Featured Slider

Merayakan Bahagia Seutuhnya Setelah Melahirkan Anak Pertama


Melahirkan butuh energi yang luar biasa. Tidak hanya fisik tetapi juga emosi sang ibu. Akhir bulan lalu saya mengalaminya sendiri. Saat berjuang melahirkan Ray yang hingga saat ini saya masih belum percaya kalau saya sudah menjadi seorang Ibu.

Pagi itu, saya kaget, ada cairan hangat yang terus-menerus merembes. Berdasarkan pengetahuan yang saya dapat dari dokter dan beberapa artikel, itu adalah cairan ketuban. Saya dan suami bergegas ke rumah sakit membawa beberapa perlengkapan yang sudah saya siapkan sebelumnya.

Sesampainya di rumah sakit, saya langsung menuju IGD. Bidan yang bertugas melakukan VT dan ternyata memang sudah pembukaan 2. Saya menyerahkan surat pengantar dari dokter kandungan saya dan bidan menyuruh untuk tidak banyak bergerak karena takut ketubannya semakin banyak rembes. Setelah 4 jam menunggu, bidan melakukan VT lagi dan ternyata masih tetap pembukaan 2, huhu.

Bahagia mau bertemu Ray
Saya dipindah ke bangsal persalinan dan dipasang infus. Bidan yang jaga menasihati saya agar tidak banyak gerak termasuk pipis dan BAB sebaiknya dilakukan memakai tespot saja karena cairan ketuban saya merembes banyak disertai lendir darah.

Setelah menunggu 6 jam dan tidak ada peningkatan bukaan, dokter memberikan 2 pilihan: tindakan sectio atau dipacu. Saya memilih opsi kedua. Alhamdulillah setelah mengalami "nikmatnya gelombang cinta" selama 8 jam, akhirnya Ray lahir.

Saat IMD bersama Ray. It's amazing moment

Semua salah ibu


Setelah Ray lahir, saya pikir akan menikmati bahagia yang "utuh", ternyata tidak. Karena bahagia butuh upaya. Drama pertama adalah saat ASI tidak langsung keluar.
Menyusui Ray
Ekspektasi saya tentang menyusui adalah nanti anak saya akan langsung bisa menyusui. Ternyata tidak.

"Pasti dulu pas hamil nggak dipijat-pijat ya payudaranya?" Tanya salah satu penjenguk yang tahu kalau asi saya tidak keluar. Awalnya saya pikir pertanyaan itu biasa saja. Tapi tenyata berpengaruh pada kondisi psikis saya yang merasa bersalah. Padahal saya memang awam tentang itu karena baru pertama kalinya. 

Ini salah ibu, Ray. Batin saya.

Tidak berhenti sampai disitu. Sepulangnya Ray ke rumah, ternyata ada yang aneh dengan matanya yang berwarna kekuningan. Saya dan suami langsung ke dokter dan setelah di cek, Ray harus menginap di Rumah Sakit untuk di fototerapi, huhu.
Ray menangis semalaman saat fototerapi. 

"Pasti nyusunya nggak kenceng ya? Dijemur nggak kalo pagi?" Pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya semakin merasa bersalah.

Iya. Semua yang terjadi sama Ray adalah salah saya sebagai ibunya. Pikir saya waktu itu.

Capek. Sakit bekas jahitan. Puting luka tapi harus tetap menyusui semalaman sambil duduk karena Ray tidak mau dilepas waktu fototerapi. Akhirnya saya diijinkan untuk tetap di ruang fototerapi sambil menyusui Ray yang terus-terusan menangis. Saya juga ikut menangis karena tidak tega dan di sisi lain juga menyalahkan diri sendiri. Akumulasi dari rasa yang nano-nano itu membuat saya baby blues.

Bahagia macam apa ini? Saat bertemu Ray harus disalah-salahkan seperti ini? Tanya saya dalam hati.

Dan ketika itu, bahagia semacam hal yang absurd untuk dirasakan.

Merayakan bahagia seutuhnya setelah melahirkan Ray


Saat dinyatakan hamil, keluarga sangat bersuka cita mendengarnya. Saya dan suami juga menantikan kelahiran anak pertama kami, Ray. Seharusnya saya bisa menikmati bahagia menyambut Ray secara "utuh" tanpa harus terdistraksi oleh  baby blues yang sempat menghampiri. Nah, 5 hal ini yang saya lakukan untuk merayakan momen bahagia seutuhnya pasca melahirkan Ray dan terlepas dari syndrome baby blues:

1. Don't be perfect too much

Kalau sebelumnya bisa menjadi perempuan yang multitasking, dimana dalam 1 waktu bisa menyelesaikan 2 atau 3 pekerjaan, setelah melahirkan sebaiknya lebih slow dan tidak menuntut diri sendiri untuk sempurna seperti sebelumnya. Mengurus Ray adalah hal utama dan pekerjaan lain seperti pekerjaan rumah bisa diselesaikan bertahap. Untuk hal ini bisa didiskusikan dengan suami.

2. Don't compare

Hal yang merusak kebahagiaan adalah saat mulai membandingkan dengan orang lain. Saya sempat melakukan demikian, huhu. "Si A aja lahiran normal bisa langsung ngerjain ini itu. Si B bayinya ga kuning karena rajin ngasih ASI".

Komentar-komentar sejenis itu yang menggiring saya membandingkan keadaan saya dengan yang lain. Saat saya menyadari bahwa setiap ibu memiliki keadaan sendiri-sendiri, saya mulai "stop membandingkan". Saat itu saya menemukan sisi bahagia a la saya.

3. Learning by doing

Menjadi ibu baru meskipun sudah belajar tentang teori tapi praktiknya seringkali berbeda. Misalnya, sejak hamil saya sudah mempelajari teknik menyusui yang benar agar bayi tidak bingung puting dan saya terhindar dari puting yang le cet. Realitanya, puting saya tetap lecet padahal sudah mempraktikkan sesuai teori yang saya lihat di youtube. Itu sempat membuat saya frustasi karena puting saya tetap lecet dan setiap menyusui Ray, saya merasa kesakitan bahkan berlangsung selama 2 minggu karena putingnya luka.

Masih ada hal-hal lain yang harus dilakukan ibu baru yang sebelumnya hanya sekadar teoritis saja. Hal tersebut bisa learning by doing karena tidak ada yang "saklek" dalam mengasuh dan mengasihi buah hati. Dengan begitu, akan lebih rileks dalam menjalaninya.

4. I don't care anymore

Kalau bahasa Jawanya "rasah ngurusi wong nggambleh", ahaha. Apapun yang telah kita lakukan, usaha yang sudah disiapkan sebaik mungkin, pasti akan tetap saja ada komentar miring. Kalau pas lagi waras, mungkin bisa mengabaikannya. Tapi lain halnya kalau dalam kondisi fisik dan hati yang belum terlalu prima, apalagi pasca melahirkan.

Setelah melahirkan kemarin, banyak yang menjenguk ke rumah. Beberapa ada yang berkomentar dan menasehati sebagai bentuk perhatian. Tetapi ada juga yang berkomentar nyinyir sehingga membuat saya emosional dan akhirnya membandingkan seperti poin 2 yang saya jelaskan.

"Perutmu masih bergelambir, jangan lupa pake bengkung/stagen biar cepet langsingnya", pernyataan ini adalah judgment pertama. Masih ada judgment lainnya yang saat ini sudah saya tanggapi dengan senyuman 😊

Seminggu setelah melahirkan memang saya tidak langsung memakai bengkung karena dilarang oleh dokter. Waktu itu menunggu darah nifas lancar (kalau nggak salah), sehingga dianjurkan untuk tidak memakai bengkung dulu. Seminggu saat saya kontrol, dokter baru membolehkan saya memakainya. Nah, penjelasan-penjelasan seperti ini tidak mungkin saya sampaikan ke setiap orang yang komentar nyinyir mengira saya enggan memakai bengkung.

Jadi, saya menyimpulkan, kunci bahagia untuk menghadapi komentar nyinyir memang cuma satu, "I don't care anymore". Titik.

5. Me time is a must

Setelah melahirkan ada beberapa hal yang berubah, termasuk jam tidur. Bepergian pun juga tidak bisa seleluasa sebelumnya karena sekarang ada Ray yang membutuhkan perhatian saya.

Sempat melupakan me time karena sibuk mengurus Ray ternyata membuat saya sering emosi. Menangis adalah puncak ketika saya tidak bisa mengendalikan diri karena saking capek badan (dan hati). Kehilangan me time ternyata berpengaruh juga terhadap penampilan saya. Wajah lebih kucel, tubuh gampang capek dan cepat tersinggung, huhu.

Semuanya "terkesan" terburu-buru dan tidak ada waktu, padahal itu hanya perasaan saya saja. Saya buru-buru menyelesaikan mandi takut Ray bangun, padahal dia anteng tidur. Saya merasa tidak punya waktu buat dandan dan merawat diri, padahal saat dijalani ternyata saya punya cukup waktu dan membuat saya lebih enjoy.

Dandan dan merawat diri merupakan me time yang secara tidak langsung membuat badan dan suasana hati lebih rileks. Bukan karena statement orang lain yang bilang wajah lebih lecek dan tubuh lebih melar. Tapi dengan merawat diri, saya merasa lebih nyaman.

Mandi tidak lagi terburu-buru seperti sebelumnya.  Setiap malam meskipun Ray ngajak begadang, saya bisa sambil mengoles minyak zaitun di bekas strechmark. Memakai wewangian sebelum tidur seperti kebiasaan yang saya lakukan sebelumnya. Mulai memakai lagi nature republic soothing gel agar wajah saya lebih cerah. Hal-hal itu saya lalukan sebagai me time yang sempat hilang sejak saya melahirkan di akhir bulan lalu.

Tampil cantik dan menarik bukan untuk  memenuhi ekspektasi atau mendapatkan pujian orang lain, tapi hal ini saya lakukan untuk lebih menghargai diri sendiri. Setidaknya, hal ini sebagai bentuk merayakan bahagia seutuhnya setelah melahirkan, yaitu saya bisa tetap tampil  cerah dan nggak kucel.

Momen melahirkan membuat saya belajar banyak hal. Dan saya telah merayakan kebahagiaan tersebut dengan utuh. Saat ini, saya lebih bertenaga dan bersemangat meskipun harus begadang tiap malam karena ritme tidur Ray belum teratur. Tidak emosional menanggapi komentar orang saat menasihati saya tentang mengasuh dan mengasihi anak.

Merawat diri sendiri yang telah saya lakukan berpengaruh pada kondisi emosi dan mood. Selain itu, bonusnya, suami juga mengapresiasi saya dengan pujian-pujian kecil seperti "Kamu cantik sekali pagi ini, yang" atau sekadar memberikan kecupan di kening sebelum tidur sambil bilang "Terus bahagia, ya". Beliau tahu, minggu-minggu kemarin saya sering menangis dan mengeluh capek. Sekarang kami dan Ray sama-sama menikmati bahagia "seutuhnya".
Bahagia seutuhnya itu butuh upaya
Nah, untuk tampil lebih cantik dan fresh, referensi inspirasi kecantikan saya  dapatkan dari iSTYLE Indonesia. Selain itu, saya juga mendapatkan beberapa tips untuk merawat kulit wajah yang sehat. Yang ingin mendapatkan inspirasi hobby juga bisa kepo disana lho. Karena menyalurkan hobby juga termasuk me time yang membahagiakan.

Teman-teman punya cerita tentang merayakan hidup kalian? Momen apa yang membuat kalian bahagia dan patut untuk dirayakan? Bagi yuk biar sama-sama bahagia 💝💝

20 komentar

  1. selamat atas kelahiran putra pertamanya Mbak Aya..
    sehat dan bahagia selalu ya :)

    BalasHapus
  2. Huh! Itu pengin tak pites rasanya mulut orang2 yang komen begitu itu. Kzl. Huhu... But finally, bahagia itu kita yg ciptakan yaaa. Mau bahagia atau malah misuh2 bergabtung kita juga. Acceptance mungkin yang utama. Hei, congrats anyway, Ibu! Bahagia selalu!

    BalasHapus
  3. Jadi ibu baru mah nano2, akupun pernah merasakannnya... Lebih dari kau mak... Hahaha

    Lama lama, ora ngagas sih... Semakin juna gedhe aku merasa semakin happy...

    BalasHapus
  4. Selamat merayakan kebahagiaanmu mba Ayaa..

    I feel you juga tentang melahirkan itu ... dikali 3 blablabla dari kanan kiri, namun kita kudu bakoh yes supaya tetap waras. Heheh..

    Me time itu paling penting deh bener. Emang rasanya kayak gimanaa gt kalo ninggal anak bentar, tapi ya harus disempetin, biar happy :)

    BalasHapus
  5. Kurasa siiih, semua ibu bakal mengalami pengalaman pertama kayak begini. Sayangnya, trus banyak yg lupa dan akhirnya kurang berempati ama ibu2 lain yg baru pertama memiliki bayi. Me time pasca melahirkan tuh mnurutku penting bgt. Kalo kita ngerasa rileks dan bahagia, energi bahagianya jg bisa dirasa anaknya. Dulu aq langsung potong rambut, dan creambath... Enaknyoooo abis tu berasa fresh lg meski taubakal ada drama2 lain. Semangat y ibu baru 😍😍😍

    BalasHapus
  6. Alhamdulilah, survive ya Aya. Seneng liat foto yang bawah. Sumringah.
    Peluk cium buat Ray buat Ray

    BalasHapus
  7. Habis lahiran dulu caraku bahagia gimana ya? Oh..bisa pulang ke rumah sendiri. Bahagia banget itu..gak perlu tinggal di rumah ortu lagi.hehe..bisa deket2 sama suami juga..

    BalasHapus
  8. Harusnya, "nggak usah dengerin wong nggambleh"nya ditaruh di nomor 1, wkwkw.. Soalnya mau gimanapun tindakan kita, pasti akan ada yang komentar..

    Kalo ada yang komen macem2, diiyain aja biar mereka bahagia.. xixixixi..

    Sabar yaa, ibu.. titip peluk dan cium buat Ray yaa.. semoga Ray sehat selalu, tumbuh jadi anak yang Sholih dan berbakti pada ibu dan ayahnya.. Ray harus baca ini suatu saat nanti. Biar dia tahu betapa besar rasa sayang orang tuanya padanya.. :)

    BalasHapus
  9. Happy to read this article, Aya! Semoga aku bisa segera menyusul merayakan kebahagiaan sebagai ibu baru kayak kamu ya :)

    BalasHapus
  10. Selamat menjadi ibu yang bahagia, Aya sayang. foto yang terakhir itu terlihat banget bahagiamu.

    Aku beruntung gak pernah dengar tuduhan2 yang bikin baper. Keluarga besar ibu sangat mendukung dengan menyarankan tapi dg gaya santai. Nggak dilakukan juga santai aja, hahahaa. Semangat ya Aya, semoga semua sehat selaluuu

    BalasHapus
  11. Yah begitupah jd ibu, bener banget emang kita learning by doing. Nikmati smua prosesnya. Jadi sekarang udah happy kan ya. Cium buat baby Ray

    BalasHapus
  12. Aku harus siapin diri ngadepin gituan juga yaaa. Dan selamat atas kelahiran si dedek! Squad kita tambah anggota ganteng!!! Tetep hepi slalu, Mbak Aya

    BalasHapus
  13. Setuju banget, jangan terlalu sempurna dan jangan membandingkan, stres dewee ntar..

    BalasHapus
  14. baby Ray, akhirnya launching jugaaaaa :D

    semangat ya say, bener banget tu don't care, klo menurut kita baik sih just do it.
    saya juga gitu kemarin lahiran Fawwaz puting tuh lecet ampe 2mingguan. padahal Faraz dulu kayaknya gak selama itu lecetnya. tetap semangat mengASIhi yaaa, dan terus bahagia biar ASInya lancar :)

    BalasHapus
  15. Penting banget ini ga membandingkan. Sebab setiap kita manusia itu unik dan ga sama .bahkan kembar pun ada bedanya. Tetap semangat ya Mak Ray

    BalasHapus
  16. Wahhh ada dedek ganteng 😍😍
    Selamat datang adek Ray 😘😘

    Tetap semangat Mba Ayaa 😊😊

    BalasHapus
  17. Yang nyinyir itu pasti ada... yaudah senyumin aja biar kita sendiri juga nggak capek... selamat berbahagia mbak.. selamat menjadi ibu...

    BalasHapus
  18. peluk mba ayaaa :*
    Omongan orang mah anggep aja angin lalu. Haha. Tapi susah sih yaaa. aku tau rasanya. hehe

    BalasHapus
  19. Ya Allah perjuangan banget, aku belum merasakan fase itu.
    Haru, perjuangan seorang ibu.

    BalasHapus

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)