Featured Slider

Pengobatan TBC Wajib Tuntas


Hari ini adalah jadwal Bapak cek ke dokter. Sebenarnya ini adalah kedua kalinya Bapak harus cek, hanya saja untuk yang pertama kali, saya dan Mbak Endang mengambilkan obat tanpa membawa Bapak. Terjadi miss communication dengan suster yang menangani Bapak sih. Katanya boleh tidak membawa Bapak dan mengambilkan obatnya saja. Eeeeh, ternyata kata Dokter wajib membawa Bapak untuk diperiksa tekanan darah dan berat badannya. Kata Dokternya yang lumayan cantik dan baik, hal tersebut mempengaruhi  dosis obat yang akan diberikan. Tapi karena melihat wajah saya dan Mbak Endang yang memelas (mungkin), akhirnya Dokter menuliskan resep dan menganjurkan agar 2 Minggu (hari ini) Bapak diajak serta. Lha emang aku dukun? Ngasih resep tanpa meriksa pasiennya? Mungkin itu gerutu Dokter dalam hati memaki kami berdua. ahaha


Awalnya mau diantar Mas Jundi naik mobil. Saya sama di drop di Rumah Sakit dan nanti kalau sudah selesai akan dijemput. Tetapi karena tugas negara, hal itu batal. Saya malah senang karena gak harus mual naik mobil. Bapak juga senang karena sudah lama tidak naik motor. Sejak TBC, Bapak memang jarang sekali keluar rumah kecuali naik mobil. 

Singkat cerita, saya memboncengkan Bapak naik motor. Tidak lupa mengingatkan Bapak untuk memakai masker agar tidak kena debu. 

"Bisa, Ndhuk?" ini pertanyaan retoris Bapak yang pertama. Saya hanya mengangguk.

Sampai di Rumah Sakit, saya mengurus adminitrasi dan menyuruh Bapak duduk di ruang tunggu. Miris pokoknya kalau membiarkan orang tua mengurus sendiri pendaftarannya. Karena dioper-oper dari loket satu ke loket lainnya. Akhirnya kami disuruh ke loket 10 untuk pemeriksaan. Bapak dicek tekanan darah, berat badannya. Alhamdulillah naik 2 kilo dari 36 kilo menjadi 38 kilo. Bobot idealnya adalah 54 kilo. Waaaah, PR saya itu, karena memang sih, Bapak lebih manut dengan saya daripada istri, ahahaha.

Setelah diperiksa, Bapak dirujuk untuk cek darah untuk mengetahui apakah hatinya baik-baik saja. Karena sebelumnya, hati Bapak terganggu karena pengobatan TBC yang agak keras. 

"Sakit gak ya Ndhuk suntikannya?" ini adalah pertanyaan retoris Bapak kedua. Saya mau menjawab gak sakit kok ya rasanya bohong banget, ahaha. Kali ini saya gak menjawab. Hanya menggandeng tangan Bapak menuju loket yang dimaksud. Ternyata tangan Bapak dingin syekaliii. Karena gak tega, saya mencoba mengajak ngobrol Bapak biar rileks. Wajah Bapak mulai berubah saat di depan tempat cek darah. Saya menemani beliau hingga cek darah selesai.

"Ini suntikan yang paling sakit" Bapak mengelus-elus kapas di tangan bekas cek darah.

Menahan geli sebenarnya, tetapi sumpah gak tega melihat Bapak yang pucat karena takut suntikan. Padahal setiap pagi harus disuntik juga sebagai salah satu rangkaian pengobatan TBC-nya. Pernah suatu ketika Bapak merasa bahwa badannya sudah enakan dan meminta pengobatannya dihentikan. Saya langsung memotong dan bilang TIDAK untuk permintaan itu. Pengobatan TBC harus tuntas sesuai dengan anjuran Dokter dan tidak boleh putus di tengah jalan meskipun badan sudah merasa enakan tetapi kuman dalam tubuh belum benar-benar hilang.

Untuk cek darah, saya dan Bapak harus menunggu 2 jam untuk menunggu hasilnya. Sambil menunggu, Dokter merujuk Bapak ke ahli gizi. Saya bertambah pengalaman saat mengantar Bapak ke ahli gizi tersebut. Nih, saya tuliskan hasil konsultasi kami dengan ahli gizi :
  • Usahakan makan 8x sehari. Saya hampir menganga mendengarnya. Tetapi petugas gizinya langsung mengoreksi pernyataannya. 8x itu tambah nyemil dan mengurangi porsi makan utama. Misal biasanya makannya 3x sehari dengan porsi 1 centong, maka di spare menjadi 6x dengan porsi setengah centong dan tambah 2x nyemil. 
  • Perbanyak protein dan serat. Kami diberi selebaran untuk menu selang-seling
  • Minum susu yang ada label full creamnya
  • Sayur dan buah hangan lupa
  • 2 minggu lagi semoga bisa tambah 2 kilo jadi 40 kilo, ahaha.
Tanda-tanda pengobatan TBC berhasil dapat dilihat dari kondisi fisik seperti berat badannya dan tekanan darahnya. Jika berat badan berangsur membaik, maka kuman TB perlahan juga berkurang. Nah, setelah konsultasi di ahli gizi, kami kembali ke loket 10 untuk mengetahui hasil cek darah Bapak. Hasilnya alhamdulillah hati Bapak bagus. Dokter memberikan surat rujukan untuk kembali tanggal 27 April. 

"Nanti disuntik lagi, Dok?" pertanyaan Bapak spontan. Dokternya sampai kaget, ahahaha.

Hei, sehat itu mahal lho. Tapi percayalah, sakit itu lebiiiiiiih mahal.

Stay healthy yaaa...

7 komentar

  1. harus tuntas kalau gak nanti jadi resistan obat ya

    BalasHapus
  2. oh jadi ciri2 sembuh dari TBC itu berat badan naik dan tekanan darah juga normal.. semoga bapaknya cepat sembuh ya mba..

    BalasHapus
  3. "Kata Dokternya yang lumayan cantik dan baik" tanpa foto membuat imajinasi jalan kemana-mana..

    Iya betul, pengobatan TBC itu sangat dianjurkan agar diselesaikan sampai tuntas, jangan sampai dihentikan di tengah jalan, itu dilakukan agar nantinya tidak kambuh lagi di lain waktu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, karena kalao dihentikan kumannya bisa resistan Mas

      Hapus
  4. Harus tuntas ya Mbak pengobatannya.
    Sehat itu memang mahal ---> setuju

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)