Featured Slider

Tentang Ibu dan doanya

Saya baru benar-benar menyadari kalau hubungan saya dengan ibu banyak lukanya adalah ketika Bapak pergi. Saya jatuh bangun belajar, trial eror hanya agar bisa ngobrol enak sama Ibu. Terkesan sepele, tapi dampaknya mendalam sekali bagi saya.

Padahal diksi obrolan Ibu sekarang ini juga sering diobrolkan dengan saya dulu, tetapi hal itu yang justru menjadi trigger dan membuat obrolan kami jauh dari rasa nyaman. Ujungnya, saya memilih lebih banyak diam, karena takut reaksi saya menyakiti Ibu. Sikap ini keliru lagi, karena Ibu merasa didiamkan, "salahnya apa?". Hanya ada salah dan salah banget. Ngobrol salah, diam juga salah banget.

Luka dan Doktrin Masa Kecil

Saya menyadari ada luka itu, sebelumnya saya melawan sekuat tenaga, menghindari dengan emosi agar lekas pergi. Tetapi, sikap-sikap itu yang membuat saya semakin marah tidak terkendali. Akhirnya, saya menerima satu per satu. Mengizinkannya hadir pelan-pelan meskipun sesak sesekali, tapi saya memberika ruang untuk "rasa sakit, marah, kecewa sekaligus kasihan terhadap Ibu" yang pada waktu itu mungkin juga menanggung luka, capek dan segala perasaan nanar namun tidak bisa menjabarkannya.

Yang membuat saya menerima juga adalah, saat ini saya bisa minta tolong, dan harus berbuat apa selanjutnya untuk mengatasinya--meski tidak atau belum sepenuhnya berhasil. Tapi saya membayangkan betapa kesulitannya Ibu waktu itu? Di usia 40 nya memiliki saya, yang menurutnya, masa kecil saya sangat strugling pengasuhannya. Label nakal, susah diatur, sulit dibilangi dan label-label lainnya dilekatkan kepada saya dan sampai sekarang pun obrolan itu yang menjadi pemantik rasa tidak nyaman itu. 

"Kowe ndhisik ngeyele sak pole, flek paru-paru kudu ngobati raoleh telat, yen telat dibaleni meneh". Padahal dulu Bapak juga sering mengobrolkan tentang ini, plek ketiplek sama. Bapak juga mengeluhkan hal yang sama seperti Ibu. Tapi saya tidak tersinggung sama sekali, obrolan itu menjadi bumbu kenangan, oooh ternyata memang susah banget ya dulu ngatur saya pas kecil. Tapi, ketika Bapak tidak ada, Ibu mengeluhkan itu seperti kaset rusak, diulang-ulang, dan saya merasa marah sekali. KENAPA? SAYA FRUSTASI DENGAN PERASAAN SAYA SENDIRI. TERNYATA KAMI BERDUA SAMA-SAMA TERLUKA. Sehingga, obrolan kami isinya hanya amarah.

Obrolan kaku itu makin diperparah karena doktrin yang Ibu tanamkan dari kecil kalau membalas kata-kata atau perintah orang tua itu adalah durhaka dan dosa. Padahal obrolan yang enak itu dua arah, bagaimana bisa ngobrol enak tapi intonasinya menyebalkan? Misalnya, Ibu menyuruh saya menambah anak lagi, biar dapat perempuan, sekalian yang repot, katanya. Hal ini diulang-ulang yang pada akhirnya saya bilang, saya cukup punya tiga anak lelaki dan mau fokus membesarkannya. Saya menjawab lugas dan selalu sama jawabannya. Hingga pada suatu momen saya bilang kalau tidak nyaman dianjurkan hal demikian, apalagi Ibu pernah mendoakan secara khusus untuk ini. Ibu sempat marah karena mungkin jawaban saya melukainya, tapi anjuran Ibu pun melukai saya dan merusak obrolan-obrolan selanjutnya. Memproses ini butuh waktu yang panjang sekali. Dan Ibu paham, obrolan tentang menambah anak, tidak sering lagi menjadi pembahasan kami. TAPI TERNYATA MASIH BANYAK DIKSI-DIKSI OBROLAN LAIN YANG MENYULUT LUKA-LUKA MASA KECIL SAYA *Cry.

Honestly, saya tidak menyerah menghadapi Ibu. Sesekali gagal, tapi saya mencoba lagi dan lagi. 

Berproses

Suami yang menjadi saksi proses saya sampai sekarang ini. Tidak jarang saya menangis sesenggukan di mobil karena diksi-diksi obrolan Ibu seperti silet yang di waktu tertentu membuat saya setengah mati memplester mulut saya agar tidak menjawab dengan reaktif, sehingga kami berdua sama-sama terluka. 

Ibu menjadi prioritas saya dan membuat saya open minded mencoba hal-hal baru agar hubungan kami berdua nyaman satu sama lain. Ibu tidak perlu lagi sungkan atau rikuh dan menganggap beliau adalah beban. Padahal saya dan ketiga kakak lelaki saya sama-sama menjaga bagaimana beliau bisa menikmati hari senjanya dengan suka cita.

Saya sedang adaptasi dengan jadwal kuliah dan tugas-tugas. Sabtu yang biasanya libur, sekarang zooming seharian. Kelihatannya leha-leha karena bisa disambi ina inu, tapi ternyata harus fokus on camera 100 menit bahkan lebih per mata kuliahnya.

Sampai pada, Jumat saya mengosongkan jadwal untuk mengantar Ibu chek up karena Budhe Endang jadwalnya bentrok nganter Ibunya. Mood Ibu mungkin sedang lagi nggak bagus, jadi pas ditanyain mau hari apa kontrolnya, bukan jawab fokus malah kepleset "Yen raiso ngeterke kabeh tak akon liyane" *NANGIS BANGET. Saya sama sekali ga merasa terbebani, bahkan budhe pun selalu rutin melakukannya. Tapi untuk menyusun hari yang match, obrolannya bisa jadi keliru. Jumat saya kosongkan untuk nganterin Ibu dan biasanya kami me time lunch sebelum jemput anak-anak pulang sekolah.

Sampai pada undangan mendadak di Kamis Sore...... :(


Malamnya, saya menyusun ulang jadwal Jumat. Ray berangkat lebih pagi bareng Budhe Endang (saya sounding beeeerkali-kali), karena seminggu terakhir Ray lebih memilih berangkat bareng Benterang yang konsekuensinya pasti telat, huhu. Saya mengantar Ben sekalian ngedrop Ibu ke RS. Sounding ke Ibu gak kalah tricky, karena kalau kepleset diksinya, bubaaaar semua-muanya.

Budhe Endang adalah partner di segala cuaca :)))))

"Bu, aku izin langsung ke kampus ya, kemarin ada undangan mendadak, rencananya mau berangkat siang, tapi mending aku berangkat pagi aja daripada nanti pulangnya kemalaman", wajah Ibu agak berubah. Tapi aku meneruskan "Aku udah bilang Iqbal, nanti jam 10 an aku telpon, ya. Maaf ya, Bu", Bahasaku pake Jawa alus, memastikan mood Ibu tetap baik dan tidak merasa tersinggung serta beranggapan kalau "saya tidak mau menemaninya padahal kemarin bilang bisa"

Kloter kedua berangkat pagi, paket combo kalo berangkat gak telat no drama

Inti Cerita Tulisan Ini

Saya menemui Prof sesuai jadwal Beliau. Hal pertama yang ditanyakan setelah saya duduk adalah "Eh Mbak, Lha trus Ibu gimana? Sakit apa?", saya cerita sedikit tentang Ibu dan Beliau juga menceritakan kalau mertua beliau memilih tinggal dengan Beliau dan Istrinya.

"Oh jaga baik-baik berliannya di rumah ya, Mbak. Orangtua, apalagi seorang Ibu itu doanya luar biasa hebatnya. Saya ga mungkin bisa seperti ini tanpa doa Ibu saya", hati saya hangat, saya menahan air mata saya.

"Merawat orangtua itu tidak selalu mulus....", lanjut Beliau.

"Berat ya, Prof?", saya menimpali agak berat. Karena teorinya aja yang gampang, tapi praktiknya seperti pasang surut mengusahakannya.

"Iya, justru disitu letak ibadahnya. Mereka seperti bayi yang punya nafsu. Kalau ngurus bayi kan enak ya, tapi kalau orangtua, pikirannya seperti bayi yang punya nafsu. Itulah ibadah terindahnya", Ambyar pertahanan saya ingat Ibu yang harusnya hari ini bisa mengantarkan seharian, ternyata lusut.

Air mata saya berurai.

Beliau menyerahkan SK jaminan pembiayaan kuliah saya. 

"Saya mengucapkan selamat karena sudah mulai kuliah, insya Allah tepat waktu lulusnya ya, Mbak. Selanjutnya, karena sekolahnya masih disini, nanti kalau tidak mengganggu kuliah, saya minta tolong dibantu kalau kampus butuh bantuan Mbak Aya.....", 2 hal ini saya tanggapi dengan anggukan.

"Dan yang terakhir pesan saya, JAGA IBU", Beliau mengulangnya lagi. Anggukan saya makin dalam.

Saya kemarin merasa berpeluh sekali, merasa terbebani dengan perasaan sedih Ibu yang lebih sedih karena saya gagal mendaftar beasiswa. Beliau tidak bisa tidur berhari-hari hanya mau bilang "Besok kalau uangnya kurang, pake tabunganku, Nduk" *cryyyy. "Insya Allah cukup, Buk. Rasah menggalih ya, doakan cukup. Tabungane dingge seneng-seneng Ibu", Beliau baru bisa tenang. Saya yang gagal, beliau yang lebih pilu. 

Mungkin saya sedang memproses luka-luka kecil yang saya lalui dulu. Tapi satu hal yang pasti, saya tidak pernah menyalahkan Ibu karena saya yakin Beliau dulu juga telah mengusahakan yang terbaik yang beliau bisa. Saat ini Beliau mungkin juga sedang berproses, karena sebelumnya Beliau selalu makmum penuh sama Bapak. Apa yang diputuskan Bapak, Beliau selalu taat dan patuh. Dan sekarang ini Beliau mungkin sedang pelan-pelan juga menata hatinya.

"Kalau butuh apa-apa, ada aku ya, Bu. Ibu gak merepotkan sama sekali. Aku tinggal satu atap nemenin Ibu nggak kemana-mana. Maafkan aku banyak kurangnya"

Me time kami berdua :)




Read More »

Penerimaan yang Baik

Menceritakan ini, seperti menilik lini masa yang saling bertautan. Tentang proses pemaknaan tentang penerimaan yang baik. Mengeja arti usaha yang sesungguhnya, dengan menerima hasil yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan (saya).

You are brave, Dear! :)

Waktu kecil, saya tidak diajari bagaimana ketika menghadapi kegagalan. Sistem perangkingan membuat saya ambisius untuk mengisi 3 besar di raport. Ketika saya gagal mendapatkannya, rasa bersalah itu menjelma menjadi badai yang sulit saya deskripsikan rasanya. 

Saya disuruh belajar, tapi tidak ditemani bagaimana cara belajar dan bagaimana harus mencintai pelajaran itu sendiri. Saya tidak boleh bermain keluar rumah lama-lama, tetapi saya tidak diajari saya harus melakukan apa di rumah. Dulu perasaan ini saya abaikan, tetapi ternyata saya mengingatnya jelas sekarang ini. Sehingga ketika memiliki anak, ternyata memang se-effort itu. Memikirkan A to Z.

Tentang Ujian

2 bulan terakhir saya ikut beberapa ujian. Ujian studi lanjut dan beberapa ujian ikut beasiswa. Perasaan saya weird ketika tidak lulus beasiswa tapi sekaligus lega, karena saya tahu sudah mempersiapkan semuanya dengan all out. Saya melupakan dan mencari beasiswa lainnya. Perasaannya campur aduk, tapi saya menerimanya.

Tadi pagi, setelah mengantar anak-anak sekolah, ujian sekaligus hadiah itu datang sebagai surprise pembuka usia baru saya. Tangan saya gemetar, kaki saya tremor, air mata saya bercucuran. Saya menunaikan dhuha agar hati saya lebih lega. Meletakkan dunia dan seisinya yang pada hakikatnya bukan milik saya. Wajah Bapak berkelebat berulang kali seperti hari-hari terakhir memeluk hangat saya. Memori dengan beliau, menjadi penyemangat saya menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang berkali-kali membuat saya ingin menyerah tapi tetap saya lakukan semampu dan sebaik yang saya bisa.

Pada akhirnya, saya memaafkan dan Belajar pelan-pelan mengeja tentang penerimaan yang baik dari hal yang begitu menghancurkan rasa percaya diri saya sedemikian rupa. Saya patuh, saya taat ya Allah. Semoga Engkau ridho.

Kamu berani, kamu hebat sekali, kamu sudah mencoba yang terbaik yang kamu bisa dari segala peran yang kamu punya. Menjadi Ibu, istri, anak, adik dan peran lainnya. Pelan-pelan ya, sayangku, kamu tidak sedang berlomba dengan siapapun, peluk diri sendiri, dan berjalan lagi. Ujian kali ini bisa kamu menangkan...Allah knows who you are, khusnudzon ya!*mantra yang saya ucapkan untuk menutup malam ini.

Malam ini, kami tidur berpelukan. Erat. Satu sama lain. 


Read More »

Prioritas

Aku tidak tahu, akhir-akhir ini kangen sekali dengan Bapak. Rasanya seperti sesak. Dalam sekali. Menyiapkan sekolah lagi ternyata memang tidak akan pernah siap, padahal sejak 2 tahun lalu, aku telah menyiapkan pondasinya, biar sekolah dan keluarga bisa seimbang. Tapi ternyata, aku masih terbata-bata juga menyesuaikan ritmenya.

Baca juga: Kangen Bapak

Tapi...

Ada perasaan berbeda. Aku tau tujuanku kemana. Sekolah lagi untuk apa. Dan antar jemput anak-anak ke sekolah, yang sebelumnya menguras tenaga dan emosiku, ternyata saat ini menjadi waktu intimate kami. Semacam pleasure untuk mood booster-ku sehari-hari. Aku dejavu beberapa tahun lalu, sebelum berangkat ke kantor, aku selalu muterin Dio dan Dea. Ternyata momen itu berulang kembali pas punya anak-anak. 

My Universe

Aku tahu prioritasku, meski seringkali aku lupa "ini buat apa?", mereka menjadi kompas pengingat bahwa mereka selalu menunggu dengan suka cita di rumah. Berebut pelukan dan ciuman. Nak, mungkin Ibu adalah duniamu. Dan bagi Ibu, kalian adalah adalah segala semesta yang Ibu punya. Semoga Allah seeelalu sayang pada kalian ya, Nak, ya.


Notes:
Hari ini pikiran rasanya penuh sekali, kerjaan tergesa-gesa. DAN PALING BENCI BANGET SAMA PERASAAN NANO-NANO BEGINI. BENGONG DIKIT MEWEK. PADAHAL GA ADA APA-APA. Menyesuaikan ritme LDM rasanya gengges banget. Padahal kalau dekat juga biasa aja, tapi kalau jauh ternyata dicariin. PAPI KAPAN PULANG, BU?* ping sewu. Ibunya njawab dengan nada lembut, padahal sering ambyar juga karena capeknya.

Again, mungkin kita punya banyak hal yang ingin digapai. Tapi aku memaknai tentang prioritas. Paham banget kalau keluarga adalah prioritas paling atas dan rumah ternyaman untuk selalu pulang.
Read More »

Merayakan Menjadi Ibu



Momen menjadi Ibu seringkali membuatku termenung. Lama. Ada perasaan-perasaan yang aku sendiri bingunh mendefinisikan. Apakah marah? Apakah capek? Apakah merasa cukup? Atau bahkan perasaan lainnya yang lagi-lagi membuatku bingung mendefinisikannya sebagai apa. Tapi rasa itu utuh ada.

Aku ingin egois makan dan minum dengan nyaman, tapi di saat bersamaan merasa bersalah ketika salah satu dari mereka minta ditemani main. Aku yang jangankan menyisir rambut, bahkan mandi saja sering jamak qasar. Mata terpejam tapi kepala lari kemana-mana.

Ketika nadaku sudah melengking, tubuhku terasa linu, aku duduk dan menata napas. Anak-anak hanya menuntut haknya, tempat ternyaman adalah aku sebagai Ibunya. Aku menangis entah yang ke berapa kali, merasa bersalah yang brengsek sekali hadir tanpa permisi. 

2 bulan terakhir, anak-anak gantian sakit. Rata. Satu, dua dan tiga. Padahal aku sudah berusaha menjaga asupan makan, minum dan vitamin yang katanya tidak murah. Tapi imunnya ambyar juga. Memeluk Ben ketika disuntik, memberi pengertian Ray yang nego tidak mau minum obat, memerah asi buat Sea di ujung capek kerja. Roda hidupku 24 jam rasanya tidak cukup. Pagi ke pagi lagi. 

Di ujung Desember, aku bertanya: Setahun ini aku ngapain aja? Aku memungut satu per satu rasa percaya diri. Menikmati rasa lelah dan syukur dalam waktu bersamaan. Meminta mudah alih-alih kuat untuk membuka dan menutup hari membersamai mereka sebagai Ibu.

Aku masih memakai daster, setelah memberi UAS 2 kelas sambil menyuapi ketiganya. Badanku, pikiranku, rasaku valid semua. 


Semoga Allah memeluk dan memberikan puk-puk. Selamat hari Ibu! :)

Read More »

Agar Berkendara Motor Lebih Aman dan Nyaman


"Kamu itu, setang motor nggak presisi, masih aja dipake. Besok diservis!"

Kalimat Kakak lelaki saya yang ketus setelah memakai motor saya yang menurutnya tidak nyaman. Padahal menurut saya sih, oke-oke saja. Wkwkwk. Kapan terkahir servis motor? *lalu hening*.

***

"Sayang, ini terakhir ganti oli kapan?"

"Kayaknya aki-nya tekor nih, lupa matiin mesin ya?"

"Kok ban depan sama ban belakang kempes lagi. Bocor ya?"

"Remnya seret banget. Udah diservis belum sih?"

Pertanyaan dan pernyataan di atas adalah dari suami saya yang tidak kalah rewel setelah memakai motor saya. Entah kenapa ya, soal motor, laki-laki cenderung pereksionis. Padahal menurut saya masih bisa dipakai dan nyaman-nyaman saja. Tapi ternyata demi kemaslahatan keluarga, saya harus meningkatkan kepekaan untuk merawat motor yang menjadi alat transportasi sehari-hari. Tidak hanya soal kenyamanan, tapi juga sekaligus keamanan. 

Meluangkan Servis Motor Rutin

Jadi, beberapa waktu lalu, ban motor bagian depan dan belakang saya bocor. Tapi saya nggak ngeh dan masih saya pakai untuk mobilitas kemana-mana. Pas dipakai suami, belum ada beberapa menit pergi kok balik lagi, ternyata beliau mengeluhkan kalau ban depan-belakang bocor. Saya tanpa rasa bersalah kekeuh kalau ban tersebut hanya kempes, nggak bocor. 

Akhirnya suami cek keseluruhan dan kali ini saya lagi-lagi yang keliru. Bannya memang bocor, remnya seret, akinya mati dan harus ganti oli. Sebagai bukti nyata untuk meningkatkan kepekaan merawat motor, saya berjanji meluangkan servis motor rutin. Saya sudah dibekali beberapa hal oleh suami agar nanti disampaikan pada mekaniknya saat servis motor. Harus cek saluran baha bakar, kondisi rem yang seret, kondisi mesin, oli mesin, oli gardan dan ban. Sebelumnya saya hanya paham oli motor matic saja, tapi sekarang saya sudah paham beberapa hal *ehm!

Nah, biar tidak lupa, setidaknya ada 8 hal ini yang saya catat, setidaknya tiap bulan bisa saya baca dan buka lagi tiap mau servis motor rutin. Here we go:

1. Oli Mesin

Oli mesin fungsinya sebagai pelumas, pendingin dan pelindung mesin. Saya jadi ingat insiden mau ganti oli ternyata olinya kering, huhu. Ketahuan banget saya nggak rutin servis motor. Jadi, biar aman dan nyaman, oli perlu diganti sesuai jarak tempuh yang tercapai. Rata-rata pabrikan merekomendasikan penggantian oli 2500 km. Biaya yang harus dibayar meliputi biaya pembelian oli, yang harganya tergantung merek olinya, dan biaya jasa ganti olinya.

Btw, beberapa tahun terakhir sudah ada pabrikan otomotif yang memberikan rekomendasi penggantian sampai 5000 km, 2x lebih lama dari oli biasanya. Hal ini dikarenakan oli yang dipasarkan telah menggunakan teknologi ester. Klaim ini wajar karena memang ini adalah base oil tertinggi di kelasnya. Hal ini sekaligus kabar yang menyejukkan untuk saya karena bisa lebih lama untuk jadwal servisnya *kalem :).

2. Oli Gardan

Buat pengguna setia motor matic wajib rutin ganti oli gardan *note to my self*. Karena fungsi penting oli gardan untuk melumasi gear yang ada di continuously variable transmission (CVT). Biar mudah mengingatnya, penggantian oli gardan ini adalah setelah 2x ganti oli mesin. Jadi setelah 2x ganti oli mesin, kemudian dibarengi dengan 1x ganti oli gardan.

3. Busi

Spare part motor ini berfungsi untuk mengubah aliran listrik koil menjadi percikan api, sehingga mesin dapat menyala. Jika busi tidak berfungsi dengan baik, hal ini akan menyebabkan motor sulit dinyalakan. Jadi, ketika servis juga wajib melakukan pengecekan busi, perlu diganti atau tidak.

4. Kampas Rem

Bagian ini krusial sekali karena berkaitan dengan keamanan dan keselamatan dalam berkendara. Saya pernah tidak peka saat kampas rem motor saya habis, huhu. Alhamdulillah suami selalu melakukan pengecekan berkala dan lagi-lagi mengingatkan kalau motor sudah waktunya untuk diservis. FYI, kalau kampas rem motor sudah tipis, rem pun jadi kurang pakem, dan ini bisa menyebabkan bahaya kecelakaan. Makanya, pastikan bagian ini juga dilakukan pengecekan ketika servis motor rutin.

5. Filter Udara

Honestly, saya kurang paham tentang bagian ini, tapi menurut suami, filter udara fungsinya tidak kalah penting dari bagian lainnya karena berfungsi untuk mneyaring udara yang masuk ke ruang pembakaran sehingga mencegah adanya kotoran yang masuk yang dapat menyebabkan penyumbatan sistem injeksi dan karburator. Biasanya pemeriksaan ini akan dilakukan terlebih dahulu di tahap awal sebelum mekanik memutuskan apakah filter udara masih bisa dibersihkan dipakai lagi atau harus diganti.

6. Aki

Yang sering lupa matiin kunci motor unjuk tangan, wkwkwk. Hal itu bisa menyebabkan aki tekor. Tegangan pada aki idealnya berada pada 12,3-12,6 Volt dalam kondisi mesin motor mati. Sementara jika mesin motor menyala, maka tegangan aki berada pada 13,7 - 14,2 Volt. Nah, kalau tegangan aki tidak sesuai dengan ketentuan tersebut, maka ada kebocoran atau kondisi terminal berkarat. Jadi, mekanik harus melakukan pemeriksaan mendetail. Kondisi aki yang sudah tidak layak harus segera diganti agar bisa berkendara motor dengan aman dan nyaman.

7. Ban

Pemeriksaan ban juga penting banget dilakukan secara berkala. Ngeri banget kalau kejadian ban selip, n'udzubillah. Kemarin saya nggak sadar kalau ban depan dan belakang ternyata bocor, huhu. Kirain cuma kempes doang. Makanya setelah itu, saya selalu memeriksa kondisi ban sebelum bepergian. Ketika servis motor pun biasanya mekanik akan fokus memeriksa tekanan udara di dalam ban. Selain itu kondisi ban secara keseluruhan, apakah bannya gundul atau tidak, masih layak pakai atau perlu diganti.

8. Tune Up Motor Rutin

Servis motor tune up adalah servis berkala yang dilakukan secara rutin yang meliputi semua komponen motor. Terutama komponen yang berkaitan dengan performa motor secara keseluruhan. Mekanik akan memeriksa tekanan ban, kondisi lampu, membersihkan saringan udara, tegangan rantai, rem dan klakson. Biasanya sih, tune up disertai dengan ganti oli mesin, oli gardan atau penggantian spare part. Pengalaman saya sebelumnya, mekanik akan menginformasikan terlebih dahulu kondisi motor bagian mana yang perlu diganti dan biayanya, ketika saya oke, maka mekanik akan langsung melakukan perbaikan.

Bengkel Servis Motor Terbaik

Demi berkendara motor yang lebih aman dan nyaman, saya mencari bengkel servis yang terbaik. Salah satu bengkel yang saya andalkan adalah Planet Ban. Di bengkel ini terkenal dengan sistem servis terpadu. Tujuan servis ini adalah mengupgrade motor atau meningkatkan performa dan ketahanan motor dengan cara yang tepat dan biayanya lebih terjangkau. Sehingga saya mendapatkan servis motor rasa mesin baru. Jadi, fokus pemeriksaan dan perbaikannya adalah pada servis motor rasa baru, yaitu bagian vital yang letaknya tersembunyi dan jarang diservis, termasuk jarang dicek dan disetel rutin.

Di Planet Ban menggunakan oli dan cairan khusus berteknologi tinggi sehingga dapat meningkatkan performa motor dan memproteksi memsin. Otomatis mesin jadi lebih awet dan jarang rusak. Jatuhnya lebih hemat kan. Selain itu, jika dipadukan dengan penggunaan sparepart asli, maka pemakaian menjadi lebih nyaman, tahan lama, mesin dingin dan tarikannya enteng. Gas yuk!

Yang bikin saya makin jatuh cinta, ganti oli cukup setiap mencapai jarak tempuh 5000 km saja. Jadi, saya cukup ganti oli antara 4-6 bulan sekali, sehingga nggak perlu sering ke bengkel dan saya bisa berhemat biaya servis. Nah, saya bisa ikut andil dalam menjaga lingkungan hidup karena emisi dan polusi motor jadi berkurang.

Keunggulan Servis Motor di Planet Ban

Kalau servis di tempat lain sebelum kenal Planet Ban, biasanya ada bagian motor yang masih banyak kotoran, debu dan sisa pembakaran yang tertinggal, huhuhu. Bahkan yang bikin sedih, suami saya sering menemukan kotoran dan debu di blok CVT yang membuat tarikan motor menjadi terasa berat. Untung sudah kenalan sama Planet Ban!

Keunggulan Planet Ban, ketika melakukan servis motor rutin, maka seluruh bagian mesin akan dibersihkan hingga seperti mesin baru. Mulai dari kepala silinder, blok CVT, klep mesin, piston, throttle body dan semua bagian mesinnya bersih dari sisa-sisa pembakaran, debu dan kotoran. Nggak salah kalau setelah servis jadi kayak naik "motor baru", karena memang mesinnya diupgrade. Hasilnya, tarikan jadi lebih enteng, emisi turun lebih dari 70%, lebih hemat BBM dan mesin jadi bersih total.

Dengan keunggulan itu, harga servisnya saaaaangat terjangkau. Dengan servis selengkap itu di Planet Ban, saya pikir harganya mahal, tapi ternyata tidak! Mekaniknya pun kooperatif menjelaskan dengan bahasa yang saya mengerti. Nah, untuk servis motir injeksi, harganya 20.000, servis CVT sekaligus rantainya, 19.500, bahkan servis throttle hanya dibandrol 20.000 saja.

Nah, teman-teman sudah tahu kan tips agar berkendara motor lebih aman dan nyaman adalah dengan servis motor rutin untuk memastikan bagian-bagian mana saja yang perlu diservis. Kalian juga bisa coba ke Planet Ban untuk mendapatkan layanan terbaik untuk servis motor rasa baru dengan harga yang terjangkau.



Read More »