Featured Slider

Tampilkan postingan dengan label Lomba. Tampilkan semua postingan

Sinergi Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkualitas


Water is life, and clean water means health” — Audrey Hepburn

Beberapa waktu lalu, sebelum corona, saya amazing memerhatikan kakak ipar saya yang kehabisan air di rumahnya, sehingga harus mengisi air ke dalam galon saat di rumah Ibu mertua. Fyi, meskipun rumah kami sama-sama di Klaten, tapi ternyata kondisi cuaca dan ketersediannya berbeda, lho. Kakak Ipar tinggal di Surowono, Ibu mertua di Kemalang dan saya tinggal bersama orangtua di daerah Wedi. 

Rumah orangtua saya yang berada di Wedi, cuacanya ekstrim banget menurut suami. Kalau pagi masih dingin, beranjak siang panas menyengat. Meskipun sudah pakai kipas angin, tetap saja panas. Efeknya, beliau sering meriang karena menurutnya, cuacanya nggak enak. Kalau bagi saya yang sehari-hari mengalaminya, keadaan tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan tidak memiliki efek di tubuh.

Cuaca di Kemalang memang lembab dan cenderung dingin. Nah, kalau sedang main ke rumahnya kakak ipar, bakalan lebih dingin lagi. Terbukti kedua anaknya yang lebih sering mengenakan jaket dan kaos panjang agar lebih hangat. Sampai sekarang pun tiap mandi selalu memakai air hangat.

Saya dulu berasumsi kalau kondisi ini dipengaruhi oleh letak geografisnya. Semakin dekat dengan Gunung Merapi, maka kondisinya memang lebih dingin meskipun sama-sama di area Klaten. Tapi setahun terakhir, saya menyimpulkan kalau perubahan iklim juga mempengaruhi cuaca, bahkan ketersediaan air di beberapa daerah.


Perubahan Iklim dan Ketersediaan Air Bersih

Source: pixabay

Saya sepakat sekali dengan pepatah Hepburn yang menganalogikan air sebagai kehidupan dan kualitas air bersih merupakan pemenuhan kesehatan. Saya bersyukur bahwa kuantitas dan kualitas air di daerah saya masih melimpah dan mencukupi. Namun, saya turut prihatin ternyata di dekat daerah saya ada yang mengalami kelangkaan air bersih. Tahun lalu tercatat jika 880 hektar sawah di Klaten gagal panen akibat kekeringan, huhu (Source: metrotvnews.com). Ditambah lagi, kakak ipar yang kebingungan karena di daerahnya juga mengalami kelangkaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Akhirnya, beliau dan keluarga harus mengungsi ke rumah mertua.

Teman-teman merasakan nggak sih kalau sebenarnya ada perubahan iklim yang saaaaangat mencolok. Saat musim penghujan terjadi banjir dimana-mana, eh ketika musim kemarau, di beberapa daerah dilanda kekeringan. Karena menyadari air merupakan hal yang vital dalam kehidupan sehari-hari, sudah seharusnya kita menghematnya. Setidaknya ada 3 benefit, saat kita ikut andil dalam menghemat air:

💓 Menghindari kekeringan

Adanya perubahan iklim berakibat pada musim kemarau yang lebih panjang. Nah, ketika kita menggunakan air secara bijaksana, hal tersebut dapat menekan dampak kekeringan karena kita memiliki stok cadangan air yang digunakan sehari-hari. Bahasa sederhananya, saat kita berhemat, maka air yang kita miliki dapat digunakan untuk beberapa kegiatan lainnya. Sehingga saat musim kemarau pun, stok air masih mecukupi.

💓 Ikut menjaga ketersediaan pangan

Yang butuh air bukan hanya kita, tapi hewan dan tumbuhan pun juga. Adanya kualitas air yang bersih yang cukup, ekosistem hewan dan tumbuhan yang notabene sebagai sumber pangan manusia akan tetap terjaga. Nah, untuk menyediakan bahan pangan pun juga butuh air dalam proses pengolahannya, sehingga kalau airnya berkurang, maka akan mempengaruhi jumlah ketersediaan pangan juga, kan?

💓 Menjaga lingkungan

Yang terakhir adalah ikut andil dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Terdengar klise, tapi ketika energi yang digunakan untuk memroses atau mengalirkan air ke rumah-rumah, atau pusat-pusat industri, hal tersebut dapat mengurangi polusi, lho!

Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan

Jumat lalu (22 Mei 2020), saya mendengarkan streaming Kantor Berita Radio Indonesia yang bertajuk “Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan”. Topik yang sangat menarik karena selama satu jam saya menyimak 2 narasumber mengupas beberapa pilihan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kelangkaan air yang menjadi PR beberapa daerah di Indonesia.

Muhammad Reza narasumber dari Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KruHA) mengemukakan tentang pentingnya peran pemerintah dalam melakukan pencegahan kelangkaan air. Beliau juga menuturkan bahwa pemenuhan air merupakan hak asasi manusia sehingga pengelolaannya pun harus dilakukan oleh negara. Dalam hal ini saya sepakat dengan pendapat beliau kalau pengelolaan air harusnya dikuasai oleh negara, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945.

Yang nggak kalah seru adalah cerita Cak Purwanto, pendiri Yayasan Air Kita Jombang, Jawa Timur. Beliau terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya menghemat air. Selain itu, beliau juga aktif dalam kegiatan pendidikan non formal yang di dalamnya juga menyerukan tentang pemanfaatan air. Dalam hal ini beliau memberikan penyuluhan bagaimana memanfaatkan air hujan untuk dapat diolah lagi sehingga dapat difungsikan sebagai air minum.

Teman-teman juga bisa menyimak video lengkapnya di bawah ini ya:



Sinergi Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkualitas

Tahun 2018, saya masih ingat sekali dosen pembimbing saya senyum-senyum mengatakan kalau tesis saya sangat kontradiktif, ahaha. Di satu sisi saya mengkaji regulasi tentang perizinan yang ramah investasi, di sisi lain juga pengen menyeimbangkan dengan pelestarian lingkungannya. Dalam tulisan saya tersebut ada regulasi tentang perizinan pengelolaan sumber daya air juga yang pelaksanaannya mengganggu lingkungan atau tidak.

Menurut saya ada 3 hal yang seyogyanya dilakukan secara sinergi dalam pengelolaan air yang berkualitas, sehingga masyarakat tidak lagi menghadapi kelangkaan air. Menyambung pernyataan Cak Purwono, kalau permasalahan masalah air tidak hanya kuantitasnya saja yang langka melainkan kualitasnya juga. Makanya diperlukan solusi yang dilaksanakan secara sinergi untuk mengatasinya.

💘 Regulasi yang jelas

Diperlukan regulasi yang jelas terkait dengan pengelolaan air. Dalam hal ini, karena air merupakan kebutuhan vital masyarakat, maka seharusnya pengelolaannya dilakukan oleh negara, bukan swasta. Terkait dengan regulasi ini, masyarakat pernah menggugat UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ke Mahkamah Konstitusi. 

Di tahun 2015 akhirnya Mahkamah Konstitusi membatalkan secara menyeluruh Undang-Undang tersebut dan membatasi partisipasi swasta di sektor pengelolaan air. Nah, dengan regulasi hukum yang jelas diharapkan dapat menjadi payung hukum untuk mewujudkan pegelolaan sumber daya air yang berkualitas untuk masyarakat.

💘 Ketegasan Aparatur Hukum dan Pemerintah

Saya tidak kaget ketika Mas Reza dalam wawancaranya di KBR menceritakan kalau di Pegunungan Kendeng ketika musim kemarau ada penampungan air alami yang digunakan untuk pengairan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Namun ironisnya digunakan sebagai objek tambang. Hal tersebut dilegitimasi oleh perizinan yang dimiliki oleh pemillik tambang, huhu.

Selain ada regulasi yang jelas, sikap aparat hukum dan pemerintah harus tegas menindak hal tersebut. Karena hal tersebut dapat mengakibatkan kelangkaan air dan merusak kualitas air sehingga dapat merugikan masyarakat.

💘 Kultur Masyarakat

Di poin tiga ini, kita ikut berperan besar dalam penggunaan air secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini harus dilakukan secara continue agar menjadi kebiasaan. Apa saja sih aktifitas sederhana yang bisa kita lakukan? Yuk simak sama-sama!

Menutup dan mematikan keran saat melakukan aktifitas lain
Hal sederhana yang bisa kita lakukan adalah menutup keran dengan rapat dan tida menetes. Kalau habis wudhu seringkali saya memastikannya karena biasanya Ray kurang rapat memutar kerannya. Lalu, jika masih beraktifitas lain seperti: cuci piring, menggosok tangan dengan sabun, kerannya dimatikan saja. Apalagi saat ini musim pandemi kita dianjurkan untuk giat mencuci tangan. Agar tidak boros air, saat posisi menggosok sela-sela tangan dengan sabun, kerannya dimatikan.

Memilih deterjen yang ramah lingkungan
Apa ada? Tentu! Silakan teman-teman searching sendiri jenisnya. Jadi, deterjen yang saya pakai tidak banyak busa tapi tetap bersih saat dikucek atau digiling dalam mesin cuci. Saat tidak banyak busa yang dihasilkan, saya tidak effort untuk membilasnya juga, hehe.

Periksa pipa air secara berkala
Tugas suami saya tiap bulan buat memeriksa pipa air. Jadi, ketika ada kebocoran pipa air, kita bisa segera menggantinya. Selain tidak boros air karena kebocoran tersebut kita juga bisa menghemat listrik juga.

Manfaatkan air hujan
Seperti yang disampaikan Cak Purwanto dalam sesi sharing-nya di KBR kalau tampungan air hujan dapat dimanfaatkan untuk air minum. Nah, hal inilah yang seharusnya disosialisasikan di daerah-daerah. Di keluarga saya, air hujan kami tampung dan digunakan untuk konsumsi ternak. Setelah beberapa hari digunakan untuk menyiram tanaman juga.

Menyisipkan nilai-nilai untuk menghemat air pada anak-anak
Menghemat air diajarkan sedini mungkin pada anak-anak sehingga menjadi kebiasaan. Selain itu, nilai-nilainya juga disisipkan dalam pendidikan formal maupun non formal sehingga nilai tersebut mendarah daging. Selama ini saya memberikan contoh bagaimana menggunakan air dengan bijak ketika berwudhu, mandi dan mengerjakan pekerjaan rumah. Mereka paham kalau keran harus diputar rapat agar tidak menetes. 

Dengan adanya regulasi hukum yang jelas dan ketegasan pemerintah dalam menindak para oknum yang melakukan penyelewangan terhadap pengelolaan air serta peran aktif kita sebagai masyarakat dalam menggunakan air secara bijak, diharapkan dapat mencegah adanya kelangkaan air. Ketiga hal tersebut harus dilakukan secara sinergi! 

Krisis air bukan hanya tentang kuantitas air tetapi juga kualitasnya. Perlu sinergi antar semua elemen, baik pemerintah, komunitas, instansi dan masyarakat. Yuk kita ikut ambil bagian dalam sinergi tersebut dengan bijak menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari. 

Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Climate Change" yang diselenggaraakan KBR (Kantor Berita Radio) 
dan Ibu-Ibu Doyan Nulis". Syaratnya, bisa Anda lihat disini.



Sumber referensi:

UUD 1945

Streaming KBR di https://www.youtube.com/watch?v=OWzV1_O0AXE

Streaming berita di https://www.metrotvnews.com/play/kWDC9Xpr-880-hektare-sawah-di-klaten-gagal-panen-akibat-kekeringan

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d8342480f9ac/perizinan-pengelolaan-air-harus-perhatikan-6-prinsip-ini/

Read More »

Hadiah untuk Diri Sendiri

Saya suka memberi hadiah, kado atau kejutan kecil untuk orang terdekat. Biasanya kalau salah satu dari mereka sedang ulang tahun. Saya juga tidak malu-malu mengucapkan rasa sayang atau cinta, bahkan memberi sebuah pelukan.


Misalnya saat pulang ke rumah bapak dan ibu, selain mencium punggung tangan keduanya, saya juga memeluk sebagai luapan kangen. Setelah itu, menghampiri Iqbal, Lintang sama Khansa dan memberikan pelukan juga satu per satu. 

"Bulik sayang banget sama Mbak Khansa", ucap saya. Dulu dia malu-malu, tapi lama-lama dia terbiasa dan membalasnya dengan ciuman sambil bilang "Aku juga saaaayang banget sama Bulik".

Bulan lalu, saya membelikan Bapak HP. Sebenarnya Mas Joko yang berinisiatif membelikannya. Dia mentrasfer uang biar Bapak punya HP yang bisa dipakai video call. Tanpa diminta dua kali, saya langsung searching HP yang sesuai budget dan kebutuhan Bapak. Awalnya beliau menolak karena takut nggak bisa mengoperasikannya. Tapi saya meyakinkan kalau saya akan mengajari sampai bisa. Dan saya yakin, kalau menelpon atau video call pada anak-anaknya, beliau pasti bisa. 

Selang beberapa hari, Lintang yang butuh HP untuk komunikasi. Dia sudah bertekad masuk club badminton idamannya, sehingga kelak dia akan membutuhkan gawai untuk berkomunikasi dengan Bapak dan Ibunya. Ketika juara 1 turnamen badminton di Magelang, hadiah uangnya mau dipakai untuk membeli HP. Lagi-lagi saya yang kebagian membelikan. Akhirnya dapat juga HP yang sesuai Lintang.

Hadiah untuk Diri Sendiri

Nah, kali ini saya ketiban apes. HP kesayangan saya mati total. Sudah dibawa ke beberapa counter, pegawainya bilang kalau lcd-nya kena. Huhu. Dan biaya reparasi setara dengan biaya beli HP baru. 

Sudah 2 Minggu saya menimbang mau beli atau nggak, tapi HP yang sama idamkan harganya masih tinggi. Bisa sih beli yang di bawah standart, cuma pertimbangannya, HP ini akan saya pakai untuk bekerja. Jadi, speknya juga harus mumpuni. 

Makanya, saya memutuskan untuk sabar untuk membeli dan menunggu ada diskon atau promo, hehe. Sementara itu saya meminjam HP suami dulu untuk "bekerja". Pekerjaan sebagai influencer dan tutor salah satu perguruan tinggi swasta menuntut saya harus mobile.

Setiap hari harus membuat konten dan sesekali mengoreksi tugas mahasiswa yang ada di e-learning. Sebelum ada Ray, saya bisa leluasa memakai laptop, tapi pas Ray lahir, HP menjadi "alat perang" yang sangat efektif dan efisien karena saat menggendong Ray saat tidur, saya bisa memainkan keypad untuk urusan pekerjaan. Fungsinya tidak hanya untuk komunikasi tapi juga bekerja. Jadi, ketika HP rusak, saya sempat sedih karena semua data hilang dan beberapa pekerjaan jadi terbengkalai.

Kali ini saya ingin menghadiahi diri sendiri dengan membeli HP yang kamera dan videonya oke, selain itu RAM dan storage-nya banyak. Sehingga tidak hang ketika harus dioperasikan.

November Ceria

Sepertinya Allah mendengar doa saya. Bulan November beberapa invoice cair dan tentunya bisa dipakai untuk membeli HP. Alhamdulillah.

Sempat merasa sayang uangnya bisa untuk beli ini dan itu, tapi sesekali saya mau menghadiahi diri sendiri. Memilih barang yang memang bagus dan sesuai kebutuhan. Setelah diskusi sama suami, saya mantap beli HP xiaomi A1.

Seperti sebelumnya ketika membelikan HP Bapak dan Lintang, saya lebih suka membeli secara online. Selain hemat waktu karena nggak perlu survey ke counter satu per satu, biasanya saya nunggu promo atau diskon dari online shop.

Setelah searching, saya dapat informasi kalau tanggal 11 November 2019 akan ada diskon besar-besaran dari beberapa marketplace. Fyi, tanggal 11 November ternyata diperingati sebagai Hari Belanja terbesar di dunia baik online dan offline.

Dalam kesempatan ini, Lazada juga ikut memanjakan pelanggan setianya dengan mengadakan Festival Belanja 11.11. Saya pun penasaran dong! Setelah saya kepo di aplikasinya, ternyata memang benar, kalau Lazada akan mengadakan diskon besar-besaran selama 24 jam di tanggal 11 November. Can't wait!

Dan, di Lazada 11.11 besok, HP incaran saya juga ikut diskon. Saya pun tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Oh iya, selain dapat diskon, di lazada juga gratis power bank lho. Asyik banget!

Fix, sudah punya HP idaman sebagai hadiah diri sendiri. Dan tentunya membelinya dengan harga yang lebih murah karena ada Lazada 11.11, sehingga bisa menghemat uang buat beli popok Ray *eh*.

Teman-teman punya wishlist barang yang mau dibeli untuk diri sendiri juga? Yuk ikutan Lazada 11.11 bareng saya. Sesekali (eh berkali-kali juga boleh) mengapresiasi diri sendiri bolehlah.

Read More »

Cerita tentang Ngidam Saat Hamil Ray

Hallo teman-teman, khususnya yang sudah pernah atau sedang hamil nih. Kalian mengalami ngidam nggak? Waktu hamil Ray kemarin, saya juga sempat mengalami hal ini. Meski beberapa orang menganggapnya mitos, tapi banyak juga lho yang mempercayai kalau ngidam ini wajib dituruti, hehe.


Kakak ipar dan mertua saya menasihati saya kalau ada yang memang lagi dipengenin, saya disuruh bilang, jangan dipendam sendiri. Karena ipar saya pengalaman waktu dia hamil anak pertamanya dan ngidam kiwi, dia hanya memendamnya dalam hati. Dan ketika anaknya lahir dan ngeces selama 3 tahun, beliau dan sekeluarga mengaitkannya dengan ngidam kiwinya yang nggak keturutan. 

Lagi-lagi, meskipun secara ilmiah tidak terbukti kalau ngidam dan ngeces itu ada hubungannya. Tetapi toh banyak yang menghubungkan atau cocoklogi, hihi.

Kali ini saya mau cerita juga nih pengalaman ngidam saya. Dan alhamdulillah keturutan semua ☺👌

1. Pempek

Saya pengen banget makan ini. Mencari sampai 4 penjual nggak ada yang cocok di lidah, huhu. Akhirnya saya impor langsung dari Palembang. Kebetulan salah satu teman blogger ada yang share jualan pempek. 

2. Mangga malam

Mangga malam yang masih muda rasanya katanya kecut banget. Tapi saat ngidam, saya makan mangga malam dicocol pakai garam rasanya enak sekali. Kebetulan juga, waktu itu lagi musim mangga. Alhamdulillah ngidamnya keturutan.

3. Burger

Sempat hopeless kalau ngidam burger ini nggak akan keturutan karena outletnya hanya di Jabodetabek. Saya beli yang versi KW yang jual di pinggir jalan, tapi rasanya tetap beda 😔. Bulan September tahun lalu, teman ngabarin kalau outlet burgernya sudah buka di Jogja. Alhamdulilah keturutan lagi setelah nahan 3 bulan, hihi.

4. Manisan rambutan dan durian

Untuk rambutan mungkin nggak masalah ya. Pas banget musim, seikat 2500 di pasar, dan saya langsung bikin manisan sendiri. Yang sempat waswas itu ngidam durian. Saya sampai konsultasi dokter tentang hal ini. Lha masak yang lain makan, saya cuma nyium baunya aja? Hiks. Dan kata dokter, BOLEH MAKAN DURIAN asal tidak banyak-banyak. Ah, keturutan lagi alhamdulillah. Ray nggak jadi ngeces *eh.

5. Nasi padang

Ketika ngidam, saya seminggu berturut-turut makan menu masakan padang. Untung lidahnya cocok sama warung padang dekat rumah. Gak perlu impor dari padang kayak pempek tadi, ahaha.

Ngidam merupakan pengalaman yang mengesankan buat saya. Karena kalau nggak ngalamin sendiri, mungkin saya akan semena-mena kalau ngebetnya ibu hamil itu hanya rajukan manja untuk suaminya. Ahaha. 


Mual dan muntah

Selain ngidam, saat hamil saya juga mengalami mual muntah. Rasanya nggak enak dan sangat mengganggu, apalagi hal tersebut tidak hanya di trimester awal saja. Nah, beberapa hal ini saya lakukan biar mual dan muntahnya nggak mengganggu aktifitas:

1. Konsultasi dokter

Mual dan muntah saat hamil itu wajar karena meningkatnya hormon hcg. Menjadi tidak wajar kalau intensitasnya berlebihan. Saya diresepkan obat untuk meredakan mual saat muntah.

2. Mengatur pola makan

Meskipun ngidam macam-macam, saya tetap mengontrol asupan nutrisi saya. Saya mengurangi menginsumsi makanan pedas, kecut, bersantan dan berminyak. 

3. Mengonsumsi jahe

Saat hamil, saya mengonsumsi jahe untuk meredakan mual dan muntah. Semula bikin air jahe sendiri. Tapi lama-lama kok ya repot harus nguprek di dapur. Kelamaan di dapur justru membuat saya mual, huhu.

Lalu saya direkomendasikan salah satu sahabat saya untuk mengonsumsi herbadrink sari jahe. Karena terbuat dari bahan alami, saya pun membeli dan mulai mengonsumsinya. Tentunya saya berkonsultasi dengan dokter saat mengonsumsi jahe. Dan beliau membenarkan kalau memang jahe dapat mengurangi mual dan muntah.

Oh iya, manfaat jahe saat masa hamil ternyata tidak hanya mengurangi mual dan muntah saja lho. Nih, saya share juga khasiat yang didapat ketika saya mengonsumsi jahe saat kehamilan:

  • Melancarkan sistem pencernaan. Ada yang mengeluhkan sembelit saat hamil? Di trimester kedua, saat mulai mengonsumsi jahe, keluhan sembelit ini berangsur berkurang.
  • Lebih Rileks. Saat mual dan muntah, saya biasanya langsung pusing dan stress (moody dan mudah marah). Menyesap jahe ketika sore hari, membuat saya jauh lebih rileks.
  • Meningkatkan sistem imun pada tubuh. Karena mual dan muntah jadi gampang masuk angin kan ya saat hamil. Kandungan vitamin C pada jahe membantu ibu hamil untuk tetap fit dan tidak mudah masuk angin. 
  • Membangkitkan nafsu makan. Tidak hanya dikonsumsi saat sore hari, ketika morning sickness pun, jahe sangat berkhasiat untuk memulihkan nafsu makan yang sempat drop. 
Kenapa Herbadrink Sari Jahe?


Beberapa alasan ini membuat saya memilih herbadrink sari jahe untuk dikonsumsi saat kehamilan:

💓 Terbuat dari bahan alami. Karena terbuat dari bahan alami, tentunya aman untuk dikonsumsi.
💓 Tanpa pengawet. Diolah dan dibuat dari resep tradisional dan bebas dari bahan pengawet, lho!
💓 Praktis. Tinggal sobek sachet-nya, seduh dan minum. Tidak perlu nguprek di dapur. Praktis kan?
💓 Ekonomis. Harganya juga terjangkau kok. 1 box isi 5 sachet seharga Rp. 10.500. Worth it sama manfaatnya kok.
💓 Mudah didapat. Bisa dibeli di supemarket saat belanja bulanan atau via online. Saya biasanya beli ketika belanja bulanan, kalau stok habis, baru beli via online.


Selain alasan diatas, kebaikan alami dari herbadrink sari jahe membuat saya lebih rileks menjalani kehamilan karena bisa mengurangi mual, muntah, sembelit dan meningkatkan imunitas tubuh saya. Oh iya, ada herbadrink sari temulawak dan sari lidah buaya juga lho, siapa tahu teman-teman mau mencoba kebaikan alami herbadrink juga 💖💖💖.

Nah, ini pengalaman ngidam saya ketika hamil Ray dan drama mual muntahnya. Teman-teman punya pengalaman yang sama juga? Yuk sharing 😉




Read More »

Merayakan Bahagia Seutuhnya Setelah Melahirkan Anak Pertama


Melahirkan butuh energi yang luar biasa. Tidak hanya fisik tetapi juga emosi sang ibu. Akhir bulan lalu saya mengalaminya sendiri. Saat berjuang melahirkan Ray yang hingga saat ini saya masih belum percaya kalau saya sudah menjadi seorang Ibu.

Pagi itu, saya kaget, ada cairan hangat yang terus-menerus merembes. Berdasarkan pengetahuan yang saya dapat dari dokter dan beberapa artikel, itu adalah cairan ketuban. Saya dan suami bergegas ke rumah sakit membawa beberapa perlengkapan yang sudah saya siapkan sebelumnya.

Sesampainya di rumah sakit, saya langsung menuju IGD. Bidan yang bertugas melakukan VT dan ternyata memang sudah pembukaan 2. Saya menyerahkan surat pengantar dari dokter kandungan saya dan bidan menyuruh untuk tidak banyak bergerak karena takut ketubannya semakin banyak rembes. Setelah 4 jam menunggu, bidan melakukan VT lagi dan ternyata masih tetap pembukaan 2, huhu.

Bahagia mau bertemu Ray
Saya dipindah ke bangsal persalinan dan dipasang infus. Bidan yang jaga menasihati saya agar tidak banyak gerak termasuk pipis dan BAB sebaiknya dilakukan memakai tespot saja karena cairan ketuban saya merembes banyak disertai lendir darah.

Setelah menunggu 6 jam dan tidak ada peningkatan bukaan, dokter memberikan 2 pilihan: tindakan sectio atau dipacu. Saya memilih opsi kedua. Alhamdulillah setelah mengalami "nikmatnya gelombang cinta" selama 8 jam, akhirnya Ray lahir.

Saat IMD bersama Ray. It's amazing moment

Semua salah ibu


Setelah Ray lahir, saya pikir akan menikmati bahagia yang "utuh", ternyata tidak. Karena bahagia butuh upaya. Drama pertama adalah saat ASI tidak langsung keluar.
Menyusui Ray
Ekspektasi saya tentang menyusui adalah nanti anak saya akan langsung bisa menyusui. Ternyata tidak.

"Pasti dulu pas hamil nggak dipijat-pijat ya payudaranya?" Tanya salah satu penjenguk yang tahu kalau asi saya tidak keluar. Awalnya saya pikir pertanyaan itu biasa saja. Tapi tenyata berpengaruh pada kondisi psikis saya yang merasa bersalah. Padahal saya memang awam tentang itu karena baru pertama kalinya. 

Ini salah ibu, Ray. Batin saya.

Tidak berhenti sampai disitu. Sepulangnya Ray ke rumah, ternyata ada yang aneh dengan matanya yang berwarna kekuningan. Saya dan suami langsung ke dokter dan setelah di cek, Ray harus menginap di Rumah Sakit untuk di fototerapi, huhu.
Ray menangis semalaman saat fototerapi. 

"Pasti nyusunya nggak kenceng ya? Dijemur nggak kalo pagi?" Pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya semakin merasa bersalah.

Iya. Semua yang terjadi sama Ray adalah salah saya sebagai ibunya. Pikir saya waktu itu.

Capek. Sakit bekas jahitan. Puting luka tapi harus tetap menyusui semalaman sambil duduk karena Ray tidak mau dilepas waktu fototerapi. Akhirnya saya diijinkan untuk tetap di ruang fototerapi sambil menyusui Ray yang terus-terusan menangis. Saya juga ikut menangis karena tidak tega dan di sisi lain juga menyalahkan diri sendiri. Akumulasi dari rasa yang nano-nano itu membuat saya baby blues.

Bahagia macam apa ini? Saat bertemu Ray harus disalah-salahkan seperti ini? Tanya saya dalam hati.

Dan ketika itu, bahagia semacam hal yang absurd untuk dirasakan.

Merayakan bahagia seutuhnya setelah melahirkan Ray


Saat dinyatakan hamil, keluarga sangat bersuka cita mendengarnya. Saya dan suami juga menantikan kelahiran anak pertama kami, Ray. Seharusnya saya bisa menikmati bahagia menyambut Ray secara "utuh" tanpa harus terdistraksi oleh  baby blues yang sempat menghampiri. Nah, 5 hal ini yang saya lakukan untuk merayakan momen bahagia seutuhnya pasca melahirkan Ray dan terlepas dari syndrome baby blues:

1. Don't be perfect too much

Kalau sebelumnya bisa menjadi perempuan yang multitasking, dimana dalam 1 waktu bisa menyelesaikan 2 atau 3 pekerjaan, setelah melahirkan sebaiknya lebih slow dan tidak menuntut diri sendiri untuk sempurna seperti sebelumnya. Mengurus Ray adalah hal utama dan pekerjaan lain seperti pekerjaan rumah bisa diselesaikan bertahap. Untuk hal ini bisa didiskusikan dengan suami.

2. Don't compare

Hal yang merusak kebahagiaan adalah saat mulai membandingkan dengan orang lain. Saya sempat melakukan demikian, huhu. "Si A aja lahiran normal bisa langsung ngerjain ini itu. Si B bayinya ga kuning karena rajin ngasih ASI".

Komentar-komentar sejenis itu yang menggiring saya membandingkan keadaan saya dengan yang lain. Saat saya menyadari bahwa setiap ibu memiliki keadaan sendiri-sendiri, saya mulai "stop membandingkan". Saat itu saya menemukan sisi bahagia a la saya.

3. Learning by doing

Menjadi ibu baru meskipun sudah belajar tentang teori tapi praktiknya seringkali berbeda. Misalnya, sejak hamil saya sudah mempelajari teknik menyusui yang benar agar bayi tidak bingung puting dan saya terhindar dari puting yang le cet. Realitanya, puting saya tetap lecet padahal sudah mempraktikkan sesuai teori yang saya lihat di youtube. Itu sempat membuat saya frustasi karena puting saya tetap lecet dan setiap menyusui Ray, saya merasa kesakitan bahkan berlangsung selama 2 minggu karena putingnya luka.

Masih ada hal-hal lain yang harus dilakukan ibu baru yang sebelumnya hanya sekadar teoritis saja. Hal tersebut bisa learning by doing karena tidak ada yang "saklek" dalam mengasuh dan mengasihi buah hati. Dengan begitu, akan lebih rileks dalam menjalaninya.

4. I don't care anymore

Kalau bahasa Jawanya "rasah ngurusi wong nggambleh", ahaha. Apapun yang telah kita lakukan, usaha yang sudah disiapkan sebaik mungkin, pasti akan tetap saja ada komentar miring. Kalau pas lagi waras, mungkin bisa mengabaikannya. Tapi lain halnya kalau dalam kondisi fisik dan hati yang belum terlalu prima, apalagi pasca melahirkan.

Setelah melahirkan kemarin, banyak yang menjenguk ke rumah. Beberapa ada yang berkomentar dan menasehati sebagai bentuk perhatian. Tetapi ada juga yang berkomentar nyinyir sehingga membuat saya emosional dan akhirnya membandingkan seperti poin 2 yang saya jelaskan.

"Perutmu masih bergelambir, jangan lupa pake bengkung/stagen biar cepet langsingnya", pernyataan ini adalah judgment pertama. Masih ada judgment lainnya yang saat ini sudah saya tanggapi dengan senyuman 😊

Seminggu setelah melahirkan memang saya tidak langsung memakai bengkung karena dilarang oleh dokter. Waktu itu menunggu darah nifas lancar (kalau nggak salah), sehingga dianjurkan untuk tidak memakai bengkung dulu. Seminggu saat saya kontrol, dokter baru membolehkan saya memakainya. Nah, penjelasan-penjelasan seperti ini tidak mungkin saya sampaikan ke setiap orang yang komentar nyinyir mengira saya enggan memakai bengkung.

Jadi, saya menyimpulkan, kunci bahagia untuk menghadapi komentar nyinyir memang cuma satu, "I don't care anymore". Titik.

5. Me time is a must

Setelah melahirkan ada beberapa hal yang berubah, termasuk jam tidur. Bepergian pun juga tidak bisa seleluasa sebelumnya karena sekarang ada Ray yang membutuhkan perhatian saya.

Sempat melupakan me time karena sibuk mengurus Ray ternyata membuat saya sering emosi. Menangis adalah puncak ketika saya tidak bisa mengendalikan diri karena saking capek badan (dan hati). Kehilangan me time ternyata berpengaruh juga terhadap penampilan saya. Wajah lebih kucel, tubuh gampang capek dan cepat tersinggung, huhu.

Semuanya "terkesan" terburu-buru dan tidak ada waktu, padahal itu hanya perasaan saya saja. Saya buru-buru menyelesaikan mandi takut Ray bangun, padahal dia anteng tidur. Saya merasa tidak punya waktu buat dandan dan merawat diri, padahal saat dijalani ternyata saya punya cukup waktu dan membuat saya lebih enjoy.

Dandan dan merawat diri merupakan me time yang secara tidak langsung membuat badan dan suasana hati lebih rileks. Bukan karena statement orang lain yang bilang wajah lebih lecek dan tubuh lebih melar. Tapi dengan merawat diri, saya merasa lebih nyaman.

Mandi tidak lagi terburu-buru seperti sebelumnya.  Setiap malam meskipun Ray ngajak begadang, saya bisa sambil mengoles minyak zaitun di bekas strechmark. Memakai wewangian sebelum tidur seperti kebiasaan yang saya lakukan sebelumnya. Mulai memakai lagi nature republic soothing gel agar wajah saya lebih cerah. Hal-hal itu saya lalukan sebagai me time yang sempat hilang sejak saya melahirkan di akhir bulan lalu.

Tampil cantik dan menarik bukan untuk  memenuhi ekspektasi atau mendapatkan pujian orang lain, tapi hal ini saya lakukan untuk lebih menghargai diri sendiri. Setidaknya, hal ini sebagai bentuk merayakan bahagia seutuhnya setelah melahirkan, yaitu saya bisa tetap tampil  cerah dan nggak kucel.

Momen melahirkan membuat saya belajar banyak hal. Dan saya telah merayakan kebahagiaan tersebut dengan utuh. Saat ini, saya lebih bertenaga dan bersemangat meskipun harus begadang tiap malam karena ritme tidur Ray belum teratur. Tidak emosional menanggapi komentar orang saat menasihati saya tentang mengasuh dan mengasihi anak.

Merawat diri sendiri yang telah saya lakukan berpengaruh pada kondisi emosi dan mood. Selain itu, bonusnya, suami juga mengapresiasi saya dengan pujian-pujian kecil seperti "Kamu cantik sekali pagi ini, yang" atau sekadar memberikan kecupan di kening sebelum tidur sambil bilang "Terus bahagia, ya". Beliau tahu, minggu-minggu kemarin saya sering menangis dan mengeluh capek. Sekarang kami dan Ray sama-sama menikmati bahagia "seutuhnya".
Bahagia seutuhnya itu butuh upaya
Nah, untuk tampil lebih cantik dan fresh, referensi inspirasi kecantikan saya  dapatkan dari iSTYLE Indonesia. Selain itu, saya juga mendapatkan beberapa tips untuk merawat kulit wajah yang sehat. Yang ingin mendapatkan inspirasi hobby juga bisa kepo disana lho. Karena menyalurkan hobby juga termasuk me time yang membahagiakan.

Teman-teman punya cerita tentang merayakan hidup kalian? Momen apa yang membuat kalian bahagia dan patut untuk dirayakan? Bagi yuk biar sama-sama bahagia 💝💝

Read More »

Happy Life Before 40s Is Ours

"Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu, Andrea Hirata"

Saat membuka buku diary yang berisi list impian saya, ada beberapa yang sudah saya coret dan selebihnya masih on going untuk diusahakan. Kuliah S-2, pergi ke beberapa tempat, menikah dan punya anak, satu per satu saya coret dari list.

Sejak sudah menikah, saya dan suami bukan waktunya aku-kamuan lagi, maka kami berdua lebih suka menyebut impian berdua menjadi "impian keluarga". Memasuki kepala 3, saya dan suami sering mengobrol mengenai mimpi masing-masing. Kami berdua mulai menuliskan apa saja yang ingin kami wujudkan sebelum usia 40.

Happy Life Before 40’s Is Ours

Kenapa harus ada target usia? Biar kami lebih fokus untuk mewujudkannya. Selain itu, dengan arrange waktu tersebut, kaki bisa dengan mudah mengevaluasinya jika goal impiannya belum tercapai. Saya juga meyakini kalau di usia 40, seseorang itu sedang matang secara emosi dan finansialnya, yang tentunya dibangun dari pencapaiannya sebelum memasuki usia tersebut. 5 hal ini yang menjadi impian kami sebelum usia 40:

1. Akademisi cs Praktisi

Saya ingin melanjutkan S-3 dan merencanakan untuk menjadi akademisi sesuai passion yang saya miliki. Sedangkan suami lebih suka menjadi praktisi yang berhubungan dengan otomotif dan pemrograman. Seringkali, suami membantu mencarikan info beasiswa S-3 untuk saya, dan sebaliknya, saya juga sering memberikan info short course tentang hal-hal yang berkaitan dengan otomotif.

2. Jumlah anak


Insya Allah bulan ini kami sedang menunggu kelahiran anak pertama kami. Setelah menikah, jumlah anak juga menjadi bahan diskusi kami. Sebelum usia 40, kami ingin memiliki 3 anak. Jadi saat usia 40, kami bisa fokus membesarkannya dan menyiapkan kebutuhan anak-anak kami (dana kesehatan, pendidikan, asuransi jiwa).

3. Daftar haji

Berkaca dari Bapak Ibu saya yang kemarin mendaftar haji di usia 45-an dan, ibadahnya agak terganggu karena masalah kesehatan, terutama Bapak. Mempertimbangkan masa tunggu pemberangkatan haji yang cukup lama, kami berencana untuk mendaftar haji 5 tahun lagi (di usia kami 33 tahun). Sehingga, saat pemberangkatan, anak-anak kami sudah beranjak besar dan fisik kami masih prima di usia 40-an. Semoga Allah ridho. Aamiin.

4. Investasi

Tahun lalu, suami berinvestasi dengan membeli tanah di Jogja. Rencananya, tanah tersebut akan kami bangun kost karena memang lokasinya dekat dengan kampus dan swalayan. Jadi, sebelum usia 40, kost tersebut bisa menjadi salah satu income keluarga.

5. Asuransi

Kita tidak pernah tahu tentang masa depan, makanya setelah berdiskusi dan searching mengenai manfaat asuransi yang salah satunya untuk melindungi keluarga, kami sepakat untuk memasukkan dalam list impian keluarga. Membaca beberapa referensi tentang asuransi jiwa, suami mengusulkan untuk mamakai asuransi jiwa unit link dari commonwealth life. Unit link merupakan produk asuransi jiwa yang memberikan perlindungan asuransi jiwa sekaligus bisa investasi secara optimal. Nah, menurut kami, ini merupakan investasi terbaik untuk keluarga, karena selain memberikan perlindungan pada keluarga, juga bisa menjadi potensi investasi yang menguntungkan. Ada beberapa pilihan mengenai investasi unit link yang ditawarkan commonwealth life, dan kami berdua masih memilihnya sesuai budget dan kebutuhan.

Itulah 5 impian bersama saya dengan suami, semoga bisa  terwujud sebelum usia 40 tahun. Dengan mewujudkan impian kami tersebut, yes, happy life before 40’s is ours.

Apakah teman-teman punya mimpi yang ingin diwujudkan sebelum usia 40? Yuk, saling mengaminkan!

Read More »

Pengalaman Mengatasi Diare Saat Banyaknya Job Desk yang Harus Diselesaikan


Sebagai perempuan, seringkali kita dituntut multitasking untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam tenggat waktu yang bersamaan. Hmm, kalau sudah keasyikan kerja atau berusaha menyelesaikan to do list yang dibuat, bisa-bisa jadi lupa waktu. Entah itu waktu untuk istirahat atau waktu makan.

Nah, dulu waktu saya masih kerja kantoran malah bisa cenderung stres kalau sudah maksimal kerja mengorbankan waktu istirahat dan makan, tapi ternyata kerjaan nggak selesai-selesai. Kayak berasa adaaaaaa aja yang harus dikerjain. Malam harinya, yang harusnya dipakai buat istirahat, tapi kepala masih kebayang-bayang kerjaan. Badan capek pengin tidur tapi ternyata susah tidur. Eh gimana?

Terkena Diare

Kalau lagi capek dan nggak bisa tidur di malam harinya, biasanya saya membuat mie instan yang dikasih sawi sama cabe 2 biji. Entah kenapa ada guilty pleasure yang menyelinap. Dampak kerjaan numpuk salah satunya juga ke pola makan. Menyelesaikan pekerjaan jadi nggak merasa selera makan, atau lebih memilih makanan yang praktis semacam junk food atau mie instan.

Enak sih dari segi rasa, tapi tentu tidak meng-cover nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Apalagi kalau hectic, tubuh butuh asupan nutrisi yang memadai agar tidak ambruk karena diforsir tenaganya. Nah, di tengah menyelesaikan job desk akhir tahun, ternyata saya terkena diare. Karena nggak mau liburan natal dan tahun baru terganggu, makanya saya ngebut buat nyelesein dan mengabaikan alarm tubuh yang sudah protes.

Saya keliru menyepelekan diare, huhu. Buat teman-teman, please jangan anggap sepele masalah diare meskipun kerjaan menggunung. Kalau sudah ada gejala diare, segera atasi dan obati diare tersebut dengan tepat dan benar agar tidak fatal. Soalnya, gara-gara menyepelekan diare, saya terserang demam dan hampir dehidrasi. Ending-nya izin nggak masuk kantor selama 3 hari. Kerjaan nggak beres, malah badan ambruk karena diare.

Oh iya, gejala diare yang patut teman-teman waspadai agar tidak mengalami hal seperti saya, adalah sebagai berikut. 

1. Sakit perut
Ilustrasi: sumber gambar dsri dream.co.id
Pertama-tama, saya merasakan perut saya sakit dan melilit. Harusnya saya sudah waspada dengan warning ini, namun karena merasa job desk yang harus diselesaikan masih banyak, saya mengabaikan alarm tubuh ini.

2. BAB encer dan terus menerus

Nah, saya menyadari kalau lagi kena diare karena sering keluar masuk kamar mandi buat BAB. Hal ini merupakan gejala yang umum diketahui, karena sejak kecil, kalau mencret-mencret seperti ini, Ibu langsung tanggap kalau saya terkena diare dan membuatkan saya obat tradisional untuk meredakan diare tersebut. Kalau sedang di rumah, biasanya Ibu mencarikan daun jambu muda.

3. Lidah pahit dan tidak nafsu makan

Seharian keluar masuk kamar mandi membuat saya tidak fokus di kantor. Akhirnya saya izin pulang setengah hari. Lidah terasa pahit dan nafsu makan saya menurun. Sehingga, perut saya rasanya makin panas. Intensitas BAB lebih sering dari sebelumnya, meskipun perut belum diisi makanan. Bahkan, hasrat ingin kentut berubah menjadi BAB (cepirit). Huhu.

4. Lemas 

Tidak nafsu makan dan banyaknya cairan yang keluar membuat saya merasa lemas. Sesampai di rumah, saya minta tolong pembantu untuk membelikan Entrostop  di warung, karena apotek lumayan jauh dan pembantu saya tidak bisa naik motor.

Jangan obat warung ah, Neng. Bahaya. Nanti saya carikan daun jambu aja biar mampet diarenya”, kata pembantu saya waktu itu.

Saya hanya mengiyakan saja karena memang sudah nggak kuat. 

5. Demam
Ilustrasi: gambar diambil dari pixabay
Saya tertidur saat itu saking lemasnya. Saat bangun, badan saya berkeringat dan demam. Perut udah nggak karuan rasanya. Sebenarnya pembantu saya tadi sudah membawakan air daun jambu yang sudah ditumbuk, tapi karena kelamaan, saya ketiduran dan dia nggak berani membangunkan. Habis isya, saya diantar ke dokter dan diresepkan beberapa obat. Dokter juga menganjurkan saya untuk beristirahat di rumah dulu agar recovery-nya cepat. 

Ternyata saya tidak masuk sampai 3 hari karena badan masih lemas dan lidah terasa pahit. BAB masih encer, meskipun tidak sesering sebelumnya. Makanya, saya patuh sama anjuran dokter untuk istirahat di rumah dulu sampai benar-benar sembuh, apalagi beliau bilang kalau saya hampir dehidrasi karena banyak kekurangan cairan. Hal yang semula saya anggap sepele, ternyata sangat fatal saat saya mengabaikannya. 

Menyelesaikan pekerjaan memang tanggung jawab kita, tapi kita juga harus bertanggung jawab dengan tubuh dan kesehatan juga.

Belajar dari pengalaman

Pengalaman diare saya yang membuat saya tumbang tidak masuk kantor beberapa hari membuat saya lebih mawas diri. Makanya, di awal tahun 2017, ketika sibuk menyelesaikan tesis, saya lebih aware saat terkena diare.

3 bulan penuh dengan deadline untuk memenuhi syarat-syarat ujian dan menyelesaikan revisi tesis dari pembimbing. Selain itu, saya juga harus merawat Bapak yang sedang recovery sakitnya. Sering begadang karena memang mau mengejar jadwal wisuda Juli biar tidak membayar SPP semesteran lagi membuat saya tertantang untuk menyelesaikannya.

Baca juga: Merawat Orang tua yang sedang sakit harus strong

Jadwal tidur dan makan membuat badan sempat drop dan lagi-lagi warning berupa diare seperti tahun sebelumnya. Kali ini saya tidak mau mengabaikan dan menyepelekannya. Nah, beberapa hal ini yang saya lakukan untuk mengatasi diare yang tepat dan benar:

1. Istirahat yang cukup

Saya tidak memaksakan diri untuk ke kampus atau berlama-lama di depan laptop untyk menyelesaikan draft tesis.  Berkaca pada pengalaman sebelumnya,  saya lebih memilih untuk istirahat total baik fisik maupun pikiran.  Saya berusaha rileks dan tidak terbebani dengan job desk yang harus saya selesaikan. Lebih baik memukihkan badan dulu, agar bisa on fire lagi. Saya juga mulai mengurangi begadang,  hehe.

2. Minum air putih
Source: www.galenic.info
Meskipun terasa pahit di lidah,  saya memaksakan untuk minum air putih agar tidak dehidrasi.  Karena waktu itu,  saya BAB cukup sering (5-7 kali dalam sehari).  Oh iya,  bagi teman-teman yang terkena diare dan sering ke kamar mandi,  bisa juga membeli oralit ya biar nggak dehidrasi.  

3. Makan yang bernutrisi

Saat merasa terkena diare,  saya benar-benar menjaga pola makan saya, terutama memenuhi asupan nutrisi biar cepat pulih. Selain itu,  saya jugae menghindari makanan yang menjadi pemicu diare: Susu, makanan berminyak, kafein, makanan asam dan pedas (mie instan merupakan godaan yang luar biasaaaaa).

Oh iya,  saat telepon Ibu,  saya juga disuruh membeli salak.  Katanya bisa membantu biar diarenya mampet.

4. Mengompres air hangat

Karena perut saya melilit,  saya mencoba mengompresnya dengan air hangat.  And it's work.  Nyeri dan lilitannya agak mendingan.

5. Minum obat anti diare

Saya memutuskan untuk istirahat dan tidak pergi ke kampus. Selain itu, saya titip sahabat saya untuk membelikan Entrostop di apotek. Saya makan terlebih dahulu untuk memulihkan tenaga karena BAB cukup sering membuat badan agak lemas, lalu meminum 1 tablet entrostop dan istirahat lagi. 

Oh iya, waktu itu saya pernah meminta tolong pembantu saya untuk membelikan Entrostop di warung. Stereotip “obat warung”, membuat pembantu saya merasa worry untuk memberikannya kepada saya karena beliau pernah mengalami pengalaman hal yang buruk terhadap obat yang dijual di warung. Beliau pernah membeli obat sakit kepala di warung dan ternyata sudah expired. Setelah meminum obat itu, bukannya sembuh malah makin parah. Sejak saat itu, pembantu saya kapok membeli obat di warung. 

Entrostop memang mudah ditemukan di warung-warung, dan terus terang itu memudahkan saya saat terkena diare karena tidak harus membeli di apotek yang lumayan jauh dari rumah. Nah, kalau membeli di warung, saya biasanya mengecek masa daluarsa obat. Jadi, obat yang dijual di warung, tidak berarti lebih buruk kualitasnya dengan yang dijual di apotek.

Fyi,  entrostop tidak dianjurkan untuk dikonsumsi lebih dari 2 hari.  Jadi,  kalau teman-teman mengalami diare dan sudah mengatasinya seperti 5 langkah di atas atau mungkin langkah lain,  tapi tetap belum reda,  sebaiknya pergi ke dokter ya. 

Kalau pengalaman saya,  dengan 5 hal tersebut di atas saat terkena diare di tengah menyelesaikan job desk sebagai mahasiswa tingkat akhir, hehe. Alhamdulillah, tesis lancar dan diare pun bisa sembuh.
Menjadi #IbuBeraksi untuk Suami yang Terkena Diare

Pengalaman saya dalam mengatasi diare juga saya terapkan saat suami juga terkena diare. Sebagai istri dan calon ibu, saya mau keluarga saya bebas dari diare. 

Saat suami kulineran
Ceritanya, saat liburan, suami dan teman-temannya melakukan short trip ke Jogja. Selain terkenal dengan objek wisata, Jogja juga terkenal dengan kulinernya yang enak dan murah. Sepulang dari Jogja, beliau mengeluhkan perutnya tidak enak dan intensitas BAB-nya lumayan sering dari biasanya. Wajahnya sedikit pucat.

Saya menyuruhnya beristirahat. Sebelumnya, saya siapkan sup hangat dan segelas air putih.

“Masih mencret?”, tanya saya.

Dia menganggukkan kepala. Beberapa saat kemudian, saya pergi ke mini market untuk membeli entrostop dan beliau meminumnya 1 tablet. Bangun dari tidur, badannya sudah lebih segar, perutnya pun sudah berangsur membaik. Meskipun BAB-nya masih encer, tetapi intensitasnya sudah berkurang. Sorenya saya memintanya untuk meminum entrostop 1 tablet lagi setelah makan. dan Alhamdulillah keesokan harinya diarenya sudah berangsur sembuh.

Lesson Learned

Please, jangan menyepelekan diare, karena faktanya diare bisa mengakibatkan kematian. Diare bisa disebabkan karena pola makan yang tidak teratur, gangguan psikis atau stress karena pekerjaan yang juga pernah saya alami dan kurang istirahat.

Apapun pengobatannya, baik secara tradisional maupun pengobatan modern, sama-sama baik, karena setiap orang memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda. Dalam hal ini,  saya dan keluarga merasa cocok mengonsumsi entrostop untuk mengatasi diare (obat anti diare). Nah, kalau sekiranya diare masih berlanjut, jangan berpikir dua kali untuk pergi ke dokter agar mendapat penanganan segera.

Teman-teman punya pengalaman mengatasi diare juga? Yuk sharing agar bisa atasi diare dengan tepat dan benar. Semangat sehat selalu.

Read More »

Menu Gizi Seimbang Saat Masa Kehamilan a la So Good


Beberapa waktu lalu, saya sempat menceritakan tentang pengalaman saya saat melalui trimester pertama kehamilan yang sempat mengalami mual dan muntah. Selain itu, saya juga sempat sharing kebiasaan-kebiasaan baru saat awal menyambut kehamilan. Dan ternyata, mendokumentasikan cerita tentang kehamilan itu sangat menyenangkan!

Nah, kali ini saya juga mau cerita tentang hal-hal apa saja yang saya lalui di trimester kedua 💖💖

1. Manaqiban

Di trimester kedua ini, tepatnya di usia kehamilan 4 bulan, saya dan suami mengadakan manaqiban. Sebelumnya saya tidak tahu istilah manaqiban itu apa, setelah dijelaskan suami kalau itu sama kayak pengajian 4 bulanan, saya langsung “ngeh”. Pada hari ke-120, ruh ditiupkan dan Allah mengutus malaikatuntuk mencatatkan rezeki, waktu kematian, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. Suami menjelaskan lebih lanjut.

Sebelumnya ibu mertua sudah sounding tentang manaqiban, cuma saya iya-iya saja padahal belum mengerti yang dimaksud ibu waktu itu. Beliau menanyakan kapan pasnya usia 4 bulan kehamilan saya dan mencatatnya di kalender.

Ibu juga yang sibuk menyiapkan ini-itunya. Saya pikir hanya pengajian biasa saja, ternyata di rumah juga masak-masak yang lumayan rempong juga. Kalau di desa, tiap ada yang punya hajat, entah itu skala kecil atau besar, pasti ada saja yang datang untuk membantu. Suasananya masih guyub (rekat satu sama lain—red). 
Snack dan makanan saat manaqiban
Pas manaqiban itu, keluarga menyiapkan snack, makan besar dan oleh-oleh yang dibungkus kardus kotak untuk dibawa pulang oleh para santri yang datang mengaji. Waktu itu yang datang kurang lebih 70 orang. Dimulai habis isya, pengajian dipimpin oleh salah satu ustadz di pondok pesantren yang lokasinya tidak jauh dari rumah. Suasananya khusuk sekali. Pas dibacakan surat Yusuf dan Maryam, ada rasa haru yang menyelinap di hati saya dan tangan saya refleks mengusap perut sambil ikut membaca suratnya.

2. Merasakan Gerakan janin

Gerakan halusnya pertama kali membuat saya sangat excited sekali menjalani trimester kedua ini. Saya lupa pasnya di minggu ke berapa, tetapi hal tersebut membuat saya lebih intens lagi mengajak ngobrol janin yang ada di perut saya. sebenarnya kebiasaan ini sudah saya lakukan sebelumnya, hanya saja gerakan janin di perut saya membuat saya lebih bersemangat untuk mengajaknya ngobrol tentang apapun.


3. Mengetahui jenis kelamin

Selain merasakan gerakan lembutnya, tepatnya di usia kehamilan 22 Minggu, dokter kandungan memberitahukan jenis kelamin janin. Saya ingat sekali pas cek kandungan, dokter Zamzuri senyum-senyum memperlihatkan jenis kelamin bayi di layar USG. suami saya yang awalnya mengantuk karena sudah lama menunggu antrian dokter menjadi sumringah mendengar penjelasan dokter. Bahkan saat dokter mengeprint hasil USG, suami melihat-lihat lagi di rumah. Seperti biasa, beliau menceritakan hasil cek kandungan kepada Bapak Ibu sambil memperlihatkan video yang direkamnya dan print out hasil USG-nya.

4. Insomnia

Poin 1-3 kayaknya cerita bahagia, dan mulai poin 4 ini saya akan sharing hal-hal yang membuat saya tidak nyaman serta solusi apa yang saya lakukan.

Jadi, di trimester kedua ini, saya mengalami insomnia parah. Sudah dipaksa tidur tapi tetap saja nggak bisa. Meskipun mata terpejam, saya tetap terjaga dam akhirnya membuat saya migrain, huhu.

2 minggu pertama, biasanya baru bisa tidur jam 2 malam ke atas, bahkan sampai shubuh pun pernah. Karena saya nggak enak sama mertua, paginya saya tetap bangun dan membantu pekerjaan di dapur. Ternyata hal tersebut membuat fisik saya capek dan uring-uringan karena kurang tidur. Mood saya yang naik turun dan insomnianya makin parah, huhu.

Suami menyuruh saya rileks dan tidak terlalu ngoyo. Rileks itu muncul dari diri kita sendiri. Makanya, saya mengubah mind set dan lebih rileks mengatur pola tidur. Jadi saya tidak memaksakan diri lagi untuk “pura-pura” tidur di malam hari dan memforsir diri saat paginya. Kalau memang terserang insomnia, saya memakainya untuk membaca buku, menonton TV yang acaranya menarik dan pillow talk dengan suami.

Paginya bagaimana? Setelah subuh, saat saya bisa tidur, suami membiarkan saya tidur. Sebelumnya saya sudah mengobrol dengan ibu kalau saya mengalami insomnia dan sebenarnya beliau tidak apa-apa kalau paginya saya harus istirahat. Hanya saja rasa sungkan dan nggak enak tadi yang membuat saya terbebani. Masa iya, menantu bangun siang sih, apa kata mertua nanti. Saya menghapus pikiran itu dan memilih mendiskusikan langsung dengan mertua.

It’s work! Saya jadi lebih segar meskipun siklus tidur saya terbalik. Emosi saya juga lebih stabil dari sebelumnya. 

5. Picky Eater

Biasanya saya yang ngomel-ngomel sama anak-anak saat mereka susah makan atau bahasa gaulnya menjadi picky eater. Tapi, saat di kehamilan di trimester kedua, saya yang sering dimarahi Ibu karena susah makan. Saya yang biasanya doyan apa saja, menjadi sangat pemilih. Bahkan kalau sudah suka sama sesuatu, bisa makan itu-itu saja setiap hari dan akhirnya melupakan kandungan nutrisinya, huhu.

Saya pernah suka dengan aroma jagung, sehingga setiap hari saya bisa makan terus-terusan menu jagung, entah pagi, siang maupun sore. Pokoknya, setiap makan harus ada jagungnya. Saya sampai searching beberapa menu yang memakai bahan jagung. Nah, karena hal itu, saya jadi pemilih sekali saat makan. Kalau sudah makan jagung rebus, atau nasi dengan sayur bening yang ada jagungnya, sudah merasa cukup. Sehingga seperti tidak selera lagi untuk makan buah atau ayam yang menjadi sumber nutrisi buat saya dan janin, huhu.

6. Gangguan Pencernaan dan sembelit

Mungkin karena menjadi picky eater, sehingga pencernaan saya menjadi terganggu. Saya mengabaikan makan buah dan makanan berserat, sehingga imbasnya terkena sembelit. Memang sih, saya mengonsumsi sayur-sayuran, tetapi jumlahnya belum mencukupi (porsinya hanya sedikit), huhu.

Sharing dengan beberapa sahabat saya yang sedang hamil, keluhan sembelit memang menjadi momok mereka. Penyebab klisenya karena pola makan dan mungkin komposisi makanan yang tidak terpenuhi oleh tubuh sehingga metabolisme terganggu.

Hmmm, hal ini sangat tidak nyaman, apalagi terjadi saat hamil yang tidak boleh sembarangan minum obat-obatan kimia. Makanya, saat mengalami sembelit, saya berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mencari solusi aman mengatasinya.


7. Mulai mengonsumsi menu gizi seimbang


Ternyata bukan anak kecil saja yang butuh stimulus agar doyan makan yang bernutrisi, tidak hanya sekadar suka-suka. Tetapi ibu hamil juga lho. Beberapa bulan lalu, saya mengenal menu piring gizi seimbang a la so good yang bersliweran di lini social media saya. I’m so excited, karena saya juga penggemar So Good dai dulu pas zaman kantoran, karena cara masaknya praktis.

Dari beberapa artikel yang menyajikan kreasi tersebut, saya merasa teredukasi bahwa tubuh membutuhkan zat gizi dalam jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu: 15% protein, 15% buah, 35% sayur, 35% bahan pangan yang mengandung karbohidrat dan 8 gelas air putih. Karena saya ingin terhindar dari sembelit dan menjaga asupan nutrisi untuk tubuh saya dan janin, maka saya mulai berkomitmen untuk menjaga pola makan dengan mengonsumsi menu gizi seimbang.


Nah, setidaknya ada 5 hal pentingnya mengonsumsi menu gizi seimbang bagi ibu hamil:
  • Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin
  • Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat menjalani kehamilan dengan baik dan aman
  • Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu
  • Mengatasi permasalahan selama kehamilan
  • Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui setelah kelahiran bayi

Saking pentingnya asupan nutrisi bagi ibu hamil, makanya saya juga nggak lagi-lagi makan serampangan. Apalagi kemarin membaca beberapa kreasi unik menu piring gizi seimbang dari So Good yang membuat saya makin semangat memulai pola makan sehat dengan meniru komposisi makanannya. Kebetulan saya lagi demen banget sama ayam bumbu kuning dan So Good punya ayam bumbu kuning yang lagi saya pengenin. Jadi pas ke minimarket saya sempatkan beli deh.

Saya mengonsumsi So Good untuk memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Beberapa kali makan So Good paha dan dada yang bumbu kuningnya menggugah selera makan. Kayak ngidam jagung di trimester awal, saya nggak bosan makan ayam So Good. Tinggal selang-seling menu sayuran dan buahnya. Nah, 3 menu di bawah ini merupakan contoh menu piring seimbang a la So Good yang menjadi asupan saya, siapa tahu teman-teman juga jadi semangat untuk bikin kreasinya:

Komposisi menu pertama: nasi, sayur brokoli (campur jamur dan wortel), manggis dan ayam bumbu kuning So Good , segelas air putih


Karbohidratnya saya memilih nasi, sedangkan sayurannya adalah brokoli yang sangat menyehatkan untuk ibu hamil, karena mengandung zat besi dan asam folat yang membantu mencegah anemia dan tubuh lesu saat hamil. Kandungan seratnya pun tinggi yang berfungsi mengatur kadar insulin ibu hamil. Untuk buahnya saya memilih manggis, selain karena di rumah sedang musim buah manggis, selain itu buah ini baik untuk ibu hamil karena menurut referensi yang saya baca, manggis dapat dapat mengatasi sembelit. Cucok banget! Untuk proteinnya saya memilih ayam bumbu kuning So Good yang digoreng.

Komposisi menu kedua adalah: nasi, daun pepaya, duku, ayam bumbu kuning So Good, segelas air putih.


Karbohidratnya berupa nasi. Sayurnya daun pepaya yang kaya akan zat besi dan dapat mencegah anemia pada ibu hamil. Selain manggis, di rumah sedang musim duku, makanya saya juga mengonsumsinya sebagai buah. Mengonsumsi buah duku secara rutin membantu seorang ibu hamil dalam menangani radikal bebas agar tidak mengganggu perkembangan janin. 

Komposisi menu ketiga adalah: nasi, sayur bayam, jeruk, ayam bumbu kuning So Good


Karbohidrat bersumber pada nasi. Sayurann kali ini pengin yang ada kuahnya, yaitu sayur bayam yang mengandung asam folat tinggi, bagus dikonsumsi saat hamil karena bermanfaat untuk perkembangan janin. Buah jeruk juga bagus dikonsumsi ibu hamil karena kandungan antioksidan dan vitamin C dalam manfaat jeruk untuk ibu hamil akan meningkatkan imunitas tubuh. Ibu hamil membutuhkan imunitas yang tinggi untuk mempertahankan kesehatan fisik dan juga kesehatan janin. Untuk sumber proteinnya, saya masih demen banget sama ayam bumbu kuning So Good yang digoreng.

Selain memerhatikan asupan gizi seimbangnya, saya juga rajin minum air putih 8 gelas tiap hari. Awalnya sering malas karena takut buang air kecil terus menerus dan alasan klise lupa menghitung berapa gelas yang sudah diminum di hari tersebut. Tetapi setelah menjalaninya, ternyata buang air kecil termasuk proses metabolisme tubuh, sehingga badan menjadi lebih enak karena metabolismenya lancar. 

Jika diperhatikan pada menu di atas, saya mengonsumsi So Good untuk memenuhi kebutuhan protein saya. Ada beberapa hal yang membuat saya memilih So Good adalah sebagai berikut:

💓Enak dan kaya protein. So Good diolah dari bahan-bahan berkualitas terbaik dan diproses dengan teknologi tinggi untuk memastikan rasa yang enak dan kualitas gizi protein yang terjaga utuh saat dihidangkan. Sebenarnya ada banyak varian produknya, hanya saja saat  hamil, saya lagi demen banget sama ayam bumbu kuningnya, hihi.

💓 Praktis dan higienis. Seluruh produk So Good diolah dan dikemas dengan teknologi tinggi untuk meminimalisir kontaminasi, sehingga kehigienisan terjaga. Produk-produknya sangat praktis lho dihidangkan dalam berbagai kesempatan. Untuk saya yang notabene sedang hamil dan seringkali malas memasak, restok So Good di kulkas adalah solusi. Saat lapar melanda, bisa langsung goreng dan dinikmati.

💓 Kualitas terjaga. Produk So Good melewati proses pemasakan hingga suhu 170° C selama tidak kurang dari 3 menit, langsung dibekukan cepat menggunakan teknologi IQF untuk menjamin kesegaran, kelezatan, dan nutrisi kandungan produknya.

💓 Hasil produknya inovatif. So Good berkomitmen untuk selalu berinovasi dalam menghasilkan produk-produk daging olahan dengan rasa yang enak serta mengandung gizi protein yang baik untuk mencukupi kebutuhan gizi seimbang keluarga Indonesia. Varian So Good apa yang paling teman-teman suka?
Saat ini saya sudah masuk trimester tiga dan benar-benar menjaga asupan nutrisi makanan untuk tubuh dan janin saya. Karena dampak kekurangan nutrisi dapat berpengaruh pada ibu hamil yaitu: anemia, pendarahan post partum dan infeksi post partum. Kekurangan nutrisi juga membahayakan janin karena bayi bisa lahir prematur, kekurangan energi protein, cacat bawaan dan berat badan bayi rendah.

Makanya, saya ikut-ikutan mengkreasikan menu piring gizi seimbang a la So Good, dan nggak mau jadi picky eater lagi. Menyusun komposisi makanan dalam piring agar zat dan nutrisinya terpenuhi ternyata sangat menantang dan mengasyikkan. Yaaah, seenggaknya karbohidrat, sayur, buah dan proteinnya mencukupi untuk kebutuhan tubuh. Mau ikutan juga? Yuk menjaga pola hidup sehat bersama So Good 💓. Keep healthy!

Artikel ini akan diikutsertakan di dalam Lomba Blog Kreasi Menu Gizi Piring Seimbang So Good

Referensi:
Diah Ayu Fitriana, Gizi Seimbang Ibu hamil http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/

Sogood.id

Read More »