersebut bisa dinikmati di Kafe Rotensia yang letaknya dekat dengan Villa Istana Bunga.
Bisa dikatakan Villa Istana Bunga sebagai tempat penginapan yang cukup strategis dan juga karena dekat dengan wisata alam yang ada di Lembang.

Dusun Bambu Lembang
Source : http://rjsyahrulloh.blogspot.co.id/

Di Dusun Bambu Lembang, kita bisa menikmati makan siang  yang tersedia di sana atau bercengkrama bersama pasangan di rumah pohon. Untuk mengabadikan kemesraan keluarga, di dusun Bambu juga terdapat banyak spot menarik untuk berfoto, seperti sungai kecil, taman bunga, atau berfoto diatas perahu dan mengitari danau buatan dengan biaya sekitar Rp. 30.000, – Rp. 50.000,- saja.

Farmhouse

Bagi para pecinta olahan susu, teman-teman bisa mampir ke Farmhouse yang berlokasi di Jalan Raya Lembang No. 108, Lembang, Bandung Barat, Kota Bandung, Jawa Barat. Dan dengan tiket masuk sebesar Rp.20.000,- kita bisa mendapatkan segelas susu murni dengan menukarkan tiket ke loket yang telah disediakan, atau bisa juga ditukar dengan menu makanan lain yang tersedia di sana.

Well, di salah satu toko yang ada di Farmhouse, kita bisa menyewa baju tradisional ala Noni-noni Belanda biayanya sekitar Rp. 75.000,-/Jam, lho. Dan jangan lupa untuk berfoto sambil berkeliling mengenakan pakaian tersebut.

Omah Maja

Masih di kawasan Lembang, ada restoran yang pernah dipakai artis Fitri Tropica sebagai tempat resepsinya, namanya  Omah Maja, restoran yang terdiri dari beberapa lantai ini menawarkan suasana yang santai tapi tetap menyatu dengan alam.

Spot terbaik untuk menyantap makan siang keluarga? Lokasinya ada di lantai 2. Kita bisa berbaring di atas Bed yang menghadap ke gunung sambil menunggu pesanan datang.

Jika masih penasaran dengan wisata kuliner yang ada di Bandung dan ingin mencicipi bakso cuangki Bandung yang terkenal,  datang saja ke Bakso Cuanki/Batagor Serayu di Jalan Serayu No.2, Cihapit, Bandung, Kota Bandung. Disarankan untuk tidak datang terlalu malam karena Bakso Cuanki/Batagor Serayu hanya buka dari jam 11 siang hingga 8 malam saja. Kalau udah jajan kalap di Bandung, biasanya jadi lupa masak di rumah 😄

Jadi, kapan nih ke Bandung lagi? 💜💜



Read More »

Semangat Berbagi Bersama Bursa Sajadah


Setiap perusahaan memiliki Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai perhatian terhadap lingkungan sekitar. Dalam hal ini, Bursa Sajadah memiliki SKV Berbagi sebagai bentuk CSR perusahaan yang peduli terhadap masyarakat sekitar. Pada hari Jum’at, 18 November 2016, Bursa Sajadah menggelar charity secara serentak di 7 kota—Jakarta, Bekasi, Bogor, Bandung, Surabaya, Solo dan Malang.

Di Solo, kegiatan charity dilakukan di Rumah Setia Senyum Yatim Indonesia. Kebetulan kemarin blogger diundang untuk meliput kegiatan tersebut. Acara dibuka oleh Ustadz Doby sebagai pengurus Rumah Setia. Beliau memaparkan tentang pembangunan Rumah Setia yang tanahnya merupakan wakaf untuk anak-anak yatim dan dhuafa.

Pembangunan Rumah Setia dimulai sejak bulan Agustus 2015 dan insya Allah akan diselesaikan bulan Desember tahun ini. Hal tersebut dikarenakan masa kontrak rumah lama akan habis di bulan tersebut. Ustadz Ian, pembina Rumah Setia, mengucapkan terima kasih kepada pihak Bursa Sajadah atas kunjungannya. Dana, produk dan merchandise yang dibagikan sangat bermanfaat dan berarti bagi mereka.
Pak Rudi (kiri) dari Bursa Sajadah Solo dan Ustadz Ian (kanan) 
Nah, untuk teman-teman yang berniat sukarela membantu donasi pembangunan, bisa banget lho hubungi Rumah Setia. Karena untuk penyelesaian tersebut masih butuh banyak dana. Yuk sebarkan semangat berbagi :).


Untuk acara berbagi seperti ini, sebenarnya Bursa Sajadah telah melakukannya beberapa kali. Hal tersebut menjadi program rutin disamping ada kegiatan infak dan sodaqoh. Nah, Jum’at kemarin dilaksanakan serentak sebagai surprise untuk Bapak H. Syahir Karim Vasandini, selaku owner Bursa Sajadah, yang ulang tahun pada tanggal itu.
Keceriaan Santri saat pembagian marchandise
Santri putri Rumah Setia

Bursa Sajadah

Bursa sajadah merupakan retail pusat perlengkapan muslim dan oleh-oleh umroh/haji termurah dan terlengkap. Beroperasi sejak tahun 1998, hingga sekarang berkembang pesat dan memiliki 8 cabang di 7 kota, salah satunya di Solo.

Di Solo memang hanya menjualkan produknya saja, sedangkan produk-produknya diproduksi di Bandung. Meskipun baru 2 tahun, Bursa Sajadah Solo berkembang cukup pesat. Banyak konsumen-konsumen dari Magelang, Jogja dan Semarang mencari oleh-oleh haji. Untuk yang pergi umroh dan haji tidak perlu khawatir over baggage karena oleh-oleh, karena Bursa Sajadah bisa menjadi rekomendasi dan solusi untuk berbelanja murah dan terjangkau. Mulai dari sajadah, tasbih, peci, sorban dijual dengan harga kompetitif. Konsumen dapat memilih sesuai budget dan selera.
Kacang yang dijual di Bursa Sajadah
Selain pernak-pernik barang, disana juga menjual makanan khas Arab dan Turki juga lho teman-teman. Ada kismis, madu, zam-zam, buah tin, kacang. Kalau ingin membeli dalam jumlah yang banyak dan mendapat diskon, konsumen bisa menjadi member dengan membayar pendaftaran sebesar 50 ribu. Lumayan kan J. Paket untuk oleh-oleh juga dijual secara eceran dan grosiran. Untuk grosiran tentunya akan mendapat harga yang spesial.

Oh iya, bagi calon pengantin yang mau mencari hantaran untuk nikah seperti alqur’an, seperangkat alat salat juga bisa datang ke toko. Kalau gak mau ribet, kita bisa meminta untuk membungkus dan menghiasnya sekalian. Ah, kemarin langsung saya catet  untuk persiapan hantaran nikah *eh*.

Peduli dengan Branding Produk

Menurut Pak Rudi, Direktur Bursa Sajadah Cabang Solo, ada beberapa produknya yang telah didaftarkan di Direktorat Merek. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi hak intelektual agar tidak dijiplak oleh pihak lain.

Setelah saya search di portal Direktorat Merek, saya menemukan bahwa beberapa merek dari Bursa Sajadah Aarti Jaya telah terdaftar, yaitu Merek SKV di kelas 27 dengan spesifikasi jenis barang: sajadah, karpet dan permadani. Tidak hanya itu, mereknya yang lain juga terdaftar di kelas 5 dengan nama Merek Arofah untuk jenis barang suplemen makanan dan makanan berenergi.

Hal ini menjadi bukti komitmen perusahaan untuk menggunakan dan memasarkan merek yang telah terdaftar. Bukan tidak mungkin, brand lokal seperti SKV atau Arafah milik Bursa Sajadah Aarti Jaya bisnisnya bisa berkompetisi di kancah internasional.

Toko Offline dan Online

Untuk berbelanja alat muslim, konsumen bisa datang langsung ke tokonya. Untuk meningkatkan pelayanan dan kemudahan berbelanja, Bursa Sajadah membuka layanan belanja online di www.bursasajadah.com dan fasilitas mobile store. Ada lebih dari 7000 produk yang dijual untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jadi, yang jauh dari tokonya, bisa banget mengakses website online-nya untuk berbelanja. Bagaimana? Praktis dan mudah kan!
Bursa Sajadah Cabang Solo. Source : website Bursa Sajadah
Toko Bursa Sajadah Cabang Solo:
Jl. Kapten Mulyadi No. 261 (Sebelah RS Kustati)
Pasar Kliwon, Solo.
No. Telp: 0271-655190
Jam Operasional: 08.00 – 20.00

Read More »

[Review Film] Train to Busan


Film ini hampir saja luput dari wishlist saya karena film ini masuk genre horror. Memang agak horror sih, tapi bukan kayak hantu atau roh yang gentayangan melainkan zombie yang diakibatkan karena sebuah virus.

Kamu tidak akan mengerti pengorbanan seorang ayah karena ia pandai sekali menyembunyikan sesuatu kepada anaknya; cintanya dan kepeduliannya yang begitu besar.

Ps: Saya gak begitu hafal semua nama-nama dalam filmnya—hanya Soo An, tetapi tidak mengurangi kecintaan saya terhadap film ini.

Seorang gadis kecil merengek ingin bertemu ibunya saat ulang tahunnya. Dia tinggal bersama nenek dan ayahnya karena kedua orangtuanya telah bercerai. Dalam benaknya, ia menyalahkan ayahnya yang menyebabkan ibunya pergi karena kesibukannya. Ayahnya sering berjanji akan mengantarkan Soo An ke Busan menemui ibunya, tetapi karena kesibukannya di kantor, ia sering mengingkarinya.

Hingga pada akhirnya, ayahnya mengantarkan Soo An bertemu ibunya ke Busan menggunakan kereta. Di televisi disiarkan ada keributan, sekelompok orang saling membunuh karena terserang virus zombie. Sebelum kereta api berangkat menuju Busan, ternyata ada wanita yang terinfeksi zombie dan berhasil masuk ke gerbong.

Kereta inilah yang menjadi inti cerita dalam film ini. Sifat dan karakter tiap tokohnya sangat tegas diperankan. Soo An yang sangat pengasih dan penolong digambarkan dengan hal-hal kecil; memberikan tempat duduknya kepada seorang nenek. Ayahnya sedikit geram melihat kepedulian putrinya yang menolong orang lain padahal dirinya sendiri sedang membutuhkan.

Ada juga penokohan seorang suami yang sangat perhatian terhadap istrinya yang sedang hamil. Hingga seorang pria paruh baya yang sangat egois dan bossy. Saya juga tertarik dengan penokohan segerombolan anak-anak SMA yang mencerminkan kesetiakawanan mereka saat menghadapi zombie. Kesetiawakanan dihadapkan saat beberapa dari remaja tersebut berubah menjadi zombie dan penumpang di gerbong kereta. Antara tega dan gak tega, ia harus menghabisi zombie jelmaan temannya itu agar tidak menularkan virusnya ke penumpang lain.

Bawa Anak Boleh?
Film ini didominasi dengan action melawan zombie. Meskipun tidak ada adegan sexual yang belum pantas dilihat oleh ana-anak, tetapi adegan kekerasan sepertinya membuat anak tidak nyaman. 

Ratting
7 of 10 stars

Yang hobby banget sama action, film ini bisa menjadi rekomendasi menarik untuk ditonton di akhir pekan. Yang gak demen horror, jangan khawatir, film ini horror antimainstrem. Bukan hantu, pocong atau roh yang bikin kaget. Tetapi zombie yang disebabkan oleh virus.

Oh iya, saya sempat bertanya-tanya juga kok tiba-tiba ada virus zombie. Asal virusnya darimana, penularannya seperti apa dan obatnya apa. Tidak ada penjelasannya dalam film. Hanya disinggung kalau virus zombie timbul karena kegagalan project yang dijalankan oleh perusahaan ayah Soo An. 

Akhirnya penumpang yang selamat dan sampai tujuan hanya 2 orang, salah satunya Soo An. Entah Soo An akan bertemu dengan ibunya atau tidak, dalam film ini juga tidak dijelaskan. 

Read More »

Irawati Hamid, Blogger Pecinta Film India

Mbak Irawati Hamid :)

Film india seringkali membuat kita tertawa, haru bahkan menangis dalam balutan seni peran, suara dan tari yang dikemas dalam 1 frame.

Hallo teman-teman, kali ini saya mau mengulas sahabat blogger yang punya hobby sama dengan saya—nonton Film india. Ngomongin Film india memang gak akan pernah bosan, karena setiap hal yang terkait dengan itu, selalu menarik untuk diceritakan. Dari mulai filmnya, actor atau artisnya, bahkan lagu Film india pun asyik menjadi bahan obrolan.

Kebetulan Mbak Ira, salah satu sahabat saya yang berdomisili di Bau Bau pernah mengulas tentang film india yang paling mengharukan versi dia di blognya, www.irawatihamid.com 

Pembahasannya diulas sampai 2 postingan dan itu panjang-panjang lho, daebak. Dari beberapa film yang disebutkannya itu, ada beberapa film yang belum saya tonton sebelumnya. Nah, inilah list film india versi Mbak Ira

Kuch Kuch Hota Hai
Memang film ini gak pernah lekang waktu ya. Hampir 2 dekade berlalu, tiap film ini tayang, saya takzim nonton dan di beberapa scene berhasil menangis sesenggukan. Shahrukh Khan dan Kajol mampu menyihir penonton dengan aktingnya. Sepertinya ini film kedua mereka setelah dilwale le jayenge (bener gak tulisannya?). Cinta segitiga Rahul, Anjali dan Tina menjadi konflik yang diangkat dalam film ini. Lagu-lagunya sampai sekarang juga masih ingat lho—Kuch Kuch Ho ta Hai, Koi Mil Gaya dan Ladki Badi.

Mann
Waaah, Amir Khan ganteng banget disini *gagal fokus. Amir Khan yang dikisahkan menjadi lelaki playboy dan akhirnya benar-benar jatuh cinta dengan Manisa Koirala. Pertemuan mereka padahal tidak disengaja saat melakukan sebiah perjalanan. Namun disanalah benih cinta mereka berdua tumbuh. Padahal, Manisa telah memiliki tunangan.
Hal yang mengharubiru bagi saya adalah saat Amir menerima apa adanya dan tetap menikahi Manisa meskipun Manisa cacat. Hati wanita mana yang gak tersentuh dengan adegan seheroik itu? :D

Kaho Na Pyaar Hai
Hritik Roshan dan Ameesha Patel dipasangkan dalam film ini dan berhasil mengaduk emosi penonton. Keduanya juga pernah melakukan duet peran dalam fil Tumm yang juga gak kalah bikin nangis Bombay. 
Ceritanya sederhana sih, cinta yang tidak direstui karena kesenjangan social. Di tengah cerita Hritik memergoki kejahatan yang dilakukan ayah Ameesha yang membuat dia terbunuh. Sebagai gantinya, Hritik dihidupkan kembali lewat peran yang berbeda.

Chori Chori Chupke Chupke
Film ini mengangkat isu yang dianggap tabu, yaitu tentang ibu pengganti. Salman Khan dan Rani Mukherjee sangat menanti buah hati mereka namun karena jatuh saat bermain kriket, Rani keguguran dan dinyatakan tidak dapat memiliki anak lagi.
Pretty Zinta yang berperan sebagai bekas pelacur bersedia hamil dan melahirkan anak Salman dengan kompensasi uang. Tetapi, saat mengetahui dan merasakan kehangatan keluarga besar Salman, Pretty sempat berubah pikiran dan menolak memberikan anaknya kepada Rani dan Salman. Saya menangis di scene-scene tertentu karena konfliknya juga cukup menguras emosi.

Khabi Khusi Khabi Gham
Kalu film ini sudah tidak diragukan lagi karena memang konfliknya tentang cinta dan keluarga. Beberapa kali saya menangis menahan emosi. Amitabh Bachan total banget berperan menjadi ayah yang sangat tegas. Jaya Bachan juga sukses memerankan ibu yang memiliki intuisi terhadap anaknya meskipun bukan darah dagingnya.
Shahrukh Khan? Hmmm, dia jagonya mengaduk hati pemirsa. Keputusannya menikah dengan Kajol dan menampik dijodohkan dengan Rani Mukherjee (wah, ini kebalikan dengan Kuch Kuch Hota Hai ya? :p) mengakibatkan dia harus meninggalkan rumah karena diusir ayahnya. Akhirnya iya hijrah ke London.
Pokoknya, film ini juara bikin nangis sampai ending.

Dil Hai Tum Hara
Pretty Zinta dan Mahima Coudry dengan apik memerankan sebagai kakak adik tiri yang harmonis. Konfliknya adalah saat mereka mencintai lelaki yang sama. Saya mewek pas Rekha—Ibu Kandung Mahima dan sekaligus menjadi ibu tiri Pretty mulai menyadari bahwa Pretty begitu peduli padanya dan kakaknya. Bertahun-tahun membenci Pretty karena merasa kalau ibunya lah yang merebut suaminya dan akhirnya meninggal sementara ia harus merawat anak hasil perselingkuhan itu. Sakit hati hayati, Bang.
Film ini juga berhasil membuat saya misek-misek di depan tivi. Dan gak bosan kalo diputar lagi.

Veer Zaara
Saya beberapa kali nonton film ini tapi beberapa kali pula tidak rampung. Kalau gak nonton pas awal tapi setengahnya gak lihat. Atau hanya lihat buntutnya saja. Jadi awalnya belum meresapi ceritanya. Nah, pas ada waktu nonton sampai akhir, saya bergumam pada diri sendiri “ya ampun, kok saya mengabaikan film ini sih”.
Kali ini Shahrukh Khan duet peran dengan Pretty Zinta. Ada Rani Mukherjee sih, Cuma dia sebagai figuran favorit,hehe. Film ini mengisahkan tentang cinta 2 insan yang berbeda Negara dan budaya, dan berpisah beberapa tahun lamanya karena intrik. Shahrukh Khan harus rela dipenjara karena diancam calon suami Pretty. Rani Mukherjee yang menjadi lawyer junior melawan seniornya yang menggunakan berbagai cara untuk memenangkan perkara. Rani secara intens mendengarkan cerita Shahrukh dan ia berjanji akan mengeluarkannya dari penjara serta mengembalikan identitas aslinya.
Waaaa, you must watch this movie, guys.

Dari beberapa film yang dituliskan Mbak Ira, 7 film itu yang sudah saya tonton dan sepakat kalau memang filmnya membuat kita drama air mata. Tetapi untuk 3 film lainnya Rab ne bana de Jodi, Barfi dan English Vinglish belum pernah saya tonton.

Kalau teman-teman mau ngulik review film-film Bollywood atau mau kenalan dengan Mbak Ira, bisa kepoin aja akun blognya yaaa :).

Facebook: Irawati Hamid
Twitter: @Ira_Hamid16 
Instagram: @Ira_Hamid16 
G+ : Irawati Hamid 

Read More »