Featured Slider

Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan

Makan Siang Bersama Keluarga di Sop Iga Jowin Klaten

Bisa jodoh menemukan masakan iga yang pas di lidah dan bersahabat di kantong membuat saya bahagia :D. Pas bumbunya, pas empuk juga dagingnya. Kalau di Klaten, saya tidak akan sungkan merekomendasikan Sop Iga Jowin.

Lagi-lagi saya dikenalkan mertua saya dengan warung makan yang enak. Beliau memang hobby mencicipi kuliner baru. Prinsip beliau, kalau nggak enak atau terlalu mahal, ya besok nggak bakal datang lagi. Berbeda dengan saya dan suami, kalau sudah menemukan tempat yang pas, enggan mencoba kecuali ada rekomendasi. Oh iya, jadi inget kalo Pak Mertua pernah ngajak makan siang ke Mbantul, ahaha. Klaten-Mbantul itu 1.5 jam shay, dan itu cuma buat mencicipi kuliner aja. Nggak ada urusan lainnya. Untung enak, kalo nggak (yaaa jajan yang lain).

Baca juga: Ingkung Warung Ndeso Mbantul

Pas dikasih tahu Pak Mertua kalo sop iga jowin jempolan, saya percaya, karena lidah Pak Mertua dengan saya sebelas duabelas. Benar saja pertama kali mencicipi sopnya, aroma bumbu rempahnya kuat. Selain itu disajikan dengan kuah panas. Enak banget!

*kuah panas itu maksudnya kuahnya puanas bangeet hingga uapnya mengepul. Karena ada lho yang jualan sop atau soto atau kuliner yang memakai kuah lainnya, kuah yang disajikan panasnya kurang nampol, sehingga mengurangi rasanya :(

Tidak hanya saya dan suami yang ketagihan jajan disini, tetapi bapak dan ibu saya sudah beberapa kali makan siang di warung Jowin ini. Kayak hari ini saya membawa Lintang untuk makan siang. Eh ternyata dia pernah datang kesini sama pelatihnya. Hmm, asyik dateng kesini, makanannya enak! Katanya.

Menu andalan

Nah, menu khas disini adalah iga. Saya pernah mencicipi sop iga dan iga bakar. Dua-duanya enak pake banget. Kalau pesan iga bakar tetap dikasih kuah di mangkuk kecil. Jadi tetap bisa merasakan segar rempahnya. Selain itu ada acar sama sambalnya juga dikasih di atas piringnya.


Kalau sop iganya nggak ada tambahan acar. Hanya sop saja yang isinya kentang, wortel, loncang, irisan bawang, sledri. Lengkap! Rasanya khas. Bapak saya yang sudah sepuh biasanya anti iga atau daging karena alot dan gigi beliau linu kalau harus mengunyah keras. Tapi pas diajak kesini, beliau langsung mengerlingkan mata sambil bilang "Kok enak ya?" :D.

Apakah hanya menjual iga saja? Tentu tidak! Ada ayam goreng, rawon sama sop manten. Saya juga sudah pernah mencicipi ayam gorengnya. Lumayan enak. Tapi tiap kesini seringnya memesan iganya. Kalau rawon sama sop manten belum pernah nyobain, jadi maafkan kalau nggak bisa komentar banyak :p.

Untuk minum biasanya saya memesan es teh manis. Rasanya juga pas. Es batunya kristal yang bentuknya silinder. Gulanya pake gula batu. Ada menu beras kencur sama gula asem juga, tapi menurut saya nggak cocok buat saya karena mengakibatkan saya cepat haus. Jadi paling pas ya es teh.

Tempatnya bersih dan nyaman

Kalau dulu pertama kali kesini, tempatnya belum luas seperti sekarang. Dulu hanya tempat duduk depan saja yang berhadapan dengan kasir. Tapi sekarang lebih luas karena sebelah samping sudah dipakai untuk tempat makan juga.

Tempatnya nyaman dan bersih. Sirkulasi udara dan cahayanya bisa langsung masuk, jadi pas makan terasa sejuk. Disini nggak ada lesehan, semua pakai meja dan kursi. Tempat favorit saya di sofa paling ujung. Selain bisa bebas rokok, saya bisa menidurkan Ray dengan nyaman.

Parkirnya cukup luas. Meskipun ramai pengunjung, saya belum pernah kesulitan mencari parkir. Biasanya dibantu salah satu karyawannya kalau tidak ada tukang parkir.

Pelayannya kebanyakan sudah agak sepuh. Mereka sopaaan banget kalo nawarin menu atau menyajikan menu ke pelanggan. Bahkan pernah ditanyain tentang rasa sopnya. Kurang apa. Enak apa nggak. Mungkin untuk bahan evaluasi mereka.

Harga

Satu porsi iga dibandrol 22 ribu. Tambah nasi putih 3 ribu. Jadi 25 ribu. Es teh 3 ribu. Duh udah kayak kasir aja :D. Menurutku, harga segitu worth it banget. Karena pernah beli iga bakar seharga 35 ribu dan rasanya zonk.

Eh tapi mahal murah itu relatif, ya :p.

Pokoknya kalau lagi main ke Klaten dan pengen yang seger, sop iga Jowin bisa jadi referensi teman-teman.

Lokasi

Jalan Kopral Sayom, Ngentak, Mojayan, Klaten. Buka mulai jam 10 pagi sampai habis.

Bakalan balik jajan kesini ga? Tentu!
Read More »

Rekomendasi Resto Makan dengan Bumbu Kari India yang Khas di Jakarta


Siapa yang suka makan kari unjuk tangan tinggi-tinggi. Sayaaaaaaa ☝.

Membayangkan kuah kentalnya dan aromanya yang seringkali menusuk hidung, membuat saya jatuh cinta dengan kari. Sayang sekali, saya belum menemukan masakan tersebut di Klaten. Karena rindunya, saya sampai membuat indomie rasa kari, ahaha. Padahal biasanya cinta mati sama indomie soto.

Ketika masih bekerja di Jakarta, kantor saya dekat dengan salah satu resto india yang menyediakan menu kari. Ini awal saya menyukai kari, karena sebelumnya hanya biasa saja. Apalagi ada roti canai (eh bener nggak nulisnya? :D)

Kuliner di Ibukota memang terbilang sangat lengkap, termasuk untuk urusan kuliner Luar negeri. Saya pikir, secara keseluruhan Jakarta hanya didominasi resto masakan Jepang china yang biasa terdapat di mall-mall. Namun, setelah dicermati lebih mendalam, ternyata banyak resto yang menjual menu masakan Korea dan India. Kalau Korea terkenal dengan ramen dan kimchi, India populer dengan masakan karinya. Sahabat saya yang traveling ke India sempat menceritakan pengalamannya kalau disana dia makan kari tiap hari, ahaha.

Karena sudah pernah mereview masakan korea, kali ini saya mau gantian membahas tentang menu kari yang notabene menjadi menu sehari-hari di India. Secara keseluruhan, tipikal masakan khas dari India relatif sama dengan masakan khas Indonesia, hanya saja negara Bollywood tersebut tidak mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, melainkan roti gandum sebagai pengganti nasi. 

Berbeda dengan masakan jepang yang butuh beberapa penyesuaian dengan lidah Indonesia, masakan India ternyata sudah cukup sesuai dengan lidah orang Indonesia sehingga sekali mencoba. Sushi mungkin enak bagi beberapa orang, tapi bagi sebagian yang lain tidak cocok di lidah (seperti saya). Beberapa kali nyobain sushi tetap saja nggak doyan :(.

Kalau menu kari, mungkin lebih friendly di lidah Indonesia dibandingkan sushi. Saya langsung menyukai masakan khas India. Bahkan ada soto kari, mie goreng kari ayam dan beberapa masakan kombinasi lainnya yang ada sentuhan karinya, ahaha.

Oh iya, bagi yang tertarik untuk menikmati makanan khas India, berikut ada beberapa rekomendasi restoran yang menyediakan masakan Khas India di Jakarta (Semoga saja besok bisa mereview di Klaten :D):

Kinara

Kinara merupakan salah satu restoran yang menyediakan masakan khas India di daerah Kemang. Nah, karinya bersahabat kok di lidah orang Indonesia. Jadi, kalau teman-teman butuh referensi kare yang enak, kalian bisa kesini. Pelayanannya juga ramah sehingga terkesan hommy. Gawat banget kalau saya dekat disini, bisa-bisa timbangan bakal geser ke kanan karena sering mlipir kemari.

Disini pengunjung bisa menikmati berbagai menu masakan India lainnya yang autentik. Harga hidangan pada restoran ini pun tidak semahal yang dibayangkan. Selain suguhan masakan khas India, kalian juga akan dimanjakan dengan desain interior yang sangat khas dengan bangunan India. Makan disini seakan membuat kalian lupa bahwa kalian sebenarnya masih berada di Jakarta, ahaha.

Queen’s Tandoor

Resto kedua adalah Queen's Tandoor yang ada di Thamrin. Restoran khas India ini juga menawarkan sensasi makan seolah-olah berada di India. Bukan cuma menu masakan yang khas, namun penggunaan piring, mangkuk dan gelas nya pun menyesuaikan dengan kebudayaan India. Di sini teman-teman bisa menikmati berbagai menu masakan khas India didampingi roti canai yang di isi nasi. Berkunjung ke tempat ini, kalian disarankan untuk mencoba menu Palak Shorba atau Sup bayam khas yang dihidangkan bersama cream dan cumin.

Selain itu, cobain juga menu handi chicken curry yang disajikan di mangkuk dari tanah liat. Bumbu karinya bikin nagih dan ayamnya empuk sekali. So yummy!

Go! Curry

Bumbu kari India memang terkenal khas dan cukup banyak kemiripan dengan beberapa jenis kari di Indonesia. Di tempat ini, kalian akan disuguhi makan roti canai yang di cocol dengan kari ayam khas India. Resep kari ayam di tempat ini betul-betul persis dengan kari ayam yang terdapat di India sehingga rasa yang autentik akan kalian dapatkan saat makan di tempat ini.

Hazara Indian Cuisine

Bagi yang memiliki kemampuan finansial berlebih, kalian boleh sesekali berkunjung ke restoran khas India ini. Hazara memang merupakan restoran India mewah dengan harga hidangan yang sangat mahal. Untuk 2 porsi makanan saja, kalian sudah harus mengeluarkan uang sebesar 500 ribuan, ahaha. Sesekali bolehlah nyobain makan kemari.

Dari harganya saja dapat tergambar bahwa hidangan dari restoran ini sangat berkualitas dan mewah. Baru percaya istilah "ada harga ada rupa" ketika jajan disini. Karena memang harganya worth it sama rasanya. Salah satu yang menjadi menu pembuka favorit di tempat ini adalah Punjabi Samosa yang dikabarkan memiliki cita rasa yang enak.

Koh-E-Noor

Restoran satu ini sudah sangat terkenal di Indonesia, khususnya di Jakarta. Restoran ini berada di plaza festival di jalan Rasuna Said, Kuningan. Lokasinya yang strategis, berada di pusat kota membuat restoran satu ini selalu ramai pengunjung. Di sini kalian bisa menikmati berbagai menu khas India yang sesuai dengan lidah Indonesia seperti roti canai yang dicampur kuah kari khas Indonesia. dijamin rasa yang ditawarkan tidak akan jauh-jauh dari cita rasa khas India yang familiar di lidah Indonesia, karena cara membuat kari ayam khas India di sini sudah mendapat beberapa penyesuaian untuk lidah Indonesia.

Demikian beberapa rekomendasi restoran khas India yang terdapat di jakarta. Bagi kalian yang tidak mau repot berkunjung ke restoran tersebut, kalian sebenarnya juga bisa membuat hidangan khas India sendiri di rumah, apalagi untuk menu kari khas India, di internet sudah banyak terdapat resep bumbu kari India sederhana yang bisa kalian terapkan.
Read More »

Mencicipi Lezatnya Sate Klathak Pak Pong

Setiap berkunjung ke rumah eyangnya suami, hampir tidak pernah melewatkan untuk mencicipi sate klathak Pak Pong yang lokasinya hanya setengah kilo dari rumah eyang. Kalau boleh membandingkan dengan yang dulu, mungkin 5 tahun lalu, sate Pak Pong sudah pesat. Tempatnya semakin luas dan berbanding lurus dengan pengunjungnya (makin ruame).

Fyi, di daerah Jejeran, Jogjakarta, banyak yang menjajakan sate klathak. Dulu saya sempat gumun, kok sak slepetan mata ada yang jual sate klathak dan laris semua. Tapi menurut saya, tempat Pak Pong yang paling laris. Bisa dilihat kalo kalian jajan kesini, antriannya semena-mena, ahaha. Paling cepet 1 jam baru bisa mencicipi sate klathak. Dan mungkin cuma butuh 10 menit untuk menghabiskannya.

Parkir luas dan petugas yang mengatur banyak

Nah, kali ini saya datang ngajak Ray. Seperti biasa, suasananya ramai sekali. Parkir mobil dan motor berjubel, tapi masih banyak space kok. Saya nggak pernah worry mampir kesini salah satunya karena parkirnya yang luas. Seramai apapun pengunjung, alhamdulillah ada saja tempat parkirnya. Selain itu, petugas parkirnya nggak cuma 1. Entah berapa, pokoknya yang bawa semprit lebih dari 1, LoL. Ada security yang bertugas menyebrangkan pengunjung juga. Maklum, sate Pak Pong berada di ruas kanan kiri jalan.

Duduk di kursi oke, lesehan pun oce

Tempat memesan menu dan membayar dibedakan antriannya. Biasanya saya mengambil menu sambil mencari tempat ke dalam. Sayangnya, belum ada no smoking area. Yang ngrokok masih campur. Bahkan ada bangku yang asap rokoknya kemebul, huh. 
Favorit saya adalah saung-saung di dekat mushola yang bisa selonjoran kaki. Dapet bonus bantalan juga biar nggak dingin. Mungkin bantalan ini pengganti tikar. Di setiap saung ada colokan listriknya. Ke depan ditambahin wifi biar menunggunya nggak boring, hehe.

Yang pengin duduk di kursi juga ada. Tapi untuk yang bawa balita, kayak saya, biasanya lebih lega memilih duduk lesehan.

Dagingnya tebal dan empuk

Ini yang membedakan sate klathak Pak Pong dengan yang lainnya (saya pernah nyobain di 3 tempat berbeda). Satenya tebal dan bisa empuk. Biasanya kalo irisan tebal, daging bagian dalamnya kurang matang. 

1 porsi dapat 2 tusuk sate yang nggak ada gajihnya. Gurihnya terasa banget. Yang membedakan sate klathak dengan sate biasa (berbumbu), terletak dari bumbunya. Kalau sate klathak hanya berbumbu garam dan bawang putih, tapi kok ya rasanya enak banget  👌👌.

Oh iya, setiap porsi sate klathak akan diberi sepiring kuah dan sepiring kecap dengan irisan bawang merah dan cabe. Nah, kalau sate biasa, selain dagingnya sudah berbumbu, kecap, bawang merah dan cabenya sudah dicampur dengan dagingnya. Biasanya juga ditambah irisan kubis dan tomat. Tapi kalo sate klathak, kuah dan kecapnya dipisah.

Menu

Di tempat Pak Pong, menu yang dijajakan berbahan dasar kambing. Ada nasi goreng kambing, tongseng, kicik, sate kecap, gulai. Untuk tongseng bisa request isinya lho: kepala, otak, kikil.

Minumannya pun beragam: aneka soft drink, es teh, es jeruk. Untuk yang memesan teh panas menggunakan gula batu. Bapak dan Ibu sangat menikmatinya, apalagi ada tambahan teh panas tawar yang disajikan dengan teko.


Harga

1 porsi sate klathak dibandrol seharga 23ribu. Harga itu belum termasuk nasi. Untuk nasi seharga 5 ribu dan teh/jeruknya 5 ribu.

Mushola yang mewah

Yang membuat saya betah menunggu menu, salah satunya ada mushola yang mewah. Mewah karena luas, bersih dan mukenanya selalu wangi. Kemarin banyak asap rokok dimana-mana, dan mushola menjadi tempat paling nyaman buat Ray untuk menunggu. 

Kanan kiri mushola dibangun presisi. Ada toilet pria dan wanita serta tempat mukena/sarung. Kalau di warungnya, lampu-lampu memakai lampu kuning yang agak temaram. Di mushola lampunya putih terang (duh, niat banget dibahas). Ah, pokoknya musholanya juara! 

Datang lagi nggak? Of course.

Yang ada rencana ke Jogja, bisa mampir ke Sate Klathak Pak Pong di Jalan Imogiri km 10 (timur stadion) Bantul, hp 08112645251. Tapi wajib sabar sama antriannya. Yah, 2-3 jam lah. Tapi worth it kok.
Read More »

Mencicipi Makanan Khas Korea di Kimchi Korean Restaurant Solo


Kimchi Korean Restaurant Solo--Saya pernah merasa terhipnotis dengan hal-hal yang berbau Korea sebagai salah satu efek nonton Drama Korea. Dari mulai gaya rambut, tidur dengan memakai kaos kaki (yang membuat saya gerah, ahaha) hingga pengin makanan khas Korea yang saat mereka makan, kok kelihatan enaaaak sekali. Malam-malam lembur tugas atau deadline, sesekali mengintip Drakor 1 atau 2 episode, kalau pas adegan mereka makan ramen dan kimchi, saya bisa langsung ke dapur bikin indomie soto dengan sayur, telur dan irisan cabe level 2. Oh iya, biar kayak yang di Drama Korea, saya makan pakai sumpit trus mie-nya disruput panjang-panjang, hihi.

Solo memang berkembang pesat banget, baik wisatanya maupun kulinernya. Kalau beberapa waktu lalu saya pernah nyobain aneka masakan jejamuran, kali ini saya mau nyicipin makanan khas Korea di Kimchi Korean Restaurant Resto.

Baca juga: La Taverna Solo

Nah, beberapa kali saya nyobain beberapa tempat makan yang menyediakan makanan khas Korea, menu andalan yang saya pilih adalah ramen. Untuk kimchi, entah mengapa sampai saat ini belum ada yang cocok di lidah saya. Kalau ini pure “selera”, karena saat saya dengan salah satu sahabat mengorder kimchi, dia dengan lahap menghabiskan bagian saya.
Ada yang suka kimchi?
Berbeda dengan dulu, saat ini kuliner makanan khas Korea sudah bukan hal yang asing. Bahkan di setiap kota ada gerainya. Oh iya, kemarin saya diundang untuk mencicipi aneka makanan khas Korea di daerah Solo, Kimchi Korean Restaurant Solo. Sebenarnya setahun sebelumnya, saat masih kuliah di Solo, saya sudah pernah kesana dengan keempat sahabat yang juga penggila Drakor. Salah satu dari mereka mengajak ke sini karena pengin mencicipi ramen dan akhirnya menemukan tempat ini via Instagram. Waktu itu kami Cuma haha-hihi sambil menikmati hidangannya, jadi tidak sempat foto-foto lengkap. Waktu itu juga pengin beli oleh-oleh karena salah satu sahabat saya mau mudik.

Baca juga: Solo Pluffy, Oleh-oleh Klangenan dari Solo

Kali ini, saya ingin mereview satu per satu menu hidangannya, siapa tahu teman-teman butuh referensi makanan khas Korea di Solo sekaligus tempat nongkrong yang nyaman: 

Fasilitas

Pertama, saya mau mengulas tentang fasilitas yang disediakan Kimchi Korean Restaurant Solo sehingga membuat para pelanggannya nyaman untuk berkunjung. 

❤Free wifi

“Mbak, password wifi-nya apa ya?”, tidak jarang pertanyaan itu terlontar. Eits, jangan su’udzon kalau mereka yang datang itu akan apatis dengan gadget mereka lho. Banyak juga yang dari kalangan mahasiswa datang membawa laptop untuk browsing materi atau mengerjakan tugas kuliahnya. Jadi, disamping bisa nongkrong dengan teman-temannya sambil menikmati hidangan khas Korea, mereka juga bisa menyelesaikan tugas dari kampus.

Bagi freelancer yang bekerja secara online seperti blogger/vlogger, tempat yang dilengkapi dengan wifi sangatlah membantu. Apalagi kalau sebelum nulis, dikasih Dak Galbi dengan daging yang gurih dan empuk, so yummi! Pasti 

❤AC Room

Selain disediakan wifi, di resto juga ada AC-nya sehingga pengunjung tidak kegerahan. Kita kemarin juga khusuk icip-icip menu sambil haha-hihi tanpa harus repot kipas-kipas, hihi.

❤Halal Food

Nah, bagi muslim-muslimah taat, semua menu di sini dijamin halal, baik dari resep hingga pengolahannya. 

❤No beer no sake Korean no pork

Ssst, di sini juga no beer, no sake and no pork. Jadi, memang menu yang disediakan friendly untuk muslim.

❤Tempat duduk

Duduknya di kursi ya, nggak ada lesehan. Di dalam ada, di luar pun juga ada. Kalau yang di luar sepertinya untuk yang smoking area.

❤ Musola
Yang mau salat, di resto ini disediakan tempat salat kok. Bukan musola khusus sih, tapi cukup buat salat. Waitressnya nanti minjemin mukenanya. Ah iya, tempat salat ini ada di lantai 2.

Menu

Korean Beef BBQ Rice 30K

Tenderloin yang diolah dengan Korean brown sauce disajikan dengan jamur shitake, sweet corn dan nasi putih. Mirip kayak hot plate ya? Jadi saat disajikan, waitres menyuruh saya membalik dagingnya agar matang merata. Dari beberapa menu, ini merupakan menu favorit saya kare rasanya pas dan cucok di lidah.

Budae Jeongol 105K (4 orang)


Sup yang dimasak dengan bumbu khas korea disajikan dengan tteokbokki, sosis, ham sapi, kornet, jamur shitake, tofuseafood, telur dan ramyeon. Duh, namanya susah banget euy! Nah, yang demen ramen dan kesengsem juga pas artis atau aktor drama korea bersluuuuuuurp ria dengan mie dan menyesap kuahnya dengan nikmat, teman-teman juga bisa mencicipinya di resto ini. Mending dinikmati pas kuahnya banyak biar nggak terlalu asin rasanya. 

Korean Fried Chicken 28K



Olahan ayam dengan bumbu khas Korea ini bisa bisa membuat lidah teman-teman huh-hah karena pedasnya. Oh iya, pedasnya bisa diatur kok sesuai selera. Jadi yang nggak suka pedas bisa request sama waitress. Menu ini sudah satu paket dengan nasi.

Dubue Jjigae (porsi 2 orang) 35K


Sup tahu yang dimasak dengan bumbu doenjang dan gochujang, potongan daging, udang, bakso ikan dan sayuran. Awalnya saya mengira kalau menu ini adalah sapo tahu, karena memang ada dominan irisan tahunya. Rasanya agak kecut seger, apalagi ada udang, bakso sama sayurannya. Meski untuk 2 porsi, rasanya kalau makan sendiri menu ini bakalan kuat deh. Karena kuahnya bikin nagih, asli!

Rabokki (Ramyeon + Tteokbokki) 35K

Selain ramen, ada rabokki yang bisa jadi alternatif pecinta mie. Kuahnya kental dengan kombinasi Tteokbokki (itu jajanan tepung beras dengan saus pedas gochujang). Taburan wijen makin menggugah selera.


Dolsot Bibimbap

Nasi bibimbap yang disajikan di atas mangkuk dengan irisan daging dan aneka sayuran (jamur, toge, acar). Ditambah dengan telur setengah matang bertabur wijen dengan bumbu dan saos khas Korea.

Bagi yang nggak doyan telur setengah matang, bisa request ke waitres lho biar dimasak agak matang. Kalau ini tergantung selera masing-masing sih. Then, bumbunya jangan langsung diaduk, sedikit-sedikit saja nyampurnya (nasi, sayur, daging) biar rasanya lebih nampol. Lagi-lagi, ini kembali ke selera masing-masing ya. Yaah, kayak makan bubur ayam versi diaduk atau enggak.


Korean Curry Rice 35K

Berasa kayak bento ya? Hehe. Nah, ini juga bisa teman-teman coba kalau kesini. Bumbu kare khas Korea berasa banget.


Dak Galbi (Porsi 4 orang 80K)



Makanan khas Korea ini terdiri dari irisan daging ayam yang dipanggang, disajikan dengan selada, saus dan sayuran.

Hmmm, nggak sabar mencicipi dak galbi :p


Nah, kalau kuliner disini, teman-teman akan dikasih kimchi, irisan tahu dan makaroni (saya nggak tahu kalo di Korea namanya apa). Selada digunakan untuk pembungkus daging saat sudah matang.


Daging dimasak di atas api kecil. Dibolak-balik biar matangnya merata.


Setelah daging dimasak langsung di atas api kecil, cara menikmatinya pun sangat unik. Bagi yang suka selada, pasti akan nambah berkali-kali, berasa dagingnya jadi lauk, hehe. Jadi, daging ditaruh di atas selada (selada jadi pembungkusnya), trus haaaap-dimakan!

Itu baru menu beberapa lho, masih ada menu makanan lainnya yang siap memanjakan lidah teman-teman. Kalau tadi membahas tentang makanan, sekarang saya mau review minuman dan dessert-nya.

Minuman

Ice nokcha


Ice lemon tea 10K

Maafkan saya, karena lemon tea nya habis sebelum sempat difoto, huhu. Tapi rasanya seger banget! Kombinasi lemon sama tehnya bikin lupa kalau minuman itu harus difoto sebelum diteguk, ahaha. Saya tipikal orang yang memesan es teh atau lemon tea meskipun sudah memesan aneka minum lain. Kayak kurang afdhol aja rasanya. Kok ya ngepasin lemon tea disini enaknya pake banget, jadi yang harusnya diminum belakangan, berubah jadi minuman utama.

Aneka Dessert  20K


Recommended semua!
Entahlah kenapa nama menunya aneh-aneh dan susah sekali. Bahkan sampai tulisan ini diposting, saya tetap nggak apal. Tapi kan yang penting rasanya, yekaaaan. 3 dessert ini enak semua, harganya pun terjangkau (kalau kalian nggak nambah ya, ehehe). Karena memang enak, jadi gatel pengen nambah

Patbingsu

Ice gwangju



Ice myeong-dong


Green tea frappe 23K


Mojito Yoghurt 18K



Kalau kalian datang rame-rame, ambil menu paketan saja yang harganya lebih hemat. Selain itu bisa mencicipi aneka menu yang lebih variatif, hihi. Untuk minuman dan dessertnya memang recommended semua (versi saya). Mau nyobain sensasi masakan dan minuman khas Korea? Ke Kimchi Korean Restaurant Solo, saja! Buka jam 11 a.m-11 p.m.
Alamatnya di Jl. Veteran No. 190 Solo. Hp: 089651453359.

Selamat berkuliner~~

Read More »

Ada Cinta di Sepotong Brownies Cinta


Kalau sedang menyelesaikan deadline, hal yang sering terlupakan untuk saya dan suami adalah soal makan. Kalau zaman dulu mungkin masih bisa diabaikan (*pembelaan*), tetapi kalau sekarang saya nggak boleh egois, karena ada baby yang juga butuh asupan nutrisi di perut saya. Jadi, meskipun mantengin laptop seharian atau bahkan semalaman, saya tidak akan membiarkan perut kosong, salah satunya dengan menyediakan cemilan sebagai “teman”.
Read More »

Menikmati Resep Original Ingkung Jawa di Waroeng Ndesso mBantoel


Habis dhuhur tiba-tiba suami ganti baju dan memakai celana panjang. Tanpa bertanya pun saya sudah bisa menebak kalau beliau akan bepergian. Sekilas pandangan kami beradu dan saya sudah tahu pertanyaannya. Eh, lebih ke izin ke saya yang sebagian banyak ia dapatkan.

"Mas mau lihat-lihat sepeda sama Bapak. Adik mau ikut?", biasanya beliau kalau mau pergi-pergi selalu menawarkan mau ikut atau gak. Kalau misal gak ikut, pernyataan kedua yang terlontar adalah "Kalau gitu, Mas keluar sebentar boleh ya?". Saya cuma mengiyakan dengan syarat "Please jangan lama-lama". Meskipun entah realitanya gimana. Ahaha.

Akhirnya saya ikut. Bapak dan ibu mertua yang mau lihat-lihat sepeda sudah ready di dalam mobil. Keluarga kami memang sedang semangat untuk olahraga "bersepeda". Semoga pas punya sepedanya bisa istiqomah digunakan sebagaimana mestinya. Karena oh karena dulu di Depok saya hanya bertahan beberapa bulan saja. Awalnya memang semangat 45 tiap weekend bersepeda sama anak-anak di komplek atau di UI. Tapi setelah itu kok malas sekali, huhu.

Ini kapan cerita Ingkungnya sih?

Setelah survey sepeda dan harganya yang masha Allah, saya merayu suami untuk membelikan mie ayam yang ada di depan toko. Beliau menggeleng tegas. Saya tidak akan merajuk lagi karena akan tahu jawaban penolakan.

"Beli ingkung Le? Nyobain di Warung Ndeso?" Suara Bapak mertua. Suami hanya mengiyakan karena tidak mempunyai ide mau makan dimana.

Saya pikir lokasinya dekat, tapi ternyataaaaaaaa.... Tempat jualan sepeda di dekat jembatan layang Jogja, dan warung ndeso ada di dekat goa selarong, ahaha. Untung saja rasanya worth it. Jadi, nggak sia-sia kesana.

Benar-benar Ndeso

Kirain mertua sudah pernah datang kesana, ternyata belum. Ahaha. Beliau pengen kesana karena diceritain teman sekantor kalau Warung Ndeso itu menu ingkungnya lezat sekali. Suami menggunakan google map, sesekali berhenti untuk memastikan arah ke lokasinya tidak keliru.

Ini mah niat banget namanya. Mau makan saja harus muterin Bantul dulu, ahaha. Padahal kami dari Klaten.

Suasananya memang merepresentasikan Ndeso. Dari lokasinya saja terletak di pedesaan, karena kanan kirinya ada rumah warga (bukan perumahan ya). Benar-benar rumah yang ada di desa. Bentuk rumah makannya dari depan tampak seperti gubug. Saat masuk ada lesehan dan juga disediakan kursi dan meja bagi pengunjung yang malas lepas sepatu, ekekeke.

Jadi bentuknya kotak gitu, di bagian tengahnya bolong untuk kolam ikan dengan pancuran kecil. Yang ngajak balita pasti seneng banget nih. Karena bisa nyuapin sambil melihat ikan segar.


Sepanjang kami bersantap makan, alunan lagu Jawa mengalun merdu. Saya nggak ngerti lagunya tapi menikmatinya. Nah, awalnya pas kami datang itu masih sepi, jadi bisa memfoto leluasa. Tapi bakda magrib mulai penuh dengan pengunjung yang datang, parkir penuh dengan mobil-mobil. Bahkan sebelum Jam 7 malam, pramusajinya menolak beberapa pelanggan karena menunya habis.

Oh iya, bagi yang muslim, di samping parkir ada mushola kecil dengan tempat wudhu yang bersih. Makanya, kami senang saat datang di lokasi pas adzan magrib bisa melipir magrib setelah memesan menu.

Ingkung dengan Resep Khas

Suami menulis pesanan. Bapak langsung berseru "ingkung jumbo". Ternyata ada pilihan ingkung jawa jumbo dan ingkung jawa plus. Kami memilih ingkung jawa plus. Kayaknya bedanya di jeroannya. Kalau yang plus, yang ada ati ampela, eh ternyata benar. Ingkung ini harganya 140 ribu. Rasanya gimana? Endeus pisan. Worth it lah jauh-jauh dari Klaten buat makan sampai Bantul, ahaha.

Biasanya kalau ayam kampung agak alot dagingnya. Tetapi ini enggak. Rasanya gurih dan empuk. Kirain nggak habis dan harus dibungkus, ternyata kami berempat bisa menghabiskannya tanpa sisa termasuk dengan nasinya, hihi.

Kami juga memesan gudeg manggar yang dikombinasikan dengan bumbu krecek. Ini pertama kalinya saya menikmati kalau manggar bisa diolah jadi gudeg dengan rasa seenak ini. Oh iya, 1 porsi gudeg ini seharga 20 ribu. Ada juga olahan gudeg dari bunga pisang (tapi kata ibu saya lagi nggak boleh makan, heuheu).

Yang demen sayur mayur, bisa memesan tumis kangkung, tumis daun pepaya dan trancam yang harganya sangat terjangkau, 4 ribu. Kami nggak mau kalap mata, makanya memesan yang sekiranya bisa kami habiskan. Ingkung sama gudeg saja sudah membuat perut kami sangat kenyang, meskipun semula tergiur mau memesan ini-itu juga. Namanya saja yang Ndeso, tapi rasanya beneran khas lidah jawa!

Kami memesan nasi biasa 4 porsi yang dihidangkan dalam ceruk (bahasa jawanya cething, ahaha). Ada juga menu nasi uduk. Untuk minumnya kami memesan jeruk dan teh hangat yang disajikan dengan gula batu. Rasanya pas hangatnya dan manisnya. Karena biasanya pesan teh hangat tapi realitanya puanas banget sampai harus nunggu sampai agak dingin.
Hmm, yang pengen nyobain ayam kampung dengan bumbu khas, kalau luang bisa mampir disini. Cocok buat bersantai dengan keluarga

Read More »