Featured Slider

Pejabat Pembuat Surat Pengantar Nikah


Assalamu’alaykum Pak,

Bisa saya minta satu? Iya surat yang berbundel di lemari dekat meja TV. Bapak membuatkan untuk mereka, tetapi kenapa Bapak belum pernah menyiapkannya surat pengantar untuk saya? Padahal kan dalam tubuh saya ada darah bapak juga. Saya kecewa, Pak.

Saya membawakan nampan berisi teh hangat dengan komposisi gula sebagai pemanis. Ada seorang tamu yang meminta sesobek surat yang berisi bubuhan tanda tangan Bapak. Wajahku sumringah menyuguhkannya. Di samping lelaki yang mungkin masih sebayaku. Ada sosok lelaki yang aku kira adalah Bapaknya. Ah tetapi bukan, beliau adalah paman si lelaki, jelasmu.

Aku mendadak ingin membawa kembali nampanku. Ia tidak sopan. Itu menurutku. Tapi senyummu seakan-akan membuatku urung dan tanganku tetap menyorongkan 3 gelas teh manis yang sebelumnya aku buat dengan ketulusan dan akhirnya sedikit cedera akibat pemahamanku yang keliru.

Kalian mengobrol basa-basi, tanganmu masih asyik memainkan penamu di secarik kertas itu, sesekali meminta keterangan lelaki sebayaku untuk mencocokkan dengan isi di kertasmu.

Bapak membuatkan surat itu untuk warga, tapi kapan membuatkan untuk adiknya”, kata-kata itu berkeliaran menjadi penyulut kesalahpahamanku. Dan kamu kenapa hanya tersenyum, Pak? Tidak membelaku? Menjawab apa gitu? Aku kecewa.

Kamu bilang tidak elok menjelaskan panjang lebar kepada mereka. Buat apa? Aduh, bagaimana mungkin kamu lebih memilih kekecewaanku dan bibirku yang seakan layu dari senyumanku daripada harus menjawab pertanyaan yang jauh lebih tidak elok.

Tidak perlu menjelaskan kepada orang lain bagaimana keadaan kita bukan, wuk?”, kata-katamu seperti mendelete pernyataan tamumu. Kamu percaya sepenuhnya padaku. Aku menjadi terharu. Kamu akan membuatkan surat yang spesial sesuai permintaanku bukan karena komentar dan cemooh orang lain.

Kamu sudah menghabiskan berbendel surat pengantar itu. Dan aku menunggu giliranku. Semoga kamu segera memiliki “adik ipar laki-laki” ya Pak.

Terima kasih untuk pemahamanmu yang baik. Aku bangga padamu. Menjadi bagian darimu sungguh sesuatu yang menyenangkan, Pak.

Dariku : Dik Nur

For : Bapak Jundi Istnanto, PPSPN (Pejabat Pembuat Surat Pengantar Nikah)
Read More »

Untuk seseorang yang tak bernama


Kemarin aku bermimpi tentangmu. Kedua tanganmu memegang pipiku dan mengatakan sesuatu. Aku meminta untuk memperjelas suaramu agar aku mengerti maksudmu. Kamu berbicara lagi, sesungging senyum itu membuatku ikut menyeringai karena aku tetap tidak mengerti pesan yang ingin kau sampaikan.

Badanku berat sekali. Mataku tertutup rapat-rapat. Senyummu masih terngiang hanya saja aku ingin menolak sesuatu. Ada kesalahan. Aku paham, kamu memaksaku untuk menikmati senyummu dalam impian hanya untuk menyakitiku saat terbangun. Mimpi buruk!

Aku berusaha untuk sadar sempurna tapi belum bisa. Kamu mengoceh dan aku mendengarkan dengan seksama. Tapi hatiku memberikan sugesti untuk menolak membalas senyumannya.

Aku mengalah, tidak memberontak lagi. Mataku perlahan terbuka. Nafasku memburu. Wajahku nampak letih seperti habis kalah dalam medan peperangan. Aku terduduk dan mencoba mengingat. Ada senyummu yang semu. Aku membalasnya. Kamu mimpi buruk. Pasti!

Kamu hadir manis dalam mimpi, hanya untuk merajamku saat bangun. Silakan pergi.

*no mention. Seringkali kita menulis surat tanpa harus mengirimnya bukan? Ini salah satu surat yang hanya aku titipkan kepada pak pos tanpa membubuhkan nama dan alamat penerima. Karena aku berharap surat ini akan kembali padaku.

**Salam sipirilly

***Ditulis sebelum mabuk ngerjain korespondensi dari kolega yang menyebalkan :p
Read More »

Teman lama


Assalamu’alaykum Teman Lama,

Skripsinya sudah Bab berapa? Semoga pertanyaanku tidak menghilangkan nafsu makanmu. Aku yakin kamu hanya sulit untuk memulainya, setelah kamu melakukannya, percayalah padaku kamu akan ketagihan untuk menyelesaikannya.

Bagaimana kabar gadis yang kamu ceritakan terakhir kita bertemu? Masih manja gak karuan? Merajuk tak menentu? Atau semakin menjadi gadis yang sering ngambek waktu kamu tidak memberikan kabar barang sehari. Kalian sudah putus ya? Alhamdulillah kuucapkan. Semoga kamu lebih fokus untuk skripsi. Kalau memang jodoh pasti kamu akan menyandingnya dengan gagah.

Kenalkan padaku, biar aku bisa beradu galak dengannya. Aku penasaran dengan gadis itu, sampai sekarang. Yang memaksamu untuk ini dan itu. Kamu selalu mengomel bercerita tentang dia padaku. Tapi di sisi lain kamu tidak mau meninggalkannya. Cinta macam apa itu, huh? Untung aku tidak seribet itu (gak punya pacar maksudnya) :D

Mmm, aku ikut bahagia untuk status jomblo syariahmu, guys. Kamu berhak memiliki masa depan yang cerah. Atau kalau kamu tetap ngeyel  untuk mencintainya dalam diam, aku berikan resep? Ada beberapa langkah Sob, baca baik-baik ya.

  1. Nawaitu Bismillah
  2. Udah jangan dipikirin lagi gadis itu yang membuatmu cemburu
  3. Itu skripsinya diselesein, kasih deadline aja 3 bulan sebelum lebaran kelar, gampang kan?
  4. Kalo udah selesai, mungkin kamu sudah lupa apa itu cinta
  5. Jalan terakhir kalo gak manjur melakukannya, bawa itu ijazah, bikin CV sungguh-sungguh, lamar gadis itu dengan gagah berani.
  6. Kalo ditolak lagi? Culik aja. Ahahaa

Just kiddin, Bro! Aku mengirimkan surat ini untuk kamu hanya untuk mengucapkan selamat menempuh skripsi, semoga lancar.

Masih berhubungan dengan gadis yang membuat hatimu hancur berkeping-keping di tahun baru? Salam kenal dariku ya. Sesama galak harus saling menghormati :p. Semoga bisa datang saat pernikahanmu nanti, iyeee gue dateng. Insya Allah.

Salam senyum simpul

 

Dari aku—sahabat lamamu yang galak.

For : corse_one@yahoo.com
Read More »

Surat Buat Desy


5 hari berturut-turut aku tidak menulis surat, lebih memilih menulis hal lain yang membuatku nyaman. Beberapa hari yang lalu, banyak yang ingin kukirimi surat, termasuk kamu, entah mengapa menguap begitu saja niatku. Mataku menyipit ke arah layar, buku yang ada di tanganku tidak khatam sejak kemarin dan hanya terbaca 3 lembar hari ini.

Kali ini aku ingin mengirim surat untuk Desy Aditiana, sahabat SD dan SMP ku. Banyak hal yang mengingatkanku dengannya. Nasi goreng, Solo, Mie Ayam, Bakso dan cinta. Akhirnya surat ini kutulis, untuknya. Teman sebangku SMP-ku.


Assalamu’alaykum, Des.

Sehat selalu sayangku? Hebat sekali ya, sekarang sudah jadi Ibu untuk 2 putrimu, Hafsah dan Hanifah. Ah, tiba-tiba memoriku kembali pada 6 tahun yang lalu, waktu kita masih sama-sama duduk di bangku kuliah. Aku sempat hadir dalam wisudamu, dan kamu mengenalkan dengan lelaki yang sekarang menjadi suamimu. Tolong jangan mengolokku tentang ini, ya. Kamu lari beberapa kilo sementara aku masih berjalan beberapa langkah. Namun, sesekali kamu menoleh untuk sekadar bertukar cerita tentang hidupmu sekarang.

Semoga pahala senantiasa mengucur untukmu yang senantiasa mengabdi sebagai ibu sekaligus istri. Mendoakan ini saja rongga dadaku lega sekian senti, lapang sekali. Aku rindu, saat tanganmu mengusap kepalaku. Kamu tau sekali bagaimana cara menenangkanku. Dan kamu tau siapa saja yang mampu melakukan treatment ini. Aku nyengir kuda menuliskannya.

Aku masih phobia tentang “itu”, bukan berarti aku takut menikah. Bukan sama sekali. Karena aku sudah menyusun untuk itu. Nanti aku ceritakan bab ini, kamu akan percaya aku tidak phobia lagi :p.

Hallo Hafsah dan Hanifah, salam kenal dari Bulik ya. Shalihah selalu. Ada kesempatan waktu untuk bertemu, entah kapan. Aku akan mendongengkan kalian juga cerita lucu, salah satunya tentang ibumu.

Des, dapat salam dari Ibuku. Minggu kemarin beliau telepon dan mengabarkan Ana mau menikah. Kabar baik, aku menyusun perjalanan pulang. Itu juga berarti bahwa aku harus menyiapkan ruangan yang luas untuk menerima masukan-masukan mereka. Hey, ibuku sudah menginginkan cucu. Kamu sudah memiliki 2, Widy punya 1, Ana segera memulai. Dan aku, insya Allah juga demikian. Aku mempertimbangkan syarat terakhirmu. Tidak akan lagi terpaku untuk menunggu. Terima kasih untuk ini. Allah knows our needs.

Masih begini tabiatku, menginginkan bulan, padahal bintang mengendus-endus meminta perhatianku. Ah kamu paling tau, dan kamu akan mengirimkan massage setelah membaca surat ini, menyuruhku untuk memilih, padahal aku bukan pemilih. Memberikan ketentraman pada ibuku, hanya jawaban “iya” akan membentuk rekahan di bibirnya. Iya, aku akan mencobanya, Des. Seharusnya aku mencobanya daridulu.

With love,

 

Dariku, sahabat yang masih phobia tentang “itu”—kamu tau.

*aku membaca beberapa surat-suratku dan kusimpulkan bahwa isi kebanyakan mengarah kepada “pernikahan”. Mendadak aku menghela nafas panjang.
Read More »

Cat Kuku Rana

Source
Ada yang lain dari diri Rana. Bukan di alis, bibir atau matanya. Melainkan di jemari tangannya. Kuku-kukunya di cat berwarna hijau tua. Cantik sebenarnya. Tapi untuknya yang memakai hijab, memakai cat kuku yang model seperti itu akan menimbulkan banyak pertanyaan bagi beberapa orang. Ada yang disampaikan dan kebanyakan hanya memendamnya dan berprasangka sendiri.

Kukunya memang mengkilat. Nampaknya setelah diberi kutex, ia juga melapisi dengan cairan berwarna putih agar nampak lebih bagus hasilnya. Tarraaa, memang hasilnya indah sekali. Yang menjadi titik tulisan bukan keanggunan warna cat kuku itu. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

“Kamu tumben pake kutex, Ran?”, Tobi teman sekantornya memulai dengan pertanyaan pertama.

“Karena pengen. Suka aja ngeliatnya. Ini juga Cuma minta, gak beli”, Rana menjawabnya taktis.

Point pertama, kadang kita melakukan sesuatu hanya karena ingin dilihat orang, bagaimana ekspektasi mereka. Bagi Rana tidak, dia lebih melakukan sesuatu karena keinginannya, karena dia suka. Itu yang menjadi dasar utamanya. Kalau orang lain tidak suka? Yaa, itu urusan mereka. Jawab Rana simple.

Pernah saat dia membeli tas gendong, banyak komentar-komentar yang menyarankan kalau Rana tidak cocok memakainya. Dan mereka menyuruh Rana tampil lebih modis menggunakan tas selempang. Rana berdalih tas selempang sakit di bahunya karena barang bawaannya banyak sekali. Buku, mukena, mushaf cs. Rana tidak menghiraukannya, karena ia memakai tas itu karena rasa nyamannya, bukan karena ingin dilihat orang lain.

“Kamu jangan pake jilbab bergo gitu ah Ran, kata suamiku kalo cewek make jilbab bergo kayak pembantu”, kelakar senior Rana yang selalu memerhatikan kesesuaian baju, tas dan sepatunya.

“Karena simple aja, gak ribet. Kalo mau ke kantor langsung make. Dan semoga saja suamiku kelak suka dengan apa yang aku pakai”, jawab Rana lugas dan disambut tawa seniornya itu.

Kita memakai sesuatu karena kebutuhan, rasa nyaman dan seberapa besar kita percaya diri saat memakainya. Selera setiap orang berbeda-beda, jadi tidak semua orang akan menyukai apa yang kamu pakai.

Back to the topic ya, tentang cat kuku. Ada pertanyaan lagi yang muncul.

“Lho Ran, kamu make cat kuku kayak gitu sih. Kan gak syah kalo buat wudhu”, ini pertanyaan kedua dari Sinar. Ada beberapa hal yang terselip dalam pertanyaan ini. Prasangkanya wudhu dan shalatnya tidak syah karena memakai cat kuku hijau itu.

“Emang iya Nar, aku lagi cuti. Nanti kalo udah sholat, aku bakal hapus kok”, Jawaban Rana ini membuat Sinar hanya ber “ohh” kecil.

Point kedua, apa yang kita lakukan, selain menimbulkan pertanyaan, selipan prasangka juga setidaknya akan ikut. Kadang-kadang Rana sebal dengan prasangka orang lain, yang mendadak menghakimi tanpa konfirmasi. Tetapi orang lain juga tidak sepenuhnya salah, karena mereka berkomentar terhadap apa yang dilihat, entah prasangkanya bennar/salah.

Cat kuku itu berkaitan erat dengan jilbab yang dipakainya. Akan aman jika cat kuku yang Rana pakai tembus dengan air. Tetapi begitulah, Rana tidak bisa menyalahkan prasangka orang lain. Ia hanya bisa meluruskannya. Ia juga tidak perlu menjawab atau memberikan penjelasan terhadap prasangka yang ada dalam batin orang-orang yang tidak tersampaikan. Karena Rana tau betul bahwa yang dilakukannya tidak salah. Tetapi, membuat orang lain berprasangka buruk, apakah itu hal yang dapat dibenarkan? Entahlah.


Berprasangka baik. Allah akan ada di dalamnya. Cheers!
Read More »

Atas Nama kehilangan


Assalamu’alaykum,

Maafkan aku saat kemarin harus meminta jeda untuk menulis surat. Bohong jika aku tidak memiliki waktu—karena aku punya luang yang melimpah. Dusta juga bila aku menjawab bingung mau memilih siapa yang akan kukirimi surat—karena aku banyak teman untuk membaca suratku, termasuk kamu? (emote kedip).

Atas nama kehilangan, yang sejujurnya suatu saat aku juga akan hilang. Raga yang sebenarnya aku tak berpunya. Jiwa yang sejujurnya bukan hakku sepenuhnya. Lalu mengapa bersedih saat hilang seonggok barang yang sebetulnya menjadi rongsokan pada akhirnya? Mengapa hatimu begitu sendu seperti itu seharian ini?

Dalam bulan ini, ada beberapa kesayanganmu yang hilang. Atas nama kehilangan, hatimu dibuat bingung bukan kepalang. Mood-mu seakan dibuat berkecamuk tidak menentu. Apa sih yang hilang? Hal yang sebenarnya bisa kau tebus kemudian. Hasratku untuk marah karena keteledoranku yang begitu akut. Kalau saja tadi tidak... Coba saja tadi aku harus... Andaikan aku tidak... Aish, pernyataan-pernyataan yang hanya membuat keruh rasamu.

Kamu kehilangan barang seakan-akan kehilangan duniamu. Ibarat lampu yang saklarnya putus, tetapi kamu marah-marah kebingungan karena gelap di sekitarmu. Padahal kamu bisa memilih menyalakan lilin atau menciptakan penerangan sendiri untuk ketenangan hatimu. Lalu apakah kehilangan membuatmu se-nelangsa itu?

Oke. Sekarang pertanyaannya diubah sedikit konsepnya, bagaimana level kehilangannya dinaikkan kadarnya beberapa tingkat. Bukan barang, tetapi seseorang. Kamu kehilangan barang kesayanganmu saja begitu semrawut. Bagaimana kalau kamu kehilangan seseorang yang kamu sayang? Aduh cukup, aku tidak mau dengar lagi.

Trus kalau kamu kehilangan barang, kamu bisa membeli lagi, mencari lagi. Tapi, kalau kamu kehilangan seseorang yang kamu sayangi mau menebus pake apa? Mencari dimana? Iya, udah cukup penjelasannya. Aku minta maaf untuk ini. Allah Maha Baik.

Kepada sopir taksi yang baik hati. Terima kasih pemahaman pagi ini. Atas nama kehilangan, aku tidak akan nelangsa sedemikian rupa. Tidak sama sekali. Kalau kamu mau barang itu, ambillah. Semoga berguna. Atau aku salah prasangka? Bukan kamu orangnya. Melainkan musafir yang menumpang setelahku?

Atas nama kehilangan, aku tidak benar-benar merasa kehilangan, karena sebenarnya nafasku bukan milikku.

Regards,

Ayaa yang selalu bahagia J
Read More »

Balita dengan Rok Berenda

Assalamu’alaykum sayangku,

Mungkin ini terlihat aneh, mengirim surat untukmu yang belum mampu mengeja aksara. Bulik yang sering mendongengkanmu, Nak. Bulik tidak mengapa menuliskan ini untukmu, mungkin kelak kau akan membacanya saat kau besar.

Sebenarnya, Bulik ingin mengirimkan surat untuk Bapakmu. Tapi Bulik tak sanggup untuk merangkainya. Ah, belum mampu, tapi lain waktu akan kutulis juga untuknya.

Saat menuliskan surat ini, kamu terlelap di pangkuanku, Nak. Sprei dan stella baru Bulik ganti tadi pagi. Kamu bisa merasakan bau khasnya bukan?

Kamu sudah 3 tahun ya sekarang. Badanmu sudah berisi. Pipimu gembil. Namun sampai sekarang, kamu masih belajar untuk mengunyah nasi. Bulik andil besar dalam hal itu. Seharusnya kamu sudah mampu mengunyah dengan baik, sayangku. Tidak melulu makanan dengan tekstur halus. Tapi tidak mengapa, Bulik tidak akan memaksamu. Bapak dan Mamamu pun tidak mempermasalahkan itu.

Saat kamu demam dan ingin digendong memakai kain olehku, aku bisa merasakannya kalau seakan-akan 3 tahun lalu aku telah menjadi Ibu. Merawatmu. Saat pulang dari kantor. Kamu menyambut dengan suka cita, memeluk dengan penuh asih, mencium dengan ketulusanmu. Iya, aku merasakan bahwa aku telah menjadi Ibu. Darimu.

Balitaku sayang,

Terima kasih untuk ini semua. Cukup. Semoga shalihah selalu ya.

Salam hangat dariku,

Bulik


For : Deandra Kalista Putri
Read More »

Untuk Bidadari Bapakku



Source : @BukuBerkaki
Assalamu’alaykum Ibuk,

Tadi aku agak terlambat menelepon lelakimu Buk. Jam 9 malam disana sudah sepi ya? Kata Bapak, Ibuk sudah lelap selepas Isya tadi. Bagaimana tangan kanannya, Buk? Apakah masih nyeri? Jangan membuatku takut lagi ya. Itu tidak lucu.

2 tahun lalu, pertengahan bulan Maret, saat aku berada di Kediri, Ibuk membuatku menangis sepanjang kereta menuju Kediri – Klaten. Kabar macam apa, menyuruhku pulang karena Ibuk mendadak dirawat. Bibirku gemetar waktu itu, Buk. Ada apa? Kenapa? Bagaimana kalau? Pertanyaan itu berputar terus di kepalaku membuat 5 jam yang biasanya kulalui dengan tenang saat di kereta menjadi seperti begitu lama dan menyiksa.

Aku sampai di Stasiun Klaten pukul 23.30. Mas Jundi sudah di depan stasiun waktu itu. Tanpa panjang lebar aku langsung naik di belakang kemudi motor, mendekapnya erat. Air mataku berceceran menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang liar di kepalaku. Kami berdua hanya membisu.

Akhirnya aku melihatmu lemah di ranjang rumah sakit. Matamu rapat sekali. Aku takut. Tapi aku lega seketika melihat dadamu masih kembang kempis teratur. Bius yang disuntikkan melalui infus itu mulai bekerja setelah sebelumnya kau mengeluhkan sakit di punggungmu dan menanyakan kedatanganku berulang kali pada lelakimu.

Aku mengecup keningmu waktu itu. Membisikkan bahwa aku sudah datang dan akan menjagamu sampai sembuh. Dokter bilang gejala stroke. Tangan kananmu tidak dapat digerakkan. Padahal awalnya hanya merasa kesemutan. Tetapi kau bandel sekali tidak mau dirawat saat itu juga, Buk. Kau merasa hebat mengatasi kesemutan yang sebenarnya mematikan fungsi syaraf tangan kananmu. Kau lebih memilih menunggu stroke itu menjalar (aku marah padamu untuk ini). Alhamdulillah, Allah masih sayang padamu. Dan tentunya aku juga sangat menyayangimu. Lelakimu juga demikian, Buk. Jadi, jangan pernah menyerah untuk sembuh ya. Meski sampai detik ini, Ibuk harus minum beberapa butir obat yang kurasa tidak manusiawi. Untukku, 1 butir obat saja terasa enggan untuk kutelan, dan aku lebih membuangnya di tempat sampah kalau hanya sakit flu atau radang tenggorokan saja. Dan kau harus minum 6 butir pil dan kapsul tanpa ada tanggal merah untuk menenggaknya. Ibuk kuat, aku percaya.

Aku suka mendengar ceritamu yang bersemangat therapy, Buk. Tidak ada nada sedih ataupun mengeluh dalam ceritamu. Justru syukurmu bertubi-tubi untuk Yang Maha Menghidupkan. Padahal kamu pernah hampir putus asa (itu dulu), karena tangan kananmu tidak dapat digerakkan sama sekali. Tetapi waktu memang ajaib memberi jawaban. Kau lebih arif dalam menanggapi kondisimu. Kau melihat dari kacamata yang berbeda. Kau menunduk, melihat orang-orang di bawahmu. Banyak orang yang lebih menderita karena seluruh tubuhnya stroke sedangankan kau merasa berterima kasih tak bertepi karena hanya tangan kananmu yang tidak merasakan rangsangan apa-apa.

2 tahun yang lalu seperti baru kemarin ya, Buk? Tetapi ketakutan itu lekat sekali. 7 hari menemanimu di rumah sakit, membantumu melakukan segalanya meskipun lelakimu juga sigap menjadi penopang kebutuhanmu. Kau memintaku tetap menemanimu waktu itu. Aku marah sekali dengan permintaanmu. Karena tanpa Ibuk minta, dengan senang hati aku akan ada. Iya, aku akan tetap ada, Buk. Percayalah. Aku merasa terhormat untuk bisa menjagamu. Kau tau kan Buk, surgaku ada di telapak kakimu. Jadi, jangan meminta lagi, karena aku akan memenuhi sebisaku. Entah mengapa, waktu itu aku seperti merawat bayi. Mengelapmu untuk mandi, membantumu untuk pipis dan buang hajat, memakaikan mukena saat adzan menggema. Dan kau memilihku. Ketiga anak lelakimu bilang kalau aku beruntung akan itu. Bisa menjagamu dan merawatmu penuh. 

Buk, jaga kesehatannya ya. Aku sayang banget sama Ibuk. Jangan membuatku takut lagi. Terima kasih telah menyisipkan namaku dalam abjad doamu, Buk. Aku percaya, lelakimu akan menjagamu dan mencintaimu dengan sangat baik. Karena setiap aku meneleponnya, ia selalu bersemangat menceritakan tentang Ibuk. Untuk hal ini, aku harus belajar dari Ibuk bagaimana cara mendapatkan lelaki yang memiliki hati selembut ini dan meleh berkali-kali di depan Ibuk.

Sudah ya Buk, semoga suratku sampai padamu. Ah iya, tadi siang aku juga mengirimkan surat untuk Bapak di hari ulang tahunnya. Dan kali ini untuk Ibuk. Semoga Allah senantiasa mencintai dan menyanyangi Ibuk. Demikian juga sayang kepada Bapak.

Percayalah Buk. aku bisa menjadi tangan kananmu untuk melakukan apapun. Once more, i really love you, Buk.

With Love : Dik Nur

For : Ibuk


Read More »

Untuk lelaki yang lembut hatinya,

Asslamu’alaykum Pak,

Aku menunggu hari ini. Semoga surat ini sampai padamu sebagai telepati rinduku. Tepat Sabtu ya, dan sampai saat surat ini kutulis, aku belum men-dial angka 1 selama 3 detik. Yang berarti akan bercengrkrama lama untuk menceritakan 5 hari terakhir seperti biasanya. 

Dari shubuh, aku dinas Pak—nyuci, nyetrika, ngepel dan pekerjaan lainnya. Bu Ani masih pemulihan, jadi bagi tugas rumah dibagi rata. Tapi nanti malam selepas Isya, aku akan men-dial angka 1—meneleponmu. Aku inginmengucapkan langsung, tapi seperti yang lalu, aku yakin kamu sendiri lupa hari ini hari apa.

Sepanjang sujudku, aku tidak luput menyelipkanmu Pak. Sungguh. Dan tidak lupa menambahkan bidadarimu di belakang namamu. Semoga kalian berdua sehat dan bahagia selalu (menulis ini aku meleleh—cengeng). Itu karena aku merindukanmu. Lebih pasnya, masih merasa menjadi tanggunganmu. Kamu bilang begitu kan, Pak? Mendengarnya aku sedih.

Pak, kita berdua saling memiliki intuisi yang sama. Yang membuat Ibu iri padaku karena aku yang selalu kau tanyakan setiap Sabtu. Sampai handphone selalu kau taruh di sakumu menungguku. Kata Ibu begitu. Mendengar ini, aku terharu Pak (tuh kan aku meleleh lagi). Kenapa saat membuat tulisan surat untukmu, aku selalu cengeng begini? Itu karena aku sangat menyayangimu, Pak.

Bidadarimu selalu bercerita tentangmu yang mengeluhkan diriku beberapa akhir ini. Kesehatanmu menurun. Dan Ibu mencurahkan keras kepalamu untuk tidak mau datang ke dokter. Kata Ibu, kau menanyakan apakah aku menyinggung pernikahan? Aduh, kenapa tidak menanyakan langsung padaku? Bapak lebih tau tentangku kan? Atau takut menyinggungku? (dalam kallimat ini aku butuh kekuatan untuk melanjutkan suratku ini).

Kamu selalu begitu, Pak. Menceritakan teman-teman sebayaku yang beranjak menikah. Bahkan sudah punya anak 2. Sedangkan aku belum sama sekali mengutarakannya. Malah memintamu untuk mendoakanku bisa sekolah di tahun ini. Jawabanmu klise sekali. Berulangkali aku bercerita padamu kan? Aku tidak akan pernah mengecewakanmu (lagi), tentang ini. Tetap selipkan aku pada doamu ya. Pasti kamu akan bilang, tanpa ku minta, dengan senang hati akan kau lakukan dengan bidadarimu (genangan ini membuncah).

Bapak 67 tahun, Ibu 60 tahun dan sekarang aku 25 tahun. Sabar ya Pak. Meski aku juga sedang belajar remidi tentang makna sabar (mati-matian), karena seberapapun aku gagal melakukannya dengan baik. Aku akan melakukannya berulang kali, semampuku.

Pagi ini ada beberapa yang menanyakanku valentine, seperti yang sudah-sudah—AKU TIDAK MERAYAKAN. Kecuali memelukmu dan mengucapkan doa-doa saat aku di dekatmu. Dan segera meneleponmu, bercerita panjang lebar untuk mengobati haus rindumu (riduku juga), jika aku jauh darimu.

Pak, cukup ya. Mataku sudah sembap. Dio pasti menanyaiku nanti. Deandra juga sudah menunggu. Aku akan meneleponmu nanti. Semoga surat ini sampai padamu. Ah iya, aku mencintaimu dan sangat menyayangimu Pak, begitu juga dengan bidadarimu yang satu itu. Semoga kalian sehat selalu. Amin.

With love : Dik Nur


For : Bapak yang hari genap 67 tahun *peluk                                                                                                    
Read More »

Teman yang Dirindu


Assalamu’alaykum Lupita,

Semoga sehat selalu dan lancar melahap thesis ya. Amin

Belum genap seminggu kamu gak ada di Grup rasanya belum terbiasa. Aduh, kenapa ya? Enggak tau, rasanya absurd aja. Ketemu aja belum, ngobrol langsung juga belum. Hanya bertukar kabar dan cerita kalo pada realitanya kita berdua masih sama-sama “gadis” :p

Setahun berlalu mengenalmu, setidaknya ada beberapa cerita yang membekas. Bahkan sedikit banyak jadi paham karaktermu. Semoga ada kesempatan bertemu ya. Masing-masing mengenalkan “Ini lho suamiku”, malaikat mencatat.

Thesis udah beres? Aku yakin jawabanmu “Iya Beres, Neng”. Doa terselip untuk hal itu.

Nama panggilan kamu lucu. Lupita. Aku yang menyematkannya. Mungkin usiaku ada di bawahmu. Tetapi rasanya, usia kita hanya bersisihan saja. Jadi, entah mengapa memanggilmu dengan awalan Mbak atau Kak terasa janggal (aku durjana :D).

Terakhir kau bilang, ibu sedang sakit. Semoga beliau lekas sehat ya. Sungkem dariku (muah).

Ini surat ke-4 ku, dan kamu yang menjadi penerimanya kali ini. Semoga kamu tidak merasa terganggu.

Honestly, i really miss you.

Seperti kemarin, tawaranku tidak pernah daluarsa. Saat kakimu menginjak Jakarta, dial nomor Hp-ku ya. Setidaknya aku bisa mentraktirmu mocca float yang enak itu.

Finally, dijaga tilawahnya ya, Darl. Semoga Alah selalu mencintai dan menyanyangimu yaaa J

With Love : Ayaa
For : Lupita (@anvoluna)



Read More »

Kisah Kasih Favoritku - PERAHU KERTAS


"Maybe that’s all that we need is to meet in the middle of impossibilities. Standing at opposite poles, equal partners in a mistery”



Entah sudah berapa kali membaca buku ini, menonton film ini dan mendengarkan soundtrack judul yang sama dengan bukunya. Perahu kertas yang menceritakan tentang perjalanan cinta Keenan dan Kugy yang penuh dengan kejutan-kejutan. Dua sosok yang berdiri di dua kutub berlawanan dan keduanya bertemu di tengah kemustahilan.

Buku yang diterbitkan Bentang Pustaka ini mampu mengaduk emosi saya di setiap lembarnya. Konflik yang diciptakan Dee membuat saya ikut hanyut ke dalam cerita cinta yang unik dan menarik. Tidak melulu tentang cinta, buku ini juga mengulik tentang passion yang dimiliki  Kugy dan Keenan, yang membuat keduanya memiliki chemistry satu sama lain.

Kugi sempat berpacaran dengan Joshua dan setelah itu Remi. Meskipun begitu, nama Keenan tetap lekat di hatinya. Pada saat yang sama, Keenan berpacaran dengan gadis Bali bernama Luhde. Namun, ia tak bisa lepas dari bayangan Kugy. Kejadian demi kejadian membuat cinta Keenan dan Kugy bertaut kembali. Mereka berdua dipertemukan dalam kejadian-kejadian mustahil yang sebelumnya tidak terbersit di benak mereka berdua.

Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh”, ini adalah bagian yang saya suka dalam buku ini. Sekuat apapun Kugy waktu itu ingin menjalin hubungan dengan Remi, hatinya tetap berlabuh pada Keenan. Hingga akhirnya perahu kertas Kugy berlabuh di dermaga Keenan.


Saya disuguhi dengan kisah kasih yang sangat apik. Buku ini pernah diangkat ke layar lebar—Perahu  Kertas 1 rilis pada 16 Agustus 2012 dan Perahu Kertas 2 rilis pada 4 Oktober 2012 dimana Dee ikut beradu akting dalam film tersebut sekaligus menulis skenarionya. Soundtrack film berjudul Perahu Kertas yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda sempat menjadi hits pada waktu itu.


Perahu Kertas, Dee Lestari, 456 pages, Bentang Pustaka
Jadi, untuk event ini, saya menjagokan Kisah Keenan dan Kugy sebagai Kisah Kasih Favoritku.




Read More »

I stand by (you), trust me...



Assalamu'alaykum,

Hai engkau yang terlihat letih di kejauhan. Ingin aku menyapamu namun enggan. Hanya sekadar berharap cemas agar kau menoleh (banyak) ke arahku. Dan aku akan berpura-pura menyapamu karena tidak sengaja bertemu. Padahal aku tetap di posisi yang sama memerhatikanmu dan lebih tepatnya menunggu.


Seringkali bertanya bagaimana jika kau tak pernah menoleh, terlebih datang menghampiriku. Pertanyaan itu yang membuatku kelu dan serta merta menghilangkan energi untuk langkahku. Tetapi, keyakinan itu tetap sama. Tidak berkurang sejengkal pun. Bahwa aku percaya tidak akan sia-sia.


Apa kau juga resah? Atau mungkin kau cool, seperti sikapmu. Apa kau juga sebenarnya menunggu(ku)? Dan kita juga sebenarnya sama-sama menunggu untuk memulai. Tetapi bagaimana mungkin kamu setega itu membiarkanku memulai ini? Kenapa tidak mengajakku untuk memulai bersama-sama saja? Di titik ini aku mengklaim bahwa kamu egois.


Ijinkan aku berbenah ya. Aku benci ketidakpastian. Tetapi saat orang lain memberikan kepastian untuk hal yang seharusnya kamu lakukan, aku tetap saja berdiri di tempatku. Hanya menunggu.


Apakah menunggu itu juga suatu hal yang berbatas? Iya, batasnya adalah saat kamu datang menoleh dan mengajakku memulai. Memulai hal yang menjawab pertanyaan orang-orang yang sinis dan sadis melontarkan lelucon padaku.


Hai Rabbi, kupercayakan penantiabku padaMu. Entah aku menunggu siapa, karena saat ia menoleh pun, wajahnya masih samar untukku. Yang ku tau, Kau mengirimkannya saat aku pantas untuk memilikinya. Dan saat aku lulus semua tahap yang Kau uji-kan. Iya, aku akan menunggunya di tempat yang sama. Berikan is clue untuk menemukanku. Setidaknya tanamkan keberanian untuk memintaku pada ayahku. Duh, 2 hari lagi ulang tahun ayahku. Dan 2 tahun terakhir ini beliau minta kado “itu”.


I stand by (you), trust me....


Cinta dalam ketaatan itu patuh pada Rabb yang mempertemukan dan memisahkan. Dan untuk memulainya pun butuh ilmu—SABAR.


With Love : Ayaa
For : Seseorang yang sedang mengumpulkan keberanian untuk memulai


Read More »

Nurani



Assalamu’alaykum,


Tema 3 hari terakhir ini masih hujan. Sekalipun hujan menyebalkan—basah, becek, macet, kereta mogok, aku tidak pernah membencinya. Justru seringkali menyimpan jas hujanku dan memilih menerabas hujan sambil bersenandung. Berkali-kali merapal doa. Karena waktu hujan adalah salah satu waktu yang baik untuk berdoa. Berdoa apa? Rahasia :p


Pagi ini hujan dari shubuh (lagi). Bedanya, waktu berangkat menuju stasiun, cuacanya cerah (ceria). Niatnya masih full untuk berangkat ke kantor. Sesampainya di stasiun, tidak seperti biasanya, banyak penumpang berjubel, seakan-akan garis kuning yang menegaskan para penumpang harus berdiri di belakangnya tidak berfungsi seperti biasanya.

Aku selalu memilih gerbong kereta yang paling depan atau justru paling belakang. Gerbong wanita. Sepanjang gerbong penuh sesak. Menyimpan tenaga untuk kereta berikutnya. Sesaat kemudian, gerimis mengundang (cieh kayak lagu). Niat berkurang 5%, jadi 95%. Kereta selanjutnya datang dan tanpa diberi aba-aba, para penumpang langsung mendekati pintu-pintu masuk kereta.

OMG, full body! Banyak penumpang yang nggak masuk. Kereta berikutnya juga demikian. Niatku meleleh banyak kali ini 20%, masih tersisa 75%. Aku mengumpulkan tenaga lagi. Kereta berikutnya, lagi-lagi sama, gak dapat masuk. Sampe segitu favoritnya ya kereta. Aku memilih menunggu ruang sebelah yang menuju ke arah berlawanan. Itu berarti, aku harus menghabiskan waktu lebih lama dari biasanya.

Saatnya setan dan malaikat mempengaruhi. “Pulang Ay, telat banyak. Hujan lagi”, di sisi lain “Kamu ada janji dengan Klien hari ini, Ay. Please go ahead”, Malaikat dengan lembut memberi pengertian. Aku mengeluarkan handphone. Membaca jatah hari ini. Khatam.

Pagi ini malaikat menang. Tulisan ini untuk nuraniku. Ia yang kadang hanyut dengan kegelisahan dalam pilihan. Pagi ini, ia memenangkan satu hal. Bahwa ia selalu bisa memilih untuk selalu berbuat hal yang menenangkannya. Selamat nurani atas keberanianmu menyelesaikan kewajibanmu di saat yang lain lebih memilih kembali.

Read More »

Uang Kembali [an]

Assalamu’alaykum Mbak Dania,

 

Ini untuk kedua kalinya aku membeli gamis di tempat yang sama. Pertama, waktu aku masih kuliah (5 tahun lalu), dan kedua sekarang (mungkin penjualnya juga udah lupa :D). Online shop menjadi trend saat ogah-ogahan berdesak di mall atau pasar modern. Surat ini untuk Mbak Dannia yang entah mengapa membuatku tertegun karena kepolosannya.

 

Kami belum pernah bertemu, hanya mengobrol ringan tentang produk yang ingin ku beli. Itu pun via BBM. Cuaca Jakarta yang dua hari ini ekstrim, membuatku mundur untuk melakukan transfer pembayaran. Dan pagi ini, aku meminta tolong iparku untuk melakukan mobile banking dengan menggunakan rekeningnya. Sudah dicoba beberapa kali ternyata mobile banking juga error. Akhirnya aku mencari ATM yang bisa melakukan transaksi yang agak jauh dari kantor.

 

Singkat cerita, ada BBM yang masuk ke handphoneku berkali-kali dengan PING beruntun. Iya, dari Mbak Dania, menanyakan aku tadi transfer berapa, pake apa, saldo terpotong atau tidak. Karena merasa sudah transfer, aku memberikan bukti transfer yang kulakukan. Mbak Dania kaget karena ada 3 pembayaran sebelumnya untukku—jadi 4 kali pembayaran dengan yang kulakukan.

 

Iparku yang membayarnya. Berarti tadi mobile banking gak error, transferan tetap masuk. Mbak Dania mengkonfirmasi hal tersebut dan mengatakan akan refund nanti malam tanpa aku minta. Ada ruang dalam hatiku yang mendadak mendesir. Sikap Mbak Dania itu membuatku takjub. Waktu kemarin membaca berita tentang pencurian, penjambretan. Sikap itu menjadi oase di tengah berita-berita itu.

 

Uang itu kembali. Tanpa kami tau. Iparku pun tidak mengetahuinya.

 

Mbak Dania, semoga berkah usahanya ya”, sekonyong-konyong aku mengetik kalimat itu.

 

“Mbak Aya juga yaa”, balasmu.

 

Bukankah kebaikakan tidak akan pernah tertukar? Sebenarnya bisa ditukar. Dengan Surga.

 

With love : Aya
Read More »

Untukmu gadis yang kupanggil Su


Assalamu’alaykum Su,


Ini hari ke-11 pengiriman surat cinta, namun bagiku ini hari pertama. Dan aku memilih mengirimkannya untukmu, Su. Iya, untuk kamu.


Hujan menyeruak pagi ini dengan derasnya, dan kamu mengomel seperti biasa. Aku hafal sekali intonasinya, Su. Saat kita hanya berdua, seakan dunia melihat kita bercakap mesra. Panggilan “Su”, yang dianggap orang lain agak kasar, dan tidak jarang yang menegur kita mengapa harus dengan panggilan seperti itu. Jawaban kita hanya saling menatap dan lalu tersenyum simpul pada akhirnya.


“Su dalam bahasa berarti baik atau cantik. Sugiyarti—Giyarti yang cantik. Tetapi pikiran orang terpacu pada arti yang konotatif, kalau Su itu panggilan untuk anjing—ASU”, Makna ini hanya kita yang tau ya, Su? Atau beberapa yang lain sudah mengetahui tentang ini? Ah aku tidak memedulikannya. Yang aku mengerti, kita berdua sama-sama paham tentang ini.


Kapan kita berkenalan, Su? 2 tahun yang lalu, saat perkenalan pertama di kantor, waktu aku menjadi as new legal employee. Kamu tau Su, aku baru tau beberapa hal tentang cara perkenalanku yang mereka anggap ekstrim. Iya, cara berjabat tanganku. Apa kamu juga merasakan hal yang sama waktu itu? Dan sepertinya tidak, karena kita 11-12 :D


Kapan kita mulai dekat seperti ini? Duh, pertanyaan ini tidak bisa mengulik kapan tepatnya. Hanya saja yang kuingat, kita pernah tertaut beberapa hal yang membuat kita lebih dekat. Maafkan aku, yang tidak membungkus kado saat ulang tahunmu—yes, i’m a lazy girl sometimes. Kamu meledekku, saat buku-buku itu raib di kereta yang kutumpangi. Masih banyak moment lain yang membuat kita sama-sama mengerti bahwa tanpa bicara pun, kita tau apa yang akan kita ucapkan.


Dan kamu teman diskusi yang nice meskipun kadang-kadang kita sering berbeda pandangan tentang sesuatu. Tapi cenderung banyak kesamaan. Bakso, jalan-jalan, buku, ah surat ini akan menjadi panjang kalo hanya menjelaskan tentang persamaan kita, Su.


Just the way you are, Su. Sehat selalu. Sungkem buat Ibu yang selalu memberikanmu sayap untuk berani bermimpi. Ah iya, salam hangat untuk (dik) Dyah yang seksi juga.


Finally, semoga aku segera menjadi pager ayu di pernikahanmu ya. Allah mendengar ini, trust me.


With Love,


Aya – Su


To : Dindin – Su (canopus.betelgeuse@yahoo.com)

Read More »