Featured Slider

Tampilkan postingan dengan label Pregnancy. Tampilkan semua postingan

Melahirkan Nyaman dan Minim Trauma di Bidan Kita Klaten

Ben...

Terima kasih telah berjuang dengan Ibu

Malam itu, semesta memberikan tanda

Kamu ingin bertemu sesuai afirmasiku



***

Waaa, menuliskan ini buat refleksi, dan saya selalu tersenyum mengenangnya. Bahwa persalinanku—BERKESAN. Saya mengalami sakitnya kontraksi, tapi saya menguasai diri. Saya tetap merasakan sakitnya pembukaan, tapi saya menyadari hal itu menandakan kalau saya akan cepat bertemu Ben. Di dalam sana, Ben juga sedang berjuang menemukan jalan, dan saya sebagai Ibu harus memudahkannya dengan berdaya.

Dan, inilah cerita pertemuan pertama kami.....

Hal yang tidak pernah saya sesali adalah mendalami kelas yoga dan latihan napas di Bidan Kita. Manfaatnya tidak hanya pas persalinan, tapi sampai sekarang! Napas lebih panjang, emosi lebih tertata dan recovery tubuh saya lebih cepat. Saya merasa gerakan saya enak, tidak terganggu dengan jahitan bekas lahiran yang perih, ataupun terngiang kala kontraksi yang menyakitkan. Karena, saya melalui dengan sadar, tenang dan diarahkan oleh provider yang tepat. 

Baca selengkapnya di: Latihan napas dan yoga di Bidan Kita

Berat Badan Ben Besar

Sejak janin Ben berusia 32 weeks, saya belum menyadari kalau BB-nya over karena dokter waktu itu bilang tidak apa-apa. Setelah dokter saya kembali praktik, saya baru sadar kalau BB-nya sudah over. Bahkan di usia kandungan 34 weeks, beratnya sudah 3.1 kilo *senyum kecut*. Hal yang membuat saya meminta second opinion dan mengganti birth plan adalah ketika beliau nge-joke kalau saya harus operasi SC. Sebagai dokter sebenarnya hal tersebut hal yang wajar disampaikan sesuai dengan kompetensinya terhadap kondisi saya. Saya pun juga tidak mengelak kalau nantinya harus SC, tapi entah kenapa saya nggak suka sama becandaannya, huhu.

Btw, birth plan saya adalah melahirkan di bidan. Ada 2 tempat yang saya jadikan wish list. Saat terjadi risiko pun, saya sudah menentukan pilihan ke dokter siapa. Nah, saat usia kandungan saya sudah 36 weeks, saya ke klinik yang ada praktik SPOG-nya. Saya menjadikan list karena dulu waktu Ray, saya pernah yoga disini dan ada praktik dokter spesialisnya, sehingga saya berasumsi kalau nanti persalinannya akan dihandle dokter, tidak hanya bidan.

Seperti biasa, suami menunggu di mobil dengan Ray. Wajahnya kusem karena parkir mobilnya susah. Hal ini yang membuat kami berdua nggak sreg, selain lokasinya jauh. Dan hal lain yang membuat kami mencoret dari birth plan adalah ketika dokternya merujuk saya untuk opname di minggu depannya. Beliau bilang kalau BB Ben 3.8 kilo *amazing*. Saya minta diulang lagi USG-nya, apakah memang sebesar itu, tapi beliau bilang kalau BB-nya besar sekali dan lebih baik dikeluarkan minggu depan di usia 37 weeks.

Saya seperti dipaksa flashback di persalinan pertama, ketika saya harus diinduksi dengan 2 ampul cairan karena pembukaan Ray macet dan ketuban rembes. Waktu itu, saya masih minim pengetahuan, belum kenal latihan napas, yoga pun cuma bisa dihitung jari kanan.

Baca selengkapnya: Pengalaman Melahirkan Anak Pertama

Saat membayar di kasir, saya bertanya lebih jauh tentang anjuran dokter tersebut pada bidan. Seperti dugaan saya, nantinya akan diinduksi lewat infus. Dan persalinannya, meskipun disitu ada praktik dokter, tapi ketika persalinan yang menangani adalah bidan dengan bantuan dokter BY PHONE, bukan secara langsung. Anggap saja saya yang gagal paham, tapi karena saya sudah nggak sreg, saya tidak meneruskannya.

Bidan Kita, jawabannya

Setelah berdiskusi dengan suami, saya menghubungi hotline Bidan Kita untuk dijadwalkan konsultasi dengan Bidan Yessie. Ah iya, saya tetap melakukan treatment dan mengontrol pola makan, agar BB Ben tidak menyentuh angka empat, wkwkwk. Bye-bye es teh, nasi, kue dan gengnya. Saya lebih mengasup buah dan sayur serta wajib minum air putih 3 liter. 

Setelah selesai meeting dari Jogja, saya langsung ke Bidan Kita siang itu. Sebelumnya saya sudah sering nonton Bidan Yessie di instagram dan youtube, dan pertemuan pertama kami membuat saya mantap untuk bersalin disini. Saya cerita tentang BB Ben yang over, dan beliau melakukan USG dengan seksama sambil menjelaskan secara medis dengan bahasa yang saya pahami dan membuat saya lebih tenang.

Tenang bukan karena diiming-imingi kemudahan melahirkan, tapi saya dimotivasi untuk memberdayakan diri. Makanya PR saya banyak sekali. Setelah beberapa kali di-USG, BB Ben 3.45. Saya direkomendasikan untuk periksa ke Dokter Adi yang praktiknya di JIH untuk memastikan BB ini. Karena bagaimanapun, BB janin besar di perut memiliki beberapa risiko saat persalinan. Tapi bukan hal mustahil juga untuk melakukan persalinan secara pervaginam secara aman dan nyaman.


Bidan Yessie juga meminta saya untuk cek Gula Darah Sewaktu untuk memastikan saya tidak mengalami diabetes gestasional. Saya dan suami pun mengagendakan untuk kontrol ke Dokter Adi. Saya mendaftar via whatsapp yang lebih fleksibel. Alhamdulillah, hasilnya baik. BB Ben bukan 3.8 kilo seperti yang saya khawatirkan, tapi hasilnya sama seperti saat periksa di Bidan Kita, yaitu 3.4 kilo. Hasil GDS pun juga bagus. Kurang lebih saran Dokter Adi sama dengan Bidan Yessie; olahraga, rileks dan menjaga pola makan.

Saya masih tetap pergi ke kantor. Kerjaan bisa beres, saya pun bisa sekalian olahraga. Kalau di rumah hawanya mager, huhu. Kalau ke kantor, saya bisa power walking di peron stasiun, terus lanjut naik turun tangga ketika naik BST. Sampai halte masih jalan kaki lagi sampai kantor. Nah, pas di kereta saya bisa meditasi dan latihan napas selama 30 menit. Fyi, kereta bandara 1 gerbong cuma saya sendiri, jadi suasana hening gerbong membantu saya untuk meditasi. Makan dan minum juga tertib. 

Selain itu, emosi saya stabil banget. Meskipun capek badan, kalau sudah sampai rumah, saya bisa meluk-meluk Ray dan nemenin dia mainan. That's why, saya lebih memilih work from office daripada work from home sampai usia kehamilan 38 minggu. Karena saya bisa menang banyak :D. Saya memutuskan di rumah per tanggal 25 Februari 2021. 

Mengumpulkan Hormon Oksitosin

Siang itu, dua sahabat saya datang ke rumah. Mereka menawarkan mau diajak kemana, mau makan apa. Kami bertiga tiga hari nggak ketemu saja rasanya sudah satu abad. Sebenarnya, saya sudah mengalami flek, tapi darahnya hanya sedikit dan warnanya tidak tegas. Tapi saya tidak cerita ke siapapun tentang hal itu.

"Halah say, paling adiknya Ray ki setelah kami berdua pulang trus kontraksi”, seloroh Esti dengan gaya khasnya.

“Ayaa mau diantar kemana atau ingin makan enak apa sebelum lahiran?” Yuni menimpali.

Kami bertiga haha hihi dengan cerita random yang membuat kadar oksitosin saya meningkat. Sorenya saya masih keluar makan nasi goreng bareng Ray dan papinya. Perut saya sesekali mengencang. Sesampai di rumah, saya menemani Ray sampai tertidur. Papinya lembur kerjaan sampai shubuh seperti biasanya.

Jam 12 malam, saya terbangun karena merasakan sensasi perut yang kurang nyaman. Saya melepas pelukan Ray lalu beranjak ke kamar mandi. Ternyata celana dalam saya basah karena banyak lendir darah. Kontraksi perut sudah mulai intens, dan saya menghitungnya dengan aplikasi kontraksi nyaman Bidan Kita. Makin lama makin intens. Akhirnya saya telepon ke hotline Bidan Kita dan diminta ke Klinik kalau kontraksinya sudah interval 5-1-1.

Saya masih jalan kaki di dalam rumah, melakukan gymball dan mengatur napas. Saya meminta suami untuk memasukkan tas yang sudah saya siapkan jauh hari ke dalam mobil. Suami paham kalau saya sedang mengalami kontraksi dan segera memasukkan beberapa perlengkapan ke dalam mobil.

Saya pamitan sama Bapak Ibu di kamarnya. Ada air mata bening di mata Bapak yang saat itu sedang mengaji. Saya minta didoakan agar persalinan kali ini lancar. Ibu dan Budhe Endang melambaikan tangan di depan pintu. Lagi-lagi saya fokuskan napas sambil membenahi posisi duduk agar lebih tegak. Suami menggenggam tangan saya menguatkan.

Persalinanku Minim Trauma

Ben hadir sesuai afirmasi saya....

Suami lelah karena belum tidur, tapi saya yakin beliau semangat bertemu anak keduanya. Sesampainya di Bidan Kita, Mbak Ety dan Mbak Zulfa membukakan pintu. Sebelum diperiksa, saya ke kamar mandi dan tiba-tiba ada air berwarna hijau keluar banyak sekali. Itu adalah air ketuban dan sudah hijau, huhuhu. Saya mencoba rileks dan tidak panik.

Mbak Ety melakukan VT, dan saat itu saya sudah pembukaan 7. Secara bergantian, Mbak Ety dan Mbak Zulfa memeriksa denyut jantung Ben di dalam perut. Sekitar jam 5, saya pindah ke ruang bersalin dan suami mencari mushola untuk salat shubuh. 

Suara Bidan Yessie khas sekali dari luar ruangan. “Hallooooo..... bagaimana?”, ini pertemuan kedua kami dan beliau haaaaaangat sekali. Entah bagaimana harus mendeskripsikannya, tapi yang jelas, beliau bisa membuat saya lebih berani dan percaya diri untuk persalinan ini. Bau aromatherapy yang membuat saya lebih rileks, pendampingan bidan yang luuuuuuuar biasa cekatan. Alunan musik yang membuat saya lebih fokus pada napas daripada sakitnya kontraksi.

Bidan Yessie menawarkan beberapa pilihan posisi yang paling optimal untuk keluarnya janin. Saya juga diajari mengenali tubuh saya sendiri melalui napas. Selama 3 jam itu, saya trial error tentang napas yang paling nyaman untuk bertemu dengan Ben. Kalau kemarin ujiannya hanya melalui cubitan dan sebongkah es batu, saat itu adalah ujian yang sebenarnya—kontraksi.

Sekali dua kali aba-aba, Bidan Yessie dengan sabar memberikan pendampingan yang warbiasak. Mengusap kepala saya dengan olesan aromatherapy dan menyuruh suami saya untuk melakukan hal yang sama. 

“Yuk napasnya dipanjangin lagi, iyaaaaak gitu, pinteeer!”, beliau sekalipun tidak menjustifikasi kalau napas saya ternyata pendek. Ada yang ngusap-usap punggung saya yang panas. Ada yang menggenggam jemari dan menyemangati saya. Ada juga yang menyuapi saya. Suami mengusap kepala saya dengan wajah pias memaksakan tenang. 

Saat kontraksi datang, saya mencoba mengenali tubuh saya. Menghirup napas sepaaaaanjang mungkin. Dan mengejan dengan mengatur napas kembali. Sempat terlintas menghitung waktu, tapi pikiran itu saya buang jauh-jauh. Ada rasa ingin menyerah, tapi sekali lagi hasrat saya berpasrah untuk bertemu Ben kembali. Semakin hebat sensasi kontraksi, semakin dekat saya akan bertemu Ben.

Rambut Ben sudah kelihatan, air mata saya mengambang, tenaga dan energi saya kumpulkan lagi. Napasku patah-patah, tapi doaku terarah. Bidan Yessi mengarahkan panggul saya, memilihkan posisi yang paling nyaman dan menunggu pelan-pelan. Jam 8, kontraksi semakin  hebat, napas kupanjangkan lagi, doa kurapal dalam hati. Senter kepala Bidan Yessie menyala. Saya merasakan jari Bidan Yessie seperti menyangga kepala Ben agar pelan-pelan keluar. Tiga kali mengejan, akhirnya tangis Ben pecah.


Saya diinfus karena  banyak darah yang keluar. Dua kali diinjeksi bagian paha. Dan dijahit dua. Saya takjub saat tahu BB Ben 4.36 kilo. Dengan ridho Allah, kami bertemu dengan indah. Pemulihannya pun cepat. Saya memahami tentang makna gentle birth tidak lagi dalam tataran teori, tapi mempraktikkannya sendiri. 



Untuk cerita post partum di Bidan Kita, saya ceritakan di post kedua ya. Tentang treatment-nya, biayanya dan hal menyenangkan lainnya.



Read More »

Latihan Napas dan Prenatal Gentle Yoga di Bidan Kita


Btw, sejak usia Ben 20 weeks, saya mulai treatment di Bidan Kita. Buat memaksa tekat dan niat, saya memilih paketan—3 kali napas, 3 kali prenatal gentel yoga, ANC dan massage seharga 650 ribu. Sebelumnya hanya mengandalkan power walking, itupun seperti puasa daud, hari ini iya, besok enggak. Karena tahu diri, saya mulai memberdayakan diri biar lahirannya gampil, sekali bersin saja langsung keluar, wkwk.

Sebenarnya, channel youtube Bidan Kita banyak membagikan konten-konten gentle birth. PALUGADA, APA YANG LU MAU BIDAN KITA ADA. Balik lagi, saya butuh dipaksa dan butuh fasilitator/provider langsung untuk tahu apakah gerakan ini benar atau keliru. Parameter saya, kalau setelah treatment, tubuh saya lebih rileks, berarti gerakanku sudah benar. Jadi, kalo cuma nonton youtube rasanya kurang nampol. Tapiiii, kali ini saya latihan privat dulu, setelah tahu gerakannya, bisa praktik di rumah sendiri.

Latihan napas

Karena napas adalah koentji!

Latihan napas sama Mbak Arum

Klise sekali rasanya, tapi kalau yang bisa mempraktikkannya, pasti bisa jadi juara *senyum kalem*. Pernah merasa marah, emosi, sebal dan rasa nggak enak lainnya, terus kita tarik napas panjang banget lalu mengembuskan pelan? Saat berulang kali melakukannya efeknya bisa lebih nyaman dan tenang, kan? Saya kalo lagi cuapek banget terus hawanya pengen nge-gas, hal pertama yang saya lakukan adalah memanjangkan napas. Nah, setelah ikut latihan napas di bidan kita, napas saya mulai terlatih. Tidak hanya mengenal napas dada, tapi juga napas perut.

Menurutku, latihan napas dan prenatal gentle yoga ini adalah hal dasar yang dibutuhkan untuk mempersiapkan persalinan yang minim trauma. Mbak Arum mengajari saya napas perut yang benar itu seperti apa, karena saya masih suka terbalik-balik. Saat mengembuskan napas, perut mengempis dan saat menghirup napas, posisi perut mengembang. Makin lama (usahakan) makin panjang. Posisi punggung saya yang sering membungkuk sering dikoreksi, karena untuk memperoleh napas yang panjang, posisi bahu tegak dibuang ke belakang. Hal-hal beginian yang tidak saya dapat kalau hanya mengandalkan youtube :D.

Dan saya baru tahu kalau dalam latihan napas itu ada ujiannya, lho. Di sesi pertama, ujiannya dengan cubitan. Mbak Arum mencubit beberapa titik, awalnya berasa tapi ketika saya fokus pada napas, cubitan yang lama-lama kencang jadi tidak terasa sakit. Di sesi napas lainnya, Mbak Ety menguji pakai es batu. Tangan saya dicelup ke es batu, dan saya fokus ke napas perut. Pas pertama dicelup rasanya pengen langsung ngangkat tangan karena kayak ditusuk jarum. Saat saya mencoba fokus ke napas lagi, dinginnya es yang membuat tangan nggak nyaman menjadi biasa karena mungkin kebas. Makin lama tangan dicelup dan dioles dengan es batu lagi. Saya mencoba fokus ke napas lagi. Sampai sesi selesai, saya lulus ujian dengan es batu 😊)). Di rumah disuruh latihan pakai es batu sendiri biar lebih panjang napasnya.

Meskipun fasilitatornya berbeda-beda, karena di Bidan Kita sesuai shift yang jaga, tetapi ada record-nya kok. Saya awalnya was-was karena tipikal kurang nyaman kalau treatment berganti-ganti orang, tapi disana enak semua. Sekarang Mbak Arum, besok Mbak Ety, lusa Mbak Firda atau Mbak Zulfa. Saya yang awam dan mengajukan segudang pertanyaan, dijawab dengan (((membumi))).

Latihan napas ini tidak hanya membantu saya dalam persalinan Ben yang beratnya 4,36 kilo, tapi juga membantu saya mengelola emosi ketika capek dan lebih gentle dalam pengasuhan Ray yang lagi aktif-aktifnya. Kalau lagi capek, napas panjang-sadari-berhenti sejenak dan legaan. Setelah persalinan pun, saya masih latihan napas secara mandiri setelah bangun tidur, sebelum tidur dan sisanya bisa kapan saja sesuai kebutuhan.

Prenatal Gentle Yoga

Karena pandemi, saya searching ke 4 fasilitator yoga yang menyediakan yoga privat. Akhirnya pilihan jatuh ke Bidan Kita. Rasanya mau meluk-meluk Mbak Ety, Mbak Zulfa sama Mbak Firda deh yang menjadi fasilitator yoga saya. Fasilitatornya ganti-ganti tapi mereka enak banget kalau pas latihan. Again, untuk satu treatment, saya biasanya gak nyaman kalau ganti-ganti fasilitator. Biasanya ada pembandingan, kok ini begini sih, enak yang itu. Entah kenapa kali ini saya bisa nge-blend sama semuanya.

Tengah Mbak Zulfa, paling kiri Mbak Firda, trus yang pake kiteks Mbak Ayaa :p

Napas sama yoga ini paket combo yang bikin saya bebas dari sakit punggung selama kehamilan. Saya juga punya habbit punggung agak membungkuk, tapi sampai sekarang saya selalu membetulkan posisi tersebut dengan sadar. Seringkali kita gak sadar kalau kita jalan atau duduk dengan posisi sedikit membungkuk, padahal itu bikin capek banget lho. Coba sekarang berlatih dengan sadar buat menegakkan bahu biar napasnya lebih legaan.

Nah, setelah percaya diri ikutan kelas privat, saya mulai beli gymball, bahkan sampe dua biji biar nggak rebutan sama Ray. Dan seisi rumah juga demen pakai gymball, ahaha. Beli balok dua biji juga, tapi fungsinya ga optimal kalau yoga mandiri di rumah. Ikutan prenatal gentle yoga bikin bobo lebih pules, badan lebih seger, dan emosi lebih tertata, ahahah. Padahal kerjaan lagi padet banget, suami pun ada project yang nggak bisa diganggu. Otomatis wajib menjaga ritme biar nggak capek, karena kalo capek rentan berantem. Senggol dikit saja bacok. So, buat yang lagi hamil, latihan napas sama prenatal yoga ini bisa jadi treatment dasar untuk mengupayakan persalinan yang nyaman dan minim trauma.

Yok berdaya yok!




Read More »

Hamil Lagi


Saya lagi hobby banget lari. Entah pagi atau sore, saya menyempatkan buat lari. Awalnya jalan kaki dari rumah, trus kalau nemu spot yang agak sepi, biasanya saya lari keliling semampu saya. 
Kalau di tempat mertua, ada taman desa yang bagus banget. Jadi saya bisa bawa Ray juga. Dia main ayunan di taman, saya bisa lari keliling taman beberapa kali. Setelah merutinkan lari, badan rasanya lebih enak dan napas lebih panjang. Tidurpun jauh lebih nyenyak. 

Nah, pas di Solo, saya sudah niat kalau pagi mau belanja sayur sekalian olahraga. Berangkatnya lari, pas pulangnya bawa belanjaan dengan jalan kaki. Tapi saya merasa aneh banget kok telat haid hampir seminggu. Mau mengabaikan tapi was-was juga. Soalnya pas Ray saya juga mengabaikan telat haid dan kuat banget naik motor pulang pergi Solo Klaten. Keliling Klewer sambil nenteng oleh-oleh haji buat dibagikan pas Bapak Ibu pulang dari Makkah. Eh, pas testpack ternyata hamil, huhu. Kasih sayang Allah karena memberikan penjagaan yang baik. 

Hamil lagi

Akhirnya selepas magrib minta tolong anter suami beli testpack di apotek. Di kamar mandi kayak masih belum percaya kalau hasilnya garis dua. Malamnya ngobrol dan beneran masih nggak percaya, ahahaha. 

Ray masih nenen waktu itu. Kami ngasih tau kalau dia mau punya adik kecil sekalian dan sounding mau disapih. Pulang Klaten mampir ke dokter kandungan dan memang sudah ada kantungnya. Dokter menegaskan kalau Ray waktunya disapih karena udah 2 tahun juga. 

Selang seminggu kami masih belum ngasih tau keluarga kalau saya hamil lagi. Tapi akhirnya satu per satu juga tau, hehe. 

Sekarang 26 Minggu, Bismillah sehat. 

Saya memang ga cerita kalau hamil lagi, kebanyakan dari mereka bertanya atau menebak, baru saya mengiyakan kalau sedang hamil. Kalau ditanya usia kandungan berapa saja, saya loading dulu menghitungnya. Pas banget kemarin mau ikut yoga ditanyain usia kandungan berapa weeks, saya mantap bilang 24 weeks, ternyata pas di hitung sama bidan sudah masuk 26 weeks *auto bengong.

Ya Allah, karuniakanlah kami anak-anak yang sehat, cerdas dan soleh/solehah. Aamiin





Read More »

Tip Mengatasi Kulit Kering dan Kusam Saat Masa Kehamilan


Hamil pertama Ray merupakan surprise bagi perkawinan saya dan suami yang saat itu sudah satu atap dan tidak Long Distance Mariage (LDM) lagi. Sebelumnya kami memang terpisah jarak, Jakarta-Klaten. Setiap 1 atau 2 Minggu sekali, salah satu diantara kami yang memiliki waktu senggang, langsung beli tiket kereta untuk bertemu.

7 bulan menikah, saya hamil. Kami termasuk yang santai banget soal momongan. Kalau dikasih cepat, alhamdulillah, misal harus menunggu pun tidak apa-apa. Jadi pertanyaan “sudah isi belum?” tidak membuat kami baper.

Rentang 7 bulan itu, saya ikut beberapa event yang membahas tentang pregnancy dengan harapan bisa memiliki bekal ilmu saat kehamilan nanti. Realitanya, masih banyak hal yang ternyata belum saya tahu. Menjadi ibu membuat saya belajar banyak hal-hal baru. Beberapa masalah yang saya temui, memaksa saya harus mencari tahu. Salah satunya tentang masalah kulit saat hamil Ray.

Selama hamil, kulit saya sangat kering dan kusam. Setelah membaca beberapa referensi, ternayata ada beberapa penyebab kulit kusam saat hamil

1. Chloasma

Sejak merasa kulit saya kering dan kusam, saya langsung browsing penyebab dan cara mengatasinya. Waktu itu pengetahuan saya memang terbatas mengenai skincare yang aman untuk ibu hamil. Rasanya paranoid saja, takut kenapa-kenapa.

Nah, saat hamil, selain bentuk fisik yang berubah, kadar hormon estrogen dan progesteron juga mengalami perubahan. Sehingga hal tersebut memengaruhi kulit selama masa kehamilan. Jadi, memang wajar kalau kulit terlihat kusam dan di beberapa titik timbul flek hitam.

Flek hitam tersebut biasanya muncul tidak teratur di bagian wajah. Kalau saya di pipi bagian kanan, dahi dan hidung. Kalau istilah kedokteran, kondisi ini dinamakan chloasma atau melasma. 

Hmm, saya baru paham kalau saat hamil, pigmen melanin yang merupakan pigmen berwarna gelap, akan lebih banyak dihasilkan ketika kulit terpapar siar matahari. Benar saja, saat itu saya masih bolak balik Klaten Solo untuk menyelesaikan tesis.

2. Mual dan muntah

Siapa yang mengalami mual dan muntah saat hamil? Saya sempat merasakannya. Bahkan sampai trimester kedua, saya masih mengalami rasa mual dan muntah. Kok bisa pengaruh sama kulit sih? Ternyata kalau intensitas muntahnya lebih sering dan tidak diimbangi dengan asupan nutrisi yang masuk, tidak hanya si ibu yang rentan untuk dehidrasi, kulit pun juga! Huhu.

Saya juga lumayan kepayahan waktu itu, karena tiap apa yang saya makan, rasanya perut mual dan akhirnya muntah. Saya concern menjaga asupan makan dan minum, tapi ternyata intensitas muntahnya sering. Dan saya baru paham kalau hal tersebut menjadi faktor kulit menjadi lebih kering dan kusam.

Buat yang lagi ngidam, merasa mual dan muntah, jaga asupan nutrisinya ya! Untuk janin, kekuatan ibu dan tentunya demi kulit lebih glowing.

3. Skincare

Honestly, saya takut memakai skincare saat hamil. Ada beberapa skincare yang memang aman dipakai untuk ibu hamil dan menyusui, tetapi lagi-lagi saya tidak percaya diri untuk memakainya. Jadi, sebenarnya memakai skincare saat hamil sangat membantu mencegah dan mengatasi kulit kusam dan kering. Dalam kasus saya, karena saya sempat skip memakai skincare, mungkin menyebabkan kulit saya lebih kering dan kusam.  

Jadi, misal teman-teman sedang hamil, silakan tetap untuk memakai skincare agar kulit tetap lembap. Tetapi pastikan dulu produk-produk yang dipakai aman atau tidak ya untuk janin. 

Dari beberapa permasalahan tersebut, ada beberapa tip yang saya terapkan untuk mengatasi kulit kusam saat hamil Ray. Nah, teman-teman juga bisa nyobain juga tipsnya agar hamil nyaman glowing luar dalam

1. Tidur berkualitas

Siapa yang merasa tidurnya kurang berkualitas saat hamil? Saya! Trimester pertama saya mengalami insomnia. Tidurnya kebalik. Malam nggak bisa tidur sampai shubuh, siangnya ngantuk berat dan pusing, huhu. Setelah konsultasi ke dokter, saya dianjurkan untuk beraktifitas yang mengundang kantuk saat malam hari, seperti membaca dan mengurangi  penggunaan gadget

Kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan kantung mata dan merusak kolagen—zat protein yang membuat kulit kenyal dan halus. Dalam keseharian sebaiknya memang kita dianjurkan untuk memiliki waktu tidur yang berkualitas, apalagi ketika masa kehamilan.

2. Minum air putih yang cukup

Poin 2 ini juga effort sekali buat saya. Kalau untuk orang biasa, anjuran minum adalah sebanyak 8 gelas atau setara 2 liter setiap hari. Untuk Ibu hamil tambah 2 gelas, menjadi 10 gelas atau setara dengan 2.5 liter per harinya.  

Untuk memenuhi asupan air yang cukup ini, konsekuensinya saya harus sering BAK ke kamar mandi. Dalam kondisi mual dan muntah, kondisi seperti ini membuat capek banget, huhu. Kayak baru aja ke kamar mandi kok ke kamar mandi lagi, sih, ahaha. Meskipun begitu, teman-teman yang sedang hamil jangan sampai kekurangan asupan air putihnya ya. Agar tidak dehidrasi dan kulitnya tidak kusam :*.

3. Perbanyak sayur dan buah

Wuhuuuuu, yang tidak kalah penting selain asupan air adalah sayur dan buah. Kalau tidak mengalami mual dan muntah, mungkin hal ini tidak masalah. Tapi berbeda halnya buat yang ngidam, mual dan muntah. Butuh trik biar nafsu makan tetap terjaga. Apalagi kalau pengen makan yang serba pedas atau asin biar mulut ga terasa pahit setelah muntah.

Kalau saya memilih buah yang banyak airnya dan segar di mulut. Jeruk, pepaya dan strawberry. Untuk sayu alhamdulillah saya tidak terlalu pemilih. Apa yang dimasak Ibu, saya selalu lahap makan. Menurut penelitian, sayur dan buah dapat membantu memelihara kulit agar lebih segar dan sehat.

4. Memakai pakaian yang tertutup ketika keluar

Karena di saat kehamilan pigmen melanin meningkta, jadi sebaiknya kalau keluar rumah memakai pakaian yang menutup kulit. Bagian muka bisa memakai masker. Hal itu bisa mengurangi dan mencegah kulit kita terpapar sinar matahari.

5. Memakai pelembab dan tabir surya

Poin terakhir adalah tentang skincare yang aman buat ibu hamil. Sehingga pas hamil bisa tetap glowing luar dalam. Apalagi pemakaian sunscreen, ya. Ternyata setiap hari dianjurkan untuk memakainya. Tidak harus keluar rumah, pas di dalam rumah pun juga disarankan untuk memakainya. 

Salah satu skincare andalan saya yang aman untuk ibu hamil dan menyusui adalah mama’s choice daily protection face moisturizer.


Review Mama’s Choice Daily Protection Face Moisturizer.

Produk ini merupakan salah satu produk Mama’s Choice yang aman dan bebas toksin, sehingga aman digunakan untuk ibu hamil dan menyusui. Nah, yang sedang mencari sunscreen yang melembabkan di kulit, daily protection face moisturizer ini bisa menjadi #PilihanAmanMama.

Formula daily protection face moisturizer spesial di-launching untuk Ibu hamil dan menyusui, di bawah ini keunggulannya:

Dermatologically tested 
Bebas paraben dan retinol
Tidak mengandung chemical sunscreen—yang berbahaya untuk kulit sensitif
Non comedogenic, non fragrance, non alcohol
No Hydroquinone
Paraben free & retinol free

Meskipun klaimnya difokuskan untuk ibu hamil dan menyusui. Tapi produk ini bisa menjadi rekomendasi untuk segala jenis kulit, baik kering, kombinasi maupun kulit kombinasi, lho. Saat ini saya masih menyusui Ray, makanya pas nyobain produk ini dan cocok di kulit wajah, rasanya senang sekali. 

Setelah saya baca dengan seksama dalam daily protection face moisturizer adalah natural rice extract yang fungsinya melembabkan dan menghidrasi kulit agar tampak lebih kenyal dan glowing. Selain itu ada mineral sunscreen dengan SPF 25 PA++ untuk memproteksi kulit dari paparan sinar matahari. Terdapat hyaluronic acid-nya juga yang berfungsi untuk mencegah penuaan dini.

Meskipun saat ini kita sedang physical distancing dan membatasi libur kerja maupun jalan-jalannya. Tapi saya tetap menjaga kesehatan kulit agar tetap cerah di rumah aja. Salah satunya dengan tetap menggunakan pelembap dan juga sunscreen dengan daily protection face moisturizer.

Buat teman-teman yang mau nyobain produk ini ataupun produk  Mama’s Choice yang lain, bisa langsung order di Shopee ya (https://mamaschoice.id/shop/). Untuk mendapatkan potongan saat belanja disana, teman-teman bisa memakai kode “MAMANURSL” saat pemesannya. Lumayan banget lho, dapat potongan 25 ribu dengan pembelanjaan minimal 150 ribu.

Bye-bye kulit kering dan kusam! Biar #MamaGlowingLuarDalam bisa nyobain #SkincareRamahBumilBusui dan pastikan #PilihanAmanMama ya :)

Read More »

Cerita tentang Ngidam Saat Hamil Ray

Hallo teman-teman, khususnya yang sudah pernah atau sedang hamil nih. Kalian mengalami ngidam nggak? Waktu hamil Ray kemarin, saya juga sempat mengalami hal ini. Meski beberapa orang menganggapnya mitos, tapi banyak juga lho yang mempercayai kalau ngidam ini wajib dituruti, hehe.


Kakak ipar dan mertua saya menasihati saya kalau ada yang memang lagi dipengenin, saya disuruh bilang, jangan dipendam sendiri. Karena ipar saya pengalaman waktu dia hamil anak pertamanya dan ngidam kiwi, dia hanya memendamnya dalam hati. Dan ketika anaknya lahir dan ngeces selama 3 tahun, beliau dan sekeluarga mengaitkannya dengan ngidam kiwinya yang nggak keturutan. 

Lagi-lagi, meskipun secara ilmiah tidak terbukti kalau ngidam dan ngeces itu ada hubungannya. Tetapi toh banyak yang menghubungkan atau cocoklogi, hihi.

Kali ini saya mau cerita juga nih pengalaman ngidam saya. Dan alhamdulillah keturutan semua ☺👌

1. Pempek

Saya pengen banget makan ini. Mencari sampai 4 penjual nggak ada yang cocok di lidah, huhu. Akhirnya saya impor langsung dari Palembang. Kebetulan salah satu teman blogger ada yang share jualan pempek. 

2. Mangga malam

Mangga malam yang masih muda rasanya katanya kecut banget. Tapi saat ngidam, saya makan mangga malam dicocol pakai garam rasanya enak sekali. Kebetulan juga, waktu itu lagi musim mangga. Alhamdulillah ngidamnya keturutan.

3. Burger

Sempat hopeless kalau ngidam burger ini nggak akan keturutan karena outletnya hanya di Jabodetabek. Saya beli yang versi KW yang jual di pinggir jalan, tapi rasanya tetap beda 😔. Bulan September tahun lalu, teman ngabarin kalau outlet burgernya sudah buka di Jogja. Alhamdulilah keturutan lagi setelah nahan 3 bulan, hihi.

4. Manisan rambutan dan durian

Untuk rambutan mungkin nggak masalah ya. Pas banget musim, seikat 2500 di pasar, dan saya langsung bikin manisan sendiri. Yang sempat waswas itu ngidam durian. Saya sampai konsultasi dokter tentang hal ini. Lha masak yang lain makan, saya cuma nyium baunya aja? Hiks. Dan kata dokter, BOLEH MAKAN DURIAN asal tidak banyak-banyak. Ah, keturutan lagi alhamdulillah. Ray nggak jadi ngeces *eh.

5. Nasi padang

Ketika ngidam, saya seminggu berturut-turut makan menu masakan padang. Untung lidahnya cocok sama warung padang dekat rumah. Gak perlu impor dari padang kayak pempek tadi, ahaha.

Ngidam merupakan pengalaman yang mengesankan buat saya. Karena kalau nggak ngalamin sendiri, mungkin saya akan semena-mena kalau ngebetnya ibu hamil itu hanya rajukan manja untuk suaminya. Ahaha. 


Mual dan muntah

Selain ngidam, saat hamil saya juga mengalami mual muntah. Rasanya nggak enak dan sangat mengganggu, apalagi hal tersebut tidak hanya di trimester awal saja. Nah, beberapa hal ini saya lakukan biar mual dan muntahnya nggak mengganggu aktifitas:

1. Konsultasi dokter

Mual dan muntah saat hamil itu wajar karena meningkatnya hormon hcg. Menjadi tidak wajar kalau intensitasnya berlebihan. Saya diresepkan obat untuk meredakan mual saat muntah.

2. Mengatur pola makan

Meskipun ngidam macam-macam, saya tetap mengontrol asupan nutrisi saya. Saya mengurangi menginsumsi makanan pedas, kecut, bersantan dan berminyak. 

3. Mengonsumsi jahe

Saat hamil, saya mengonsumsi jahe untuk meredakan mual dan muntah. Semula bikin air jahe sendiri. Tapi lama-lama kok ya repot harus nguprek di dapur. Kelamaan di dapur justru membuat saya mual, huhu.

Lalu saya direkomendasikan salah satu sahabat saya untuk mengonsumsi herbadrink sari jahe. Karena terbuat dari bahan alami, saya pun membeli dan mulai mengonsumsinya. Tentunya saya berkonsultasi dengan dokter saat mengonsumsi jahe. Dan beliau membenarkan kalau memang jahe dapat mengurangi mual dan muntah.

Oh iya, manfaat jahe saat masa hamil ternyata tidak hanya mengurangi mual dan muntah saja lho. Nih, saya share juga khasiat yang didapat ketika saya mengonsumsi jahe saat kehamilan:

  • Melancarkan sistem pencernaan. Ada yang mengeluhkan sembelit saat hamil? Di trimester kedua, saat mulai mengonsumsi jahe, keluhan sembelit ini berangsur berkurang.
  • Lebih Rileks. Saat mual dan muntah, saya biasanya langsung pusing dan stress (moody dan mudah marah). Menyesap jahe ketika sore hari, membuat saya jauh lebih rileks.
  • Meningkatkan sistem imun pada tubuh. Karena mual dan muntah jadi gampang masuk angin kan ya saat hamil. Kandungan vitamin C pada jahe membantu ibu hamil untuk tetap fit dan tidak mudah masuk angin. 
  • Membangkitkan nafsu makan. Tidak hanya dikonsumsi saat sore hari, ketika morning sickness pun, jahe sangat berkhasiat untuk memulihkan nafsu makan yang sempat drop. 
Kenapa Herbadrink Sari Jahe?


Beberapa alasan ini membuat saya memilih herbadrink sari jahe untuk dikonsumsi saat kehamilan:

💓 Terbuat dari bahan alami. Karena terbuat dari bahan alami, tentunya aman untuk dikonsumsi.
💓 Tanpa pengawet. Diolah dan dibuat dari resep tradisional dan bebas dari bahan pengawet, lho!
💓 Praktis. Tinggal sobek sachet-nya, seduh dan minum. Tidak perlu nguprek di dapur. Praktis kan?
💓 Ekonomis. Harganya juga terjangkau kok. 1 box isi 5 sachet seharga Rp. 10.500. Worth it sama manfaatnya kok.
💓 Mudah didapat. Bisa dibeli di supemarket saat belanja bulanan atau via online. Saya biasanya beli ketika belanja bulanan, kalau stok habis, baru beli via online.


Selain alasan diatas, kebaikan alami dari herbadrink sari jahe membuat saya lebih rileks menjalani kehamilan karena bisa mengurangi mual, muntah, sembelit dan meningkatkan imunitas tubuh saya. Oh iya, ada herbadrink sari temulawak dan sari lidah buaya juga lho, siapa tahu teman-teman mau mencoba kebaikan alami herbadrink juga 💖💖💖.

Nah, ini pengalaman ngidam saya ketika hamil Ray dan drama mual muntahnya. Teman-teman punya pengalaman yang sama juga? Yuk sharing 😉




Read More »

Review Mesin Cuci Polytron 1 Tabung


Produsen elektronik dari brand Polytron memang menjadi brand ternama yang menjadi primadona bagi masyarakat. Saat ini, Polytron telah berhasil meluncurkan produk mesin cuci Polytron 1 tabung yang memiliki banyak kelebihan sehingga dapat memudahkan dan memanjakan  konsumen yang menggunakannya. Mengingat bahwa untuk peran dan fungsi mesin cuci dijaman sekarang ini menjadi barang elektronik yang banyak diincar karena kemudahan dalam penggunaannya. Nyuci jadi mudah euy!

Dengan adanya mesin cuci inilah yang akan lebih memudahkan proses pencucian pakaian yang tidak akan menghabiskan banyak tenaga, terlebih lagi apabila pakaian kotor sudah menumpuk, sehingga peran dari mesin cuci ini pun sangatlah dibutuhkan. Namun sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian mesin cuci 1 tabung dari Polytron, maka teman-trman dapat melihat dari segi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh mesin cuci Polytron.

Melakukan pembeliannya pun juga sangatlah mudah, karena kita dapat melakukan pembelian mesin cuci Polytron 1 tabung di beberapa toko online terpercaya maupun di beberapa toko elektronik yang ada di dekat rumah. Dengan banyaknya pilihan tersebut, teman-teman yang akan lebih mudah dalam melakukan pemilihan pada jenis mesin cuci yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan yang  dibutuhkan.

Berikut ini kelebihan yang dimiliki oleh mesin cuci 1 tabung dari Polytron, yaitu sebagai berikut ini:

Polytron menjadi produk primadona yang dilengkapi dengan teknologi keluaran terbarunya, yaitu dapat melakukan proses pencucian pakaian yang dapat dilakukan dengan cara otomatis sampai dengan proses pengeringan tanpa memindahkan pakaian dari tabung.

Polytron satu tabung memiliki kesempurnaan pada teknologinya yang ada di dalamnya, karena untuk penggunaan airnya bisa terus berputar dan juga mencuci pakaian meskipun debit air pun juga akan mengalir menjadi sangat minim maupun hanya berupa tetesan.

Polytron selalu menyuguhkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya, hal ini dapat dibuktikan dengan produk Polytron yang lebih menghemat penggunaan airnya.

Polytron juga memberikan teknologi yang berguna untuk lebih menghemat pada penggunaan listrik serta penggunaan deterjen yang lebih menghemat lagi.

Untuk proses pencuciannya pun juga dapat dilakukan hanya dengan satu tombol, sehingga pengguna tidak perlu merasa repot untuk mengatur pada proses pencucian pakaian.

Dapat untuk proses pencucian, proses perendaman dan juga proses penimbangan sesuai dengan kebutuhan airnya dengan begitu maka proses pengeringan pun dapat dilakukan secara otomatis dan lebih praktis.

Produk Polytron yang dihadirkan di pasaran ini pun juga mampu memberikan garansi pada produknya hingga 12 bulan. Tidak hanya itu saja, Polytron pun juga sudah memiliki layanan service center yang sudah tersebar luas di Indonesia, sehingga apabila mengalami kerusakan tidak perlu merasa khawatir lagi, karena kita dapat menggunakan layanan servis yang ada di dekat Anda dan hal ini pun tentunya akan lebih memudahkan diri kita.

Dari sekian banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh mesin cuci Polytron 1 tabung yang ada di pasaran inilah yang akan lebih memudahkan kita dalam melakukan pembeliannya sekaligus bisa merasakan kemudahan pada saat akan melakukan pembelian mesin cuci 1 tabung dari Polytron, dengan begitu maka kita pun bisa menjadikan Polytron sebagai mesin cuci yang terpercaya yang mampu memberikan kualitas terbaik dan terpercaya.

Read More »

Untuk Anakku


Hai Naak,

Saat ini kamu sedang senang-senangnya di bagian kanan perut ibu. Entah itu kaki, tangan atau bagian tubuhmu yang lain, hal itu membuat ibu makin excited mengajakmu berbicara.

Sudah 38 Minggu, mau kapan ketemu Ibu, Naak? Ingin menuliskan ini di usiamu yang ke 37 Minggu, ketika dokter Azzam bilang kalau kamu sudah 3.3 kilo. Ibu hanya senyum-senyum merasa guilty karena suka makanan yang manis-manis dan membuatmu cepat bertumbuh besar dalam rahim ibu.

Terima kasih untuk selalu kuat, Naak. Apalagi seminggu terakhir ini Ibu seperti rungsing menyelesaikan pekerjaan Ibu sebelum menyiapkan pertemuan kita. Kamu nice sekali saat seharian ibu berjibaku kemarin. Sesekali ibu mengusap perut dan mengajakmu berbicara lagi dan lagi. Menanyakan kamu sedang apa, nanti mau makan apa dan berjanji saat usiamu 38 Minggu, Ibu akan concern menyambutmu.

Ibu menepatinya, Naak. Ibu mencoba menepati janji untuk fokus bertemu denganmu. Menyiapkan popokmu, sarung tangan, bedong dan perlengkapan lainnya ke dalam tas cokelat pemberian Mbak Khansa. Ibu juga rajin jalan kaki, berenang dan yoga. Menyugesti dan mengafirmasi diri Ibu untuk lebih nyaman bertemu dan menyusuimu nanti.

Naak,

Banyak yang mendoakanmu. Bahkan mencintaimu, padahal belum pernah sekalipun bertemu. Ada Kakung (Bapak dari Ibu) yang semangat sembuh dari diabetesnya karena ingin mendoakan kelahiranmu dan juga menggendongmu. Uti (Ibu dari Ibu) yang sejak awal menginginkanmu, selalu saja menanyakan "Anakmu mau makan apa?" Padahal kamu masih berada di perut ibu. Uti yang sepulangnya dari haji berlari menuju ibu untuk memberikan kurma yang katanya bisa mempercepat memberi keturunan, padahal saat itu di rahim ibu sudah ada kamu berusia 10 Minggu. Bagaimana ibu melihat Uti berkaca-kaca waktu mendengarnya. Ia tergugu karena merasa doanya di Baitullah dibayar lunas saat pulang.

Ibu sudah menyiapkan nama untukmu, Naak. Sebenarnya papimu yang mendapatkan previlage ini, tapi ibu merengek untuk mengusulkan nama panggilanmu. Semula papi tidak setuju dan manyun, namun melihat ibu selalu mengajakmu bicara dan memanggil namamu, papi menjadi luluh. Ah iya, panggilan "papi" yang semula terdengar weird menjadi familiar. Papi ingin dia memanggilnya dengan sebutan itu, Naak. Ia pun juga sudah tidak sabar untuk bertemu dan mengadzanimu.

Kata dokter, kamu belum masuk panggul Ibu. Tidak mengapa, Naak. Ibu akan lebih giat mengajakmu jalan pagi dan sore mengelilingi pasar dekat rumah. Kamu suka kan? Saat ibu menceritakan tukang buah langganan ibu. Tempat sayur yang harganya murah. Sampai-sampai 2 kilo jalan kaki bolak-balik tidak terasa. Sepertinya kamu juga menikmati yoga yang ibu lakukan ya? Setiap tarikan nafas yang ibu lakukan, beberapa kali perut Ibu kaget ditendang. Beberapa gerakan membuat ibu lebih rileks menata emosi, nafas dan seakan-akan menyatu saat mengajakmu berbincang dalam diam. Membujukmu agar mau masuk panggul Ibu.

Naak,

Ketika kata "rileks" menjadi benar-benar absurd maknanya, ibu selalu ingat kamu yang juga berjuang untuk tetap sehat di rahim ibu. Keegoisan ibu lama-lama meluruh pelan-pelan. Sesekali menangis tanpa sebab, sedih tanpa alasan dan mood swing yang membuat ibu sering uncontrolled. Dan kamu adalah muara penyembuhnya, meskipun banyak yang bilang itu wajar karena "hormon" kehadiranmu. Tapi, ibu berkali-kali minta maaf padamu saat air mata itu bercucuran. Ketika perasaan ibu tak menentu. Lagi-lagi, kamu yang menguatkan ibu. Karena selama 38 Minggu ini kamu sungguh kuat menjadi penyemangat ibu.

Naak,

Dalam hal ini, yang paling berat bukanlah melawan orang lain. Tetapi melawan diri sendiri. Ah, rasanya terlalu dini menceritakan tentang ini, Naak. Tapi akhir-akhir ini, ibu melawan diri ibu sendiri,  tentang ego, ambisi dan hal-hal yang membuat kata "rileks" menjadi abu-abu. Doktermu bilang kalau kamu bisa merasakan apa yang ibu rasakan, maka ibu semangat untuk selalu memberikan dan mengafirmasi sesuatu yang positif, agar kamu merasakan nyaman di rahim ibu.

Sampai bertemu nanti, Naak. Bertemu ibu, papi, eyang-eyang dan orang-orang yang juga menunggumu. Ada titipan cinta dan doa dari mereka untukmu, semoga kamu senantiasa sehat selalu dan lancar saat bertemu ibu.

Cinta ibu untukmu lewat tulisan ini, Ray. Semoga menjadi berlian ibu dan papi.
Read More »

Body Shaming pada Ibu Hamil

Karena bercanda tidak sekonyol itu!

Kalau ngobrol yang nggak sefrekuensi lebih baik ditinggalkan. Karena hasilnya ga bakalan enak. Pertama, kita hanya akan memaksakan diri untuk memahami. Kedua, kita mencoba menahan diri untuk tidak ikut membalas menyakiti. Ketiga, kita sama-sama tidak beretika.

Tapi, di zaman sosial media yang tinggal klak-klik gini, gampang banget buat ketemu teman. Maksudnya tidak harus bertatap muka dengan mereka. Nah, biasanya kalau jarang ketemu, obrolan awalnya adalah kabar kan? Eh belum tentu, ahaha.

Pertanyaan kabar adalah sesuatu yang standart. Yang bikin keki itu kalau pertanyaannya basa-basi dan membuat kita bingung mau menjawab apa. Atas nama "becanda" atau "perhatian" tapi justru terkesan garing dan konyol. Sampai-sampai membatin "mending nggak usah komen atau nanya sekalian deh ya".

Menarik banget pas baca artikelnya Mbak Ira di webnya KEB tentang lelucon yang tidak lucu. Dan body shaming termasuk dalam salah satu hal yang dituliskannya sebagai pertanyaan basa basi yang memang nggak lucu. Karena saya baru saja mengalaminya, ekeke.

Beberapa orang berkomentar tentang tubuh saya yang mekar dimana-mana. Alhamdulillahnya kok saya pas in a good mood, sama sekali nggak tersinggung sama pertanyaan atau pernyataan mereka yang cenderung kaget kalau saya gendut (yaiyalah lagi bunting :D). Hal yang kentara sekali adalah di bagian pipi. Beneran deh, bisa mekar sekali kayak gitu, saya pun juga heran, hihi.

1.Kamu chubby sekali, tambah buleeeeeeet. Hamil jangan nambah banyak2 ah. I keep smile. Beneran ga ada sekelebat marah. Selebihnya ngobrol biasa. Kalau tipe pertanyaan ini, saya ditanyain langsung sama tetangga dan sesekali di sosmed yang lagi-lagi heran dengan mekarnya pipi saya. Eeeeng, cubit-able.

2. Ya ampun gendutnya. Pantes ga pernah posting foto, pasti takut dibully gendut ya. Postingnya tentang anak2 terus *no coment*. Saya memang suka posting foto anak-anak karena memang beneran suka dan kadang kangen kalau lama nggak ketemu. Memandang foto anak-anak semacam sedang mencharge energi kalau lagi lowbet. Jadi memang bukan karena gendut trus jarang foto sendiri. Makanya agak bingung mengomentari statement ini. Kok ya sempet-sempet komen begini lho ya, kan saya jadi bingung mau balas apa. Nyinyir, jangan? Atau kamu lagi becanda? Duh, beneran nggak lucu.

3. Eh, kamu lagi hamil ya? Aku kok baru tau ||Iyaa, habis kamu gapernah nanya *smile* || Pantes pake bergo panjang terus, takut keliatan perutnya buncit ya || Duh ya, ga kepikiran kesana :(.

Ini juga bikin saya heran mau ngomentarin apa. Dari zaman baheula, bergo adalah jilbab andalan saya. Bahkan pas di kantor dinyinyirin rekan kerja karena pakai bergo yang menurutnya kayak pembantunya, ahaha. Tapi habis dikomen kayak gitu apa langsung ganti tipe jilbab? ENGGAK! Karena menurut saya, bergo itu jilbab yang praktis banget. Tinggal slup-slup, jadi deh.

4. Kamu tambah berat berapa sih kok bisa mekar gitu? || 15 kilo *emote senyum* || Duh, kok hampir sama kayak suamiku sih, besok kalo udah lahiran jangan lupa diet, kalo kegendutan bisa2 suamimu lari lho. Masa kamu 2x lebih BB-ku sih || just emoticon lovee to answer her statement.

Apa membahas body orang lain itu begitu penting, sampai-sampai bingung mau menjawab apa. Sore tadi saya membahas tentang ini dengan suami, setelah mendengarkan uneg-uneg sampai selesai, dia memberikan gambar-gambar ini sebagai oleh-oleh bepergiannya kemarin. Dia nggak memperlebar atauengomentari curhatan saya. Tetapi pelukannya sambil mengusap-usap kepala membuat saya tahu bahwa secara tidak langsung dia mau bilang "Abaikan saja sayang".

Kami berdua sama-sama diam. Tangan saya menyekrol gambar hasil bidikannya, sementara tangannya mengusap kepala saya. Dan itu sangat menenangkan. Selama menikah, dia belum pernah berkomentar tentang berat badan saya "secara artifisial". Makanya saya speechless kalau mendapat statement "Langsingin ah, nanti suami lari cari yang lain lho", dengan nada bercanda atau mungkin itu terinspirasi kisah nyata. Tapi bagi saya, itu tidak etis, apalagi dilontarkan pada seseorang yang nggak begitu akrab dengan kita.

Honestly, saya nggak marah dikatain gendut, mekar, bulet. Tapi statement2 setelahnya yang membuat saya bingung harus menanggapi apa, kayak contoh nomer 2-4 yang beneran true story . Yaaa, takut kelepasan aja. Atuhlah please, rasah kakean nggyambleh (misal).

Konklusinya, nggak perlu becanda tentang body shaming pada ibu hamil ya. Karena kita kan nggak tahu kondisi emosi mereka seperti apa. Kalau memang nggak pumya bahan obrolan pembuka, mendingan diem. Kayak kata pepatah, diam itu emas. Kalau udah banyak bisa dijual, ahaha. Nggak sama ibu hamil juga terapkan hal demikian. Karena setiap perempuan itu nggak harus putih atau langsing yang dikategorikan cantik. Masa cuma secetek itu kriterianya?

*Ibu hamil wajib bahagia*

#pregnancy
#bodyshaming
#notetomyself
#reminder
Read More »

Menu Gizi Seimbang Saat Masa Kehamilan a la So Good


Beberapa waktu lalu, saya sempat menceritakan tentang pengalaman saya saat melalui trimester pertama kehamilan yang sempat mengalami mual dan muntah. Selain itu, saya juga sempat sharing kebiasaan-kebiasaan baru saat awal menyambut kehamilan. Dan ternyata, mendokumentasikan cerita tentang kehamilan itu sangat menyenangkan!

Nah, kali ini saya juga mau cerita tentang hal-hal apa saja yang saya lalui di trimester kedua 💖💖

1. Manaqiban

Di trimester kedua ini, tepatnya di usia kehamilan 4 bulan, saya dan suami mengadakan manaqiban. Sebelumnya saya tidak tahu istilah manaqiban itu apa, setelah dijelaskan suami kalau itu sama kayak pengajian 4 bulanan, saya langsung “ngeh”. Pada hari ke-120, ruh ditiupkan dan Allah mengutus malaikatuntuk mencatatkan rezeki, waktu kematian, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. Suami menjelaskan lebih lanjut.

Sebelumnya ibu mertua sudah sounding tentang manaqiban, cuma saya iya-iya saja padahal belum mengerti yang dimaksud ibu waktu itu. Beliau menanyakan kapan pasnya usia 4 bulan kehamilan saya dan mencatatnya di kalender.

Ibu juga yang sibuk menyiapkan ini-itunya. Saya pikir hanya pengajian biasa saja, ternyata di rumah juga masak-masak yang lumayan rempong juga. Kalau di desa, tiap ada yang punya hajat, entah itu skala kecil atau besar, pasti ada saja yang datang untuk membantu. Suasananya masih guyub (rekat satu sama lain—red). 
Snack dan makanan saat manaqiban
Pas manaqiban itu, keluarga menyiapkan snack, makan besar dan oleh-oleh yang dibungkus kardus kotak untuk dibawa pulang oleh para santri yang datang mengaji. Waktu itu yang datang kurang lebih 70 orang. Dimulai habis isya, pengajian dipimpin oleh salah satu ustadz di pondok pesantren yang lokasinya tidak jauh dari rumah. Suasananya khusuk sekali. Pas dibacakan surat Yusuf dan Maryam, ada rasa haru yang menyelinap di hati saya dan tangan saya refleks mengusap perut sambil ikut membaca suratnya.

2. Merasakan Gerakan janin

Gerakan halusnya pertama kali membuat saya sangat excited sekali menjalani trimester kedua ini. Saya lupa pasnya di minggu ke berapa, tetapi hal tersebut membuat saya lebih intens lagi mengajak ngobrol janin yang ada di perut saya. sebenarnya kebiasaan ini sudah saya lakukan sebelumnya, hanya saja gerakan janin di perut saya membuat saya lebih bersemangat untuk mengajaknya ngobrol tentang apapun.


3. Mengetahui jenis kelamin

Selain merasakan gerakan lembutnya, tepatnya di usia kehamilan 22 Minggu, dokter kandungan memberitahukan jenis kelamin janin. Saya ingat sekali pas cek kandungan, dokter Zamzuri senyum-senyum memperlihatkan jenis kelamin bayi di layar USG. suami saya yang awalnya mengantuk karena sudah lama menunggu antrian dokter menjadi sumringah mendengar penjelasan dokter. Bahkan saat dokter mengeprint hasil USG, suami melihat-lihat lagi di rumah. Seperti biasa, beliau menceritakan hasil cek kandungan kepada Bapak Ibu sambil memperlihatkan video yang direkamnya dan print out hasil USG-nya.

4. Insomnia

Poin 1-3 kayaknya cerita bahagia, dan mulai poin 4 ini saya akan sharing hal-hal yang membuat saya tidak nyaman serta solusi apa yang saya lakukan.

Jadi, di trimester kedua ini, saya mengalami insomnia parah. Sudah dipaksa tidur tapi tetap saja nggak bisa. Meskipun mata terpejam, saya tetap terjaga dam akhirnya membuat saya migrain, huhu.

2 minggu pertama, biasanya baru bisa tidur jam 2 malam ke atas, bahkan sampai shubuh pun pernah. Karena saya nggak enak sama mertua, paginya saya tetap bangun dan membantu pekerjaan di dapur. Ternyata hal tersebut membuat fisik saya capek dan uring-uringan karena kurang tidur. Mood saya yang naik turun dan insomnianya makin parah, huhu.

Suami menyuruh saya rileks dan tidak terlalu ngoyo. Rileks itu muncul dari diri kita sendiri. Makanya, saya mengubah mind set dan lebih rileks mengatur pola tidur. Jadi saya tidak memaksakan diri lagi untuk “pura-pura” tidur di malam hari dan memforsir diri saat paginya. Kalau memang terserang insomnia, saya memakainya untuk membaca buku, menonton TV yang acaranya menarik dan pillow talk dengan suami.

Paginya bagaimana? Setelah subuh, saat saya bisa tidur, suami membiarkan saya tidur. Sebelumnya saya sudah mengobrol dengan ibu kalau saya mengalami insomnia dan sebenarnya beliau tidak apa-apa kalau paginya saya harus istirahat. Hanya saja rasa sungkan dan nggak enak tadi yang membuat saya terbebani. Masa iya, menantu bangun siang sih, apa kata mertua nanti. Saya menghapus pikiran itu dan memilih mendiskusikan langsung dengan mertua.

It’s work! Saya jadi lebih segar meskipun siklus tidur saya terbalik. Emosi saya juga lebih stabil dari sebelumnya. 

5. Picky Eater

Biasanya saya yang ngomel-ngomel sama anak-anak saat mereka susah makan atau bahasa gaulnya menjadi picky eater. Tapi, saat di kehamilan di trimester kedua, saya yang sering dimarahi Ibu karena susah makan. Saya yang biasanya doyan apa saja, menjadi sangat pemilih. Bahkan kalau sudah suka sama sesuatu, bisa makan itu-itu saja setiap hari dan akhirnya melupakan kandungan nutrisinya, huhu.

Saya pernah suka dengan aroma jagung, sehingga setiap hari saya bisa makan terus-terusan menu jagung, entah pagi, siang maupun sore. Pokoknya, setiap makan harus ada jagungnya. Saya sampai searching beberapa menu yang memakai bahan jagung. Nah, karena hal itu, saya jadi pemilih sekali saat makan. Kalau sudah makan jagung rebus, atau nasi dengan sayur bening yang ada jagungnya, sudah merasa cukup. Sehingga seperti tidak selera lagi untuk makan buah atau ayam yang menjadi sumber nutrisi buat saya dan janin, huhu.

6. Gangguan Pencernaan dan sembelit

Mungkin karena menjadi picky eater, sehingga pencernaan saya menjadi terganggu. Saya mengabaikan makan buah dan makanan berserat, sehingga imbasnya terkena sembelit. Memang sih, saya mengonsumsi sayur-sayuran, tetapi jumlahnya belum mencukupi (porsinya hanya sedikit), huhu.

Sharing dengan beberapa sahabat saya yang sedang hamil, keluhan sembelit memang menjadi momok mereka. Penyebab klisenya karena pola makan dan mungkin komposisi makanan yang tidak terpenuhi oleh tubuh sehingga metabolisme terganggu.

Hmmm, hal ini sangat tidak nyaman, apalagi terjadi saat hamil yang tidak boleh sembarangan minum obat-obatan kimia. Makanya, saat mengalami sembelit, saya berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mencari solusi aman mengatasinya.


7. Mulai mengonsumsi menu gizi seimbang


Ternyata bukan anak kecil saja yang butuh stimulus agar doyan makan yang bernutrisi, tidak hanya sekadar suka-suka. Tetapi ibu hamil juga lho. Beberapa bulan lalu, saya mengenal menu piring gizi seimbang a la so good yang bersliweran di lini social media saya. I’m so excited, karena saya juga penggemar So Good dai dulu pas zaman kantoran, karena cara masaknya praktis.

Dari beberapa artikel yang menyajikan kreasi tersebut, saya merasa teredukasi bahwa tubuh membutuhkan zat gizi dalam jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu: 15% protein, 15% buah, 35% sayur, 35% bahan pangan yang mengandung karbohidrat dan 8 gelas air putih. Karena saya ingin terhindar dari sembelit dan menjaga asupan nutrisi untuk tubuh saya dan janin, maka saya mulai berkomitmen untuk menjaga pola makan dengan mengonsumsi menu gizi seimbang.


Nah, setidaknya ada 5 hal pentingnya mengonsumsi menu gizi seimbang bagi ibu hamil:
  • Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin
  • Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat menjalani kehamilan dengan baik dan aman
  • Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu
  • Mengatasi permasalahan selama kehamilan
  • Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui setelah kelahiran bayi

Saking pentingnya asupan nutrisi bagi ibu hamil, makanya saya juga nggak lagi-lagi makan serampangan. Apalagi kemarin membaca beberapa kreasi unik menu piring gizi seimbang dari So Good yang membuat saya makin semangat memulai pola makan sehat dengan meniru komposisi makanannya. Kebetulan saya lagi demen banget sama ayam bumbu kuning dan So Good punya ayam bumbu kuning yang lagi saya pengenin. Jadi pas ke minimarket saya sempatkan beli deh.

Saya mengonsumsi So Good untuk memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Beberapa kali makan So Good paha dan dada yang bumbu kuningnya menggugah selera makan. Kayak ngidam jagung di trimester awal, saya nggak bosan makan ayam So Good. Tinggal selang-seling menu sayuran dan buahnya. Nah, 3 menu di bawah ini merupakan contoh menu piring seimbang a la So Good yang menjadi asupan saya, siapa tahu teman-teman juga jadi semangat untuk bikin kreasinya:

Komposisi menu pertama: nasi, sayur brokoli (campur jamur dan wortel), manggis dan ayam bumbu kuning So Good , segelas air putih


Karbohidratnya saya memilih nasi, sedangkan sayurannya adalah brokoli yang sangat menyehatkan untuk ibu hamil, karena mengandung zat besi dan asam folat yang membantu mencegah anemia dan tubuh lesu saat hamil. Kandungan seratnya pun tinggi yang berfungsi mengatur kadar insulin ibu hamil. Untuk buahnya saya memilih manggis, selain karena di rumah sedang musim buah manggis, selain itu buah ini baik untuk ibu hamil karena menurut referensi yang saya baca, manggis dapat dapat mengatasi sembelit. Cucok banget! Untuk proteinnya saya memilih ayam bumbu kuning So Good yang digoreng.

Komposisi menu kedua adalah: nasi, daun pepaya, duku, ayam bumbu kuning So Good, segelas air putih.


Karbohidratnya berupa nasi. Sayurnya daun pepaya yang kaya akan zat besi dan dapat mencegah anemia pada ibu hamil. Selain manggis, di rumah sedang musim duku, makanya saya juga mengonsumsinya sebagai buah. Mengonsumsi buah duku secara rutin membantu seorang ibu hamil dalam menangani radikal bebas agar tidak mengganggu perkembangan janin. 

Komposisi menu ketiga adalah: nasi, sayur bayam, jeruk, ayam bumbu kuning So Good


Karbohidrat bersumber pada nasi. Sayurann kali ini pengin yang ada kuahnya, yaitu sayur bayam yang mengandung asam folat tinggi, bagus dikonsumsi saat hamil karena bermanfaat untuk perkembangan janin. Buah jeruk juga bagus dikonsumsi ibu hamil karena kandungan antioksidan dan vitamin C dalam manfaat jeruk untuk ibu hamil akan meningkatkan imunitas tubuh. Ibu hamil membutuhkan imunitas yang tinggi untuk mempertahankan kesehatan fisik dan juga kesehatan janin. Untuk sumber proteinnya, saya masih demen banget sama ayam bumbu kuning So Good yang digoreng.

Selain memerhatikan asupan gizi seimbangnya, saya juga rajin minum air putih 8 gelas tiap hari. Awalnya sering malas karena takut buang air kecil terus menerus dan alasan klise lupa menghitung berapa gelas yang sudah diminum di hari tersebut. Tetapi setelah menjalaninya, ternyata buang air kecil termasuk proses metabolisme tubuh, sehingga badan menjadi lebih enak karena metabolismenya lancar. 

Jika diperhatikan pada menu di atas, saya mengonsumsi So Good untuk memenuhi kebutuhan protein saya. Ada beberapa hal yang membuat saya memilih So Good adalah sebagai berikut:

💓Enak dan kaya protein. So Good diolah dari bahan-bahan berkualitas terbaik dan diproses dengan teknologi tinggi untuk memastikan rasa yang enak dan kualitas gizi protein yang terjaga utuh saat dihidangkan. Sebenarnya ada banyak varian produknya, hanya saja saat  hamil, saya lagi demen banget sama ayam bumbu kuningnya, hihi.

💓 Praktis dan higienis. Seluruh produk So Good diolah dan dikemas dengan teknologi tinggi untuk meminimalisir kontaminasi, sehingga kehigienisan terjaga. Produk-produknya sangat praktis lho dihidangkan dalam berbagai kesempatan. Untuk saya yang notabene sedang hamil dan seringkali malas memasak, restok So Good di kulkas adalah solusi. Saat lapar melanda, bisa langsung goreng dan dinikmati.

💓 Kualitas terjaga. Produk So Good melewati proses pemasakan hingga suhu 170° C selama tidak kurang dari 3 menit, langsung dibekukan cepat menggunakan teknologi IQF untuk menjamin kesegaran, kelezatan, dan nutrisi kandungan produknya.

💓 Hasil produknya inovatif. So Good berkomitmen untuk selalu berinovasi dalam menghasilkan produk-produk daging olahan dengan rasa yang enak serta mengandung gizi protein yang baik untuk mencukupi kebutuhan gizi seimbang keluarga Indonesia. Varian So Good apa yang paling teman-teman suka?
Saat ini saya sudah masuk trimester tiga dan benar-benar menjaga asupan nutrisi makanan untuk tubuh dan janin saya. Karena dampak kekurangan nutrisi dapat berpengaruh pada ibu hamil yaitu: anemia, pendarahan post partum dan infeksi post partum. Kekurangan nutrisi juga membahayakan janin karena bayi bisa lahir prematur, kekurangan energi protein, cacat bawaan dan berat badan bayi rendah.

Makanya, saya ikut-ikutan mengkreasikan menu piring gizi seimbang a la So Good, dan nggak mau jadi picky eater lagi. Menyusun komposisi makanan dalam piring agar zat dan nutrisinya terpenuhi ternyata sangat menantang dan mengasyikkan. Yaaah, seenggaknya karbohidrat, sayur, buah dan proteinnya mencukupi untuk kebutuhan tubuh. Mau ikutan juga? Yuk menjaga pola hidup sehat bersama So Good 💓. Keep healthy!

Artikel ini akan diikutsertakan di dalam Lomba Blog Kreasi Menu Gizi Piring Seimbang So Good

Referensi:
Diah Ayu Fitriana, Gizi Seimbang Ibu hamil http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/

Sogood.id

Read More »