Featured Slider

Tebak Kata Membuatku Hobby Mendongeng Cerita

Bercerita tentang masa kecil tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi mengulang memori tentang permainan yang dilakukan pada waktu itu. Duh, saya pasti semangat sekali. Terlahir sebagai bungsu dari ketiga kakak lelaki, membuat saya juga menyukai permainan yang lazimnya juga dilakukan oleh anak laki-laki. Kelereng misalnya. Saat sebaya saya lebih memilih bermain orang-orangan, saya lebih memilih permainan kelereng, karena Mas Joko (Bapaknya Dio-Dea) setiap pulang sekolah memainkannya, dan saya pun ikut memainkannya.

Pada waktu jaman saya, setiap sore ngumpul di halaman samping rumah Lik Sum, semoga beliau sehat selalu. Biarkan saya menyebutkan nama teman kecil saya; Margiyanti, Desi, Leni, Warno, Mardi (Alm), Puji, Yulin, dan masih banyak teman masa kecil saya (yang kebanyakan sudah menikah, semoga saya segera nyusul, :p). Nah, kalau lebaran, biasanya saya bertemu dengan teman-teman kecil saya tersebut. Kami tidak luput untuk menceritakan permainan yang pernah dilakukan pada masa kecil. Sesekali tertawa dan menyeringai saat mengenangnya.


Permainan Masa Kecil Yang Dilakukan

Banyak sekali permainan-permainan yang saya lakukan pada masa kecil. Lokasi rumah yang dekat sungai membuat saya dan teman-teman memanfaatkannya untuk berbagai aktivitas yang menyenangkan. Selain itu, lahan kosong yang menyerupai lapangan, pada waktu itu jumlahnya masih banyak, jadi saya dan teman-teman sering memakainya untuk bermain.

Kami sering memanfaatkan sungai untuk mencuci tikar masjid dan mushola. Air sungai yang bening membuat kami basah-basahan dan akhirnya mandi di sungai. Permainan yang mengasyikkan pada waktu mencuci tikar di sungai adalah saat saya menggelar tikar di atas air dan saya tengkurap di atasnya seperti permadani mengikuti arus sungai. Teman-teman saya sekitar 2-3 orang juga melakukan hal yang sama. Kami berlomba untuk mencapai titik finish yang disepakati. Kalau tidak seimbang, maka yang menaiki tikar akan terjatuh dan itu artinya yang bersangkutan kalah. Aaah, rasanya menuliskan ini ikut terbawa masa lalu, tsaaah.

Pas musim kemarau dan sungai gersang tidak ada airnya, kami memanfaatkannya untuk mainan kasti dan gobak sodor. Sewaktu melakukan permainan kasti, banyak ibu-ibu juga yang turut serta. Kelompok kastinya dibagi sesuai komposisi, ada yang dewasa dan anak-anak dalam satu grup dibagi rata dengan grup yang lain agar permainannya berimbang. Nah, untuk gobak sodor dimana permainan ini tetap eksis sampai saya Kelas 6 SD, permainan tersebut sangat digandrungi karena membutuhkan strategi. Anak perempuan dan laki-laki campur baur untuk ikut dalam permainan ini. Sumpah seru banget!
Source : Gobak Sodor 

Permainan lain yang tidak kalah seru adalah main layang-layang. Biasanya kami memainkan layang-layang di area jalan yang di apit oleh sawah. Karena di area tersebut, kami bisa menaikkan layang-layang dengan lumayan mudah. Pada permainan layang-layang, tiap anak menuliskan namanya di layang-layang tersebut. Jadi saat layang-layang sudah terbang di udara, seakan-akan si anak pemilik layang-layang yang sedang terbang di udara. Untuk permainan layang-layang ini, siapa yang paling cepat menaikkan layang-layangnya di udara, dia lah yang menang. Kalau tidak mahir memainkannya, maka akan kesusahan menaikkan layang-layang walaupun kondisi angin bagus. Bahkan ada yang sampai menangis gara-gara tidak berhasil menaikkan layang-layangnya, loh.
Sorce : Main Layangan


Dari sekian banyak permainan masa kecil, yang paling saya senangi dan membekas sampai sekarang adalah bermain tebak kata. Tidak hanya memainkannya dengan teman-teman, tetapi saya sering bermain tebak kata dengan bapak setelah magrib. Permainannya sangat simple. Kita membuka jari-jari kita (permainan bisa dilakukan oleh 2 orang atau lebih) dan salah satu dari kita menghitung jari-jari tersebut dengan menyebut nama abjad, a-b-c-d-e-f-g dan seterusnya hingga jari-jari yang terakhir disebutkan menunjukkan huruf apa. Kalau dengan teman-teman biasanya ada topik tertentu, misalnya menyebut nama hewan, atau buah. Jadi saat abjad terakhir yang disebut adalah “J”, maka kami berlomba untuk menyebutkan nama-nama hewan yang dimulai dari huruf J. Yang paling banyak menyebutkannya, dialah yang menang, dan sebaliknya.

Berbeda lagi saat bermain tebak kata dengan bapak. Hampir sama saat bermain dengan teman-teman, tetapi kalau bermain tebak kata sama bapak lebih variatif. Bapak memberikan stimulus yang luar biasa saat itu. Dan baru saya sadari pas SMP, sejak saya gemar sekali mendongeng. Entah ada kaitannya atau tidak, tetapi secara tidak langsung, bapak mengajari saya mendongeng sejak kecil dengan sukarela.

Jadi bapak memberikan 10 jarinya, lalu meminta saya menyebutkan nama teman sekolah saya misalnya. Atau nama-nama hewan yang haram untuk dimakan, nama bunga, atau diminta menebak nama-nama pahlawan. Dari 10 jari itu saya harus bisa menekuk semuanya. Kalau saya berhasil menyebutkannya, artinya bapak yang kalah dan nanti beliau yang mendongeng. Tetapi saat saya tidak bisa, berarti saya lah yang kalah. Dan saya  yang wajib mendongeng kepada bapak.
Source
Kalau bapak yang mendongeng, saya bebas menentukan perannya. Misal saya minta nama kancil, harimau, buaya yang menjadi bagian dari dongengnya bapak, nanti bapak dengan sangat apik dan entah kenapa ada saja ide bapak untuk mendongeng. Saat saya yang kena giliran untuk mendongeng, pertama kali saya mati gaya karena tidak punya ide. Tetapi lama-kelamaan karena bapak memberikan semangat dan saya merasa tertantang untuk melakukannya, saya mendongeng dengan sendirinya. Perannya bisa teman-teman di sekolah dan saya sendiri. Atau Mas Agus, Mas Jundi, Mas Joko yang suka usil, pernah menjadi subyek cerita saya dengan bahasa yang berbeda. Dan di akhir permainan, bapak selalu mengapresiasi saya. Yang membuat saya lebih percaya diri untuk mengembangkan ide untuk mendongeng.

Hobby Mendongeng

Dari permainan masa kecil saya berupa tebak kata itu, saya memberanikan diri untuk ikut lomba mendongeng (telling story). Di SMP dan SMA saya pernah menjadi juara 3 besar untuk lomba tersebut. Saya ingat sekali pada waktu SMP, bapak yang juga salah satu guru disana, memberikan semangat agar saya ikut lomba tersebut. Kalau tidak salah judulnya “Harimau harimau”. Dan alhamdulillah saya menang pada saat itu.

Kegemaran mendongeng tidak berhenti sampai disitu. Tebak kata yang saya lakukan pada waktu kecil, saya terapkan pada Dio (5y) dan Dea (4y). Tiap pulang kantor, mereka berdua antusias sekali untuk bermain itu. Dio dan Dea berlomba untuk menekuk jari tangan saya dengan menyebutkan nama hewan atau bunga atau nama lainnya yang telah kami sepakati. Dan yang kalah harus mendongeng atau menyanyi. Seru sekali!
 
Dio-Dea yang siap main tebak kata :)))
Dan dengan bermain tebak kata tersebut, awalnya Dea yang tidak hafal nama-nama bunga, sekarang fasih sekali menyebutkannya. Bahkan saat melihat bunga di jalan, Dea sering bertanya, “Kalau yang ini bunga apa, Lik?” saya menjawabnya. Dan esok hari saat saya bermain tebak kata lagi dan dengan topik bunga, Dea menyebutkan bunga yang pernah ditanyakan sebelumnya, eh taoi kadang Dea juga suka lupa-lupa ingat sih :D.

Saya baru menyadari bahwa permainan waktu kecil saya bisa juga dinikmati oleh Dio dan Dea. Tak jarang, Bapaknya Dio dan Dea juga melakukan hal yang sama. Setelah permainan selesai, refleks saja Dio dan Dea minta untuk didongengkan. Biasanya, Bapaknya Dio dan Dea mengambil materi dongeng dari notes di Facebook atau sering juga hasil khutbah Jum’at. Tentunya didongengkan sesuai versi anak-anak.

Sampai saat ini, permainan tebak kata menjadi favoritnya Dio dan Dea sebelum tidur. Bonusnya, dari permainan tebak kata tersebut, saya, bapak dan mamanya Dio-Dea bisa melihat show mereka. Entah itu menyanyi atau mendongeng. Kami lalu tertawa bersama-sama setelahnya.

Asyiknya, permainan tebak kata bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Saat sebelum tidur atau saat menunggu agar anak tidak bosan.
Dio semangat sekali bermain saat menunggu pesawat delay :D



Terima kasih teman-teman masa kecil atas permainan yang manis untuk dikenang. Dan terima kasih banyak untuk bapak, yang membuat saya jatuh cinta dengan mendongeng.

22 komentar

  1. Dulu waktu kecil ada permainan namanya ABC lima dasar

    BalasHapus
  2. subhanallah masa kecilnya berpengaruh di masa dewasa ya, saya setua ini nggak pernah pede ikut lomba dongeng

    BalasHapus
  3. Jadi teringat dengan masa-masa SD yang setiap istirahat pasti bermain gobak sodor.. :)

    BalasHapus
  4. Tebak kata itu...ABC lima dasar bukan sih?
    Kalo gobak sodor di aku disebut galasin

    BalasHapus
  5. Samaaa hehehee
    dulu saya suka main abjad, sebutuin nama hewan, tokoh dsb
    karena cari tantangan, huruf yang ditentukan sebagai ujung
    misal huruf N ( jadi ika"N")
    indahnya masa kecil :)

    BalasHapus
  6. Aku suka banget main layangan. :D Suka nungguin di atas pohon pas musim layangan, nunggu ada benang layang-layang yang mendekat

    BalasHapus
  7. Bapaknya kreatif sekali ya mba, membuat anaknya dan sekarang cucunya untuk menyukai dongeng :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaman dulu, habis magrib suka diceritain Kancil, Mbak :D

      Hapus
  8. saat menunggu sperti itu di bandara aku usahakan tidak memeberikan gadget mbak ,lebih asyik main2 atau baca buku ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, selingan aja Mbak Lid kalo mereka bosan, malah lebih suka lari kesna kemari liat pesawat :D

      Hapus
  9. Dulu sy jg suka banget main gobak sodor sama tebak kata.
    Main tebak kata itu memacu kita utk berpikir cepat..hehe

    BalasHapus
  10. Permainan ini harus digalakkan lagi, anak saya bahkan gak mengenal permainan ini :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayaa masih suka maen kek gituan kalo pulang Klaten Mbak An :)

      Hapus
  11. Iiijh...si ayang ini hebat pisan euy..masa-masa sekolah sudah menjuarai lomba kepenulisan #standingapplause

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)